βSiapa yang selama masa pandemi bawaanya bete? Hayooo?Β
Nggak cuma karena keadaan yang nggak menentu, tapi juga mendadak hal-hal yang dulu dianggap biasa kini jadi sebuah pelanggaran berat. Misalnya, sebelum pandemi kita keluar dengan teman mau kapan aja, di mana aja, kumpul berapa orang bebas sesuka hati! Tapi sekarang? Kalau kamu melakukan itu, bisa-bisa dianggap anak muda yang memberikan pengaruh negatif, atau sampai pembubaran paksa oleh aparat. Duh jangan sampe deh! Dengan semua perasaanmu saat ini, coba kamu tarik nafas, buangβ¦. ini saatnya kamu peduli dengan mentalmu sendiri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan, sebelum pandemi COVID-19 keadaan kesehatan mental dunia sudah di posisi yang mengkhawatirkan, dengan jumlah penduduk dunia yang mengalami depresi mencapai 264 jiwa. Dan selama pandemi COVID-19, kesehatan mental setiap orang di dunia juga ikut terpengaruh karena situasi pandemi. Banyak hal yang menjadi pemicu perasaan ini. Mulai dari PHK, menurunnya pendapatan, hilangnya kebebasan, sampai rasa takut tertular wabah.
Hmmm, mau nggak mau, keadaan ini lah yang sedang kita hadapi. Lalu bagaimana ya penanganan termudah untuk mengelola semua rasa khawatir, cemas, hingga stres?
Melalui serial Ceritanya episode 3, Mbak Indri, seorang psikolog Yayasan Pulih memberikan tips untuk menghadapi semua itu. Hal pertama yang harus dilakukan adalah penerimaan, atau self-acceptance. Karena menurut Mbak Indri, akar dari segala permasalahan adalah penerimaan. Kita harus menerima dulu, diri kita, kondisi kita yang sedang kita alami, kelebihan dan kekurangan kita, semua hal itu kita terima tanpa kecuali.
Kenapa harus self-acceptance? Dengan self-acceptance, kita jadi mengetahui kondisi saat ini, kita sedang berada di tahapan yang mana. Misal kita sedang di tahap bosen, ya kita terima dulu semua perasaan itu. Kalau bosen, kamu akan melakukan apa? Meskipun bosan adalah emosi negatif tapi itu perasaan yang wajar.Β
Hal kedua adalah mengelola perasaan. Perasaan negatif menurut Mbak Indri juga adalah sesuatu yang harus kita alami dan kita harus bijak mengelola perasaan tersebut sampai berpindah ke perasaan lain. Jangan lama-lama berada di emotional state negatif tersebut, ya. Kamu bisa melakukan dan menyalurkan rasa bosan atau kesal dengan beragam hal positif. Kalau kamu nggak berpindah atau move on dari rasa bosan, bisa-bisa kamu akan dilanda depresi, stress, yang melahirkan dampak negatif lainnya seperti menyebabkan sulit tidur, perasaan semakin sensitif, jantung berdebar, dan sebagainya.
Nah, Changemakers, hal inilah yang harus kita sadari selagi di rumah aja. Selain melawan pandemi, kita juga sedang berperang mengelola perasaan-perasaan negatif tersebut di diri sendiri. Saran dari Mbak Indri adalah selalu hadirkan tantangan-tantangan baru di hari-harimu. Nggak mesti tantangan-tantangan besar, kamu bisa memulainya dari tantangan-tantangan sederhana.
Tantangan keseharian itulah yang membuat kamu terbebas melewati fase bosan dan nggak berlama-lama di sana. Misal hari ini kamu coba belajar dan mengulik cara menanam bunga hias, besoknya kamu mencoba memasak resep baru, besoknya lagi menantang diri kamu untuk belajar make-up, dan begitu seterusnya.
Coba sharing yuk! Selama di rumah aja kamu sudah melakukan hal apa aja sih? Tulis di kolom komentar ya. Siapa tahu jadi dapat ide setelah melihat kebiasaan Changemakers yang lain. Kamu juga bisa menonton kembali tips-tips dari Mbak Indri diCeritanya episode 3 di https://youtu.be/6lDxgaE3owU.Β
Intinya, selain menjaga imunitas tubuh selama pandemi. Kesehatan mental juga berperan penting untuk melindungi diri dari bahaya akibat depresi. Dengan mengelola perasaan, kamu sudah bijak menjaga mentalmu demi kesehatan tubuh dan jiwa. Selamat hari mental sedunia! π