Amartya Sen, seorang ekonom peraih Nobel Prize, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh dipandang sebagai tujuan pembangunan semata, namun juga harus lebih memperhatikan upaya meningkatkan kualitas kehidupan yang dijalani dan kebebasan yang dinikmati masyarakat.

World Happiness Report (WHR) 2017 menempatkan Gross National Happiness (GNH) Indonesia pada peringkat 82 dunia. Kondisi sosial politik yang belum stabil, teror yang merebak luas, tindakan korupsi para petinggi negara, kemiskinan yang meluas, dan harapan pesimis dari masyarakat terhadap masa depan Indonesia yang lebih baik telah menjadi beberapa faktor yang dilaporkan WHR 2017 cukup mengurangi kebahagiaan hidup penduduk Indonesia.

Terlebih lagi di masa pandemi ini, rasanya sulit sekali untuk menanamkan optimisme di dalam diri terhadap peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Banyak hal terjadi karena adanya pandemi ini, seperti banyak usaha yang gulung tikar, perubahan cara bekerja dan belajar, pembatasan bersosialisasi, dan bahkan kematian karena virus COVID 19. Hal-hal tersebut membuat masyarakat Indonesia merasa cemas, tertekan, serta kesulitan untuk memiliki optimisme dalam melewati pandemi ini.

Sebenarnya untuk meningkatkan kebahagiaan di masa pandemi, terdapat beberapa cara sederhana yang bisa dicoba. Misalnya dengan mengekspresikan rasa syukur dalam bentuk karya. Dengan melakukannya secara rutin, kita dapat menyadari serta menerima hal-hal yang kita miliki, dan juga mengembangkan kualitas diri kita.

Melalui kampanye #BerbagiBahagia, Psikologi Berbagi Semarang dan Campaign ingin mengajak kamu untuk ikut mempromosikan pentingnya merawat kebahagiaan atau kesejahteraan psikologis (well-being) di masa pandemi pada masyarakat luas dengan menyelesaikan aksimu merayakan bahagia setiap hari!