Pekan lalu,tepatnya pada tanggal 23 September 2020. Gumi Bamboo mengadakan webinar dan product launching berjudul "The role of traditional practices in minimizing waste"
Webinar online ini diisi dengan narasumber-narasumber yang ahli pada bidangnya masing-masing.
Singgih Kartono adalah pemateri pertama dalam webinar ini, beliau adalah designer produk, founder dari gerakan spedagi dan pasar papringan. Sesuatu yang disekitar kita, apa yang kita gunakan saat ini yang perlahan-lahan kita tinggalkan adalah sesuatu yang akan kita gunakan lagi di masa depan, sesuai dengan judul presentasi pak Singgih yaitu The Future is The Past in a New Form.
Pasar Papringan adalah sebuah proyek dari spedagi movement berfokus kepada revitalisasi desa. Pasar Papringan terletak di Temanggung, Jawa Tengah karena adanya gagasan proyek pasar papringan ini, semakin banyak pula yang menerapkan di tempat lain, semakin banyak orang yang mengenal tanaman bambu karena identik tanaman bambu merupakan tanaman yang angker namun karena adanya pasar papringan ini semakin banyak masyarakat yang mulai mengenal manfaat tanaman bambu dalam kehidupan sehari-hari
Papringan memiliki arti yaitu Pring yang berarti bambu dan Papringan adalah kebun bambu
Menurut pak Singgih salah satu masalah di desa yaitu dimana SDM terutama anak-anak muda yang melanjutkan jenjang pendidikan mereka di kota besar namun tidak kembali ke desa asalnya, disana terciptanya suatu kesenjangan.
Maurilla ,pemateri kedua lebih menjelaskan seberapa penting untuk hidup zero waste dengan mengedepankan kearifan lokal kita yaitu budaya Indonesia karena semuanya sangat erat berkaitan. Make, use and dispose dimana istilah tersebut identik dengan linier economy yang terjadi pada saat ini. Dimana ketika kita memanfaatkan dan memproduksi suatu kita tidak bisa menggunakannya kembali padahal yang seperti kita ketahui proses produksi suatu barang membutuhkan energi yang banyak. Mengapa sesuatu yang kita gunakan tidak bisa digunakan kembali? ini dikarenakan kebiasaan kita sebagai masyarakat Indonesia yang tidak memisahkan sampah atau limbah dengan benar dari skala rumah tangga. Lain dengan circular economy secara sederhana dipaparkan yaitu make, use and remake, dimana kita mmpertimbangkan life cycle dari barang tersebut, tetap bisa digunakan sampai benar-benar tidak bisa digunakan kembali.
Selanjutnya Mahniwati memaparkan presentasinya sekaligus menjadi penutup dari narasumber lainnya. Dimana Ia menyampaikan tentang kebiasaan-kebiasaan yang masih dilakukan warga desa adat suku Bayan dimana tradisi tersebut terus dijalani secara turun temurun dan tetap lestari hingga zaman modern ini. Disini Ia menjelaskan pentingnya tanaman bambu untuk masyarakat adat suku Bayan. Menurut Ia, bambu digunakan oleh masyarakat adat suku Bayan sedari awal kita lahir didunia ini sampai ke peristirahatan kita terakhir.
Keren bukan? Untuk kalian yang tidak sempat mengikuti rangkaian kegiatan webinar kami. Tenang saja, kalian bisa menontonnya kapanpun, dimanapun kalian berada klik link ini ya guys https://www.youtube.com/watch?v=xIBlKZVZbR0&list=PLO0gJOc0XmmkHFC9HJxiHidRnwTWKjoSJ&index=1
Jangan lupa untuk terus tune in di instagram kam @gumi_bamboo untuk update info terbaru menarik lainnya tentang usaha sosial kami.