#UnderstandYourMeal

Summary Workshop "How to Write a Storytelling for Social Cause"

profile

iaasindonesia

Update

​How to Write a Storytelling for Social Cause

IAAS Indonesia mengikuti rangkaian Workshop A Better World Proze (ABWP) pada tanggal 11 September 2020. Workshop kali ini membahas “How to Write a Storytelling for Social Cause” bersama Qaris Tajudin yang merupakan Direktur TEMPO Institute dan Wartawan TEMPO. Berikut merupakan review dari materi workshop beliau:

Story telling bisa menjadi story yelling or selling. Story dan message memiliki perbedaan yang berasal dari isinya. Story memiliki 3 point yaitu attraction, engagement dan action. Engagement yang diartikan keterlibatan emosi disetiap cerita seperti ketika kitaa menceritakan suatu makanan pada oranglain lalu orang itu menjadi tertarik dan ingin mencoba makan yang kita ceritakan. Berbeda dengan message yang hanya memberikan suatu infomasi tanpa menaruh keterlibatan suatu emosi didalamnya.

image

​Lalu Bagaimana kita memulai untuk membuat suatu cerita? 

Berikut beberapa tips yang beliau berikan kepada kami:

Cari tokoh yaitu carilah karakteristik dari setiap cerita yang kamu buat. Beberapa cerita selalu menonjolkan kata-kata puitis tetapi melupakan tokoh utamanya. Jika kita ingin membuat suatu cerita review makanan sebaiknya kita mencari siapa yang memasak makanan ini, siapa pemilik restorannya. Dalam sebuah makanan tidak hanya ditinjau dari makanan itu sendiri seperti rasa dan bentuknnya tetapi carilah obyeknya yang membuat makanan itu. Jika cerita terlalu banyak kata-kata seperti puitis air berdebur, kota ini berangin dengan hawa yang sejuk menimbulkan efek seperti kota mati sebaiknya cerita tersebut diberi tokohnya agar terlihat lebih nyata dan hidup. 

Alur yaitu ceritakanlah kejadiannya. Menurut kata beliau “Show All don’t tell” yang memiliki arti detailkan ceritanya jangan hanya menyimpulkan kejadiannya. Alur dalam sebuah cerita harus memiliki urutan dari awal seperti bagaimana tokoh A dan B saling mengenal, detailkan kisahnya kejadiannya hingga menimbulkan suatu konflik. Konflik dalam tiap cerita membuat cerita tersebut semakin menarik atau dalam kata lain “Kisah menarik selalu memiliki konflik”. Konflik tidak selalu dengan pihak luar tetapi juga dengan diri sendiri seperti harapan dengan kenyataan.  

Dialog yaitu buatlah sebuah kutipan yang khas dalam setiap cerita yang kamu buat. Dalam hal ini semakin membuat orang-orang yang membaca ingat ceritamu dan memiliki suatu ciri khas.

Deskripsi yaitu ketika kamu menulis sebuah cerita buatlan cerita yang pembaca tahu bagaimana suasananya, deskripsikan dengan detail. Jika kamu sedang mendeskripsikan seseorang buatlah seperti Lizze namanya memiliki mata yang berwarna biru laut dengan alis yang hitam pekat. Hindari penggunaan kata-kata sifat seperti ganteng cantik, besar dan kecil.

Terakhir kalimat yang sejak awal saya ingat ketika mengikuti workshop beliau Janganlah takut untuk dibilang jelek. Menurut beliau, setiap orang memiliki cerita berbeda-beda dengan ciri khas yang berbeda juga.


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone