#ForABetterWorldID

Stigma: Perempuan di Dunia Pendidikan Bareng Mahasiswi UGM

profile

campaign

Update

Sebelumnya kita sudah dengar tentang stigma perempuan di dunia kerja dan juga di dunia sosial, seperti anggapan bahwa perempuan terlalu sensitif untuk menjadi pemimpin dan ekspektasi kalau perempuan harusnya di rumah saja. Tapi bagaimana di dunia pendidikan? Zaman tentu sudah berubah sejak gerakan emansipasi perempuan yang diperjuangkan oleh R.A. Kartini dulu. Masih adakah stigma perempuan di dunia pendidikan? Kalau iya, seperti apa, sih?


Champ berkesempatan untuk ngobrol dengan Kak Zahra Maulida Afiff, mahasiswi jurusan Psikologi di Universitas Gadjah Mada, tentang stigma tersebut. Apa katanya, ya?


Q: Hai, Zahra! Boleh jelasin, dong, apa kesibukan kamu saat ini? 

A: Selain berkuliah, kesibukan aku saat ini ikut Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM, tepatnya di Departemen Hubungan Masyarakat. 


Ada stigma negatif atau pandangan negatif yang pernah kamu terima atau dengar mengenai perempuan di lingkungan pendidikanmu, nggak? 

Kalau di jurusan aku sendiri, nggak pernah, sih, karena mahasiswanya mayoritas perempuan, jadi sangat mendukung dan menghormati. Tapi mungkin pandangan negatif ini lebih umum ditemukan di jurusan yang mayoritas laki-laki, misalnya jurusan teknik. Banyak statement negatif kayak, “Kamu, kan, perempuan, yakin mau kerja outdoor?” atau “Yakin bisa pegang alat berat?” yang intinya meragukan kemampuan perempuan untuk ikut di bidang-bidang tersebut. 


Bagaimana kamu menghadapi stigma tersebut? 

Pastinya aku sangat menentang, karena menurut aku pendidikan nggak punya gender. Tujuan dari pendidikan itu sendiri, kan, untuk mencerdaskan, jadi kita sama-sama tahu kalau pendidikan itu seharusnya adil, nggak pandang latar belakang atau kasta sosial, jadi gender nggak menjadi faktor yang membatasi pendidikan. Menurut aku juga statement tadi udah nggak relevan di masa kini yang berbeda dengan zaman dulu di mana patriarki masih dijunjung tinggi dan perempuan belum mendapatkan akses pendidikan sama dengan laki-laki. Sebenarnya, kalau perempuan sudah menguasai pendidikan, kita bisa jadi sangat powerful dan bisa jadi ancaman bagi orang yang percaya terhadap stigma tersebut.


Dari semua wawancara yang sudah kita lakukan, banyak narasumber bilang kalau edukasi tentang masalah stigma sosial dan kesetaraan itu nomor satu. Sebagai seseorang yang sedang berada di dalam sistem pendidikan, apa opini kamu? 

Yang pasti aku sangat setuju, ya. Karena menurut aku masih banyak banget pihak yang belum bisa percaya dengan daya saing perempuan, termasuk perempuan itu sendiri. Masih banyak banget perempuan di luar sana yang masih terikat dengan stigma masyarakat itu, sehingga mereka nggak punya semangat dan yakin untuk bisa memperjuangkan pendidikan itu sendiri dan mimpi-mimpi mereka. Menurut aku, edukasinya juga perlu diperhatikan karena isu kesetaraan ini bisa bias, di mana fokus kita itu agar perempuan mendapat hak yang sama, bukan untuk merendahkan laki-laki. 


Pembelajaran dengan topik kayak apa dan dalam bentuk apa yang kira-kira bisa membantu generasi penerus ini menjadi lebih peka, melek, dan aktif dalam memperjuangkan isu kesetaraan?

Menurut aku, topik kesetaraan ini bisa dimasukkan ke topik pembelajaran literasi atau literatur. Misalnya, di sekolah dimasukkan pelajaran khusus literasi, di mana murid ditargetkan baca satu sumber yang bisa dibahas di kelas dan ada open discussion. Karena semakin banyak kita baca, wawasan dan pengetahuan jadi makin luas, dan kegiatan ini bisa merangsang rasa ingin tahu dan sifat kritis, terutama untuk perempuan, supaya mereka haus akan pengetahuan dan nggak cukup puas dengan stigma yang ada di masyarakat.


Kamu ada pesan untuk perempuan di luar sana yang sedang berjuang seperti kamu? 

Jangan pernah percaya sama kata-kata yang merendahkan, membatasi, atau meragukan kita sebagai perempuan untuk bisa mencapai sesuatu, apalagi pendidikan. Kita sendiri yang harus percaya dan harus yakin sama potensi yang kita punya, juga harus berani bermimpi besar dan mencapai mimpi tersebut. Menurutku, kalau bukan kita sendiri sebagai perempuan yang mau yakin dan saling support, gimana kita bisa memutus stigma ini? Oh, aku jadi ingat satu quote yang relate dengan topik ini, “If you educate a man, you educate an individual. But if you educate a woman, you educate a whole generation.” 


Nah, kalau kalian yang juga berada di dunia pendidikan seperti Kak Zahra, pernah dengar, nggak, tentang stigma perempuan di instansi pendidikan kamu? Dan bagaimana opini atau tindakan kamu? Share pengalaman kamu di kolom komentar, ya! 

heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone