โHai, Changemakers!
Nggak terasa nih, kita sudah sampai di part terakhir konten series Sustainable Living: Komitmen atau Ikut-Ikutan? Bareng salah satu narasumber tamu, yang pasti sudah kamu tunggu-tunggu! Siapa dia? Yaps, hari ini kita kedatangan Kak Ramon Y Tungka, seorang aktor dan explorer yang ternyata sudah lama menjalani sustainable living atau gaya hidup berkelanjutan. Usut punya usut, ternyataย Kak Ramon, paling nggak suka, kalau sustainable living itu dibilang gaya hidup yang mahal! Kok gitu ya? pstt.. Kak Ramon juga memberikan beberapa tips nih, untuk kamu bisa membangun komitmen sustainable living. Apa itu? Cuss, langsung kepoin hasil interview Champ dengan Kak Ramon Y Tungka, di bawah!
Q: Menurutmu sustainable living itu apa, kemudian apa goals yang berusaha dicapai oleh konsep ini?
A: Ini sebenernya gaya hidup atau pola hidup yang sifatnya berkelanjutan, yang tanpa orang sadar tren ini mengulang apa yang manusia pernah lakukan zaman dulu atau sekarang. Masyarakat adat atau orang zaman dulu, ketika modernitas itu ada mereka hidup dengan cara sustainable, dikatakan demikian sebab sustainable itu kan tidak berhenti terus berlangsung, berkelanjutan. Jadi, tidak ada tuh yang namanya barang non-valuable, semua barang tuh pasti umurnya panjang. Dengan cara, gimana mereka menggunakannya tidak sampai habis, namun disisakan lalu diolah kembali di masa yang akan datang, terus diputar terus, recycling terus hingga semuanya ini balance. Menurut saya pola sustainable living ini merupakan pola yang memikirkan masa depan. Ini berasal dari masa lalu, tapi sudah berpikir tentang masa depan.ย
Kapan kamu menjadi salah satu orang yang mengikuti gaya hidup ini? Dan kanapa?
Dari kapan, dan sebenernya kenapa, menarik ya. Bahwa, awal mulanya itu karena keresahan yang saya alami lebih kepada, kan ada beberapa orang yang memiliki pemicunya, triggernya. Misalnya kita bilang, โDemi bumiโ ya, demi buminya gimana? Kalau saya bisa menjabarkannya, ketika saya berkegiatan aktivitas di luar ruang, lalu saya melihat, kondisi di negeri ini, hutan kuantitasnya tuh sekarang luasnya sudah mulai berkurang, sebab adanya deforestasi oleh sebab itu kenapa kita harus tarik mundur, karena ada alih fungsi hutan. Awalnya yang merupakan hutan lindung, kemudian menjadi perkebunan, terus menjadi perkebunan sawit. Nah, kalau saya sudut pandangnya bermula dari situ dari apa yang saya temukan. Kenapa, hutan bisa beralih fungsi? Sebab demand atau permintaan yang sangat tinggi di negara ini, kebutuhan dari palm oil atau kelapa sawit. Kenapa bisa tinggi? Dari gaya hidup! Gimana, kita ini mengkonsumsi barang itu berlebihan, hingga akhirnya bergantung pada produk-produk yang berasal dari sawit tersebut. Maka, untuk stop itu kita harus memperhatikan dari hulu ke hilir, hilirnya apa? ya , dimulai dari diri sendiri. Misalnya dengan cara mengubah gaya hidup, mengubah barang-barang yang berasal dari minyak kelapa sawit salah satunya. Mengubah jadi menggunakan sabun batang organik, sampo organik, mengganti tisu dengan kain. Tanpa kita sadari sebenarnya, produk kecantikan kita ada micro plastinya, selain terbuat dari berbahan dasar sawit itu tadi ya. Maka, untuk lebih sehat, ya mengganti itu semua. Itu yang membuat sudut pandang saya dibalik, untuk menekan itu.ย
Foto: โInstagram @RamonYTungka
Secara umum, apa pendapatmu soal konsep sustainable living yang mulai tren di kalangan anak muda?
Bagus sih kalau menurut saya, maksudnya apalagi di negeri ini sesuatu yang menjadi tren harus, apa ya, kalau ingin menyampaikan sesuatu maka jadikan ini tren. Siapa yang nggak kenal sepeda? Dulu orang males ya, main sepeda. Namun, setahun kemarin semua orang berlomba-lomba, semua orang berkompetisi menampilkan sepedanya yang paling bagus. Dalam artian, ketika menjadi tren ini akan menekan. Ketika, sepeda ini menjadi tren maka penggunaan akan mobil sedikit berkurang. Sama, ketika sustainable living ini menjadi tren. Maka, yang namanya gaya hidup sehat akan meningkat juga grafiknya gitu kan. Tinggal tren ini harus dipertahankan untuk mampu mencapai goal pada akhirnya.ย
Bagaimana sih sebenernya komitmen sustainable living itu? Apakah yang dilakukan anak muda saat ini sudah sejalan dengan komitmen tersebut?
Kalau menurut saya sih gini, kalau perkara komitmen itu masih perlu disuntikan lagi edukasinya. Why this, why that? Itu perlu, tapi untuk bisa komitmen, butuh konsistensi gitu. Dan, saya sih yakin optimis sekali, dengan apa ya fenomena sustainable ini akan berumur panjang. Sebab, semua stakeholder semua pihak mendukung untuk menggunakan SDGโsnya mereka, sustainable development programnya. Artinya semua perusahaan, bahkan negara ketika di Paris Protokol itu juga, dalam artian salah satu visinya ya itu untuk menerapkan SDGโs-nya itu. Artinya ketika semua stakeholder menerapkan, semua perusahaan juga berlomba-lomba untuk jadi green business dari hulu ke hilirnya, turun jadi ke green customer ya kan. Maka ini saya melihat ini kedepannya, akan panjang. Tinggal, diinjeksikan lagi โtujuannya ini lohโ jadi, nggak sekedar tren aja.

โFoto: Zoom Call bersama, Kak Ramon Y Tungka.
Bagaimana caramu meng-encourage lebih banyak lagi anak muda untuk menjalani gaya hidup ini?
Sebenernya simpel, saya selalu mengajak kawan-kawan yang lain yang sudah paham sebelumnya tentang sustainable living ini. Misal, saya udah kenal kamu nih, saya akan menanamkan lagi gitu kan. Memimpin dengan cara memberi contoh, menularkan hal baik gitu. Kebetulan saya sedang melakukan sebuah kampanye yang saya lakukan, kampanye ini terus di-upgrade, terus kemudian rangkaian kampanye ini kita mencoba create more resource lagi. Kebetulan, saya juga punya produk yang ramah lingkungan yang bertujuan untuk menularkan semangat. Produk yang memang sustainable, meminimalisir penggunaan barang sekali pakai. Nah, kampanye kampanye sosial seperti ini, yang sampai sekarang saya terus suntikan, bekerja sama dengan banyak LSM, bekerja sama dengan banyak komunitas, dan lain-lain. Kita harus berjalan bersama anak muda sekarang ya, millennial saat ini melibatkan mereka dengan banyak riset, dengan begitu, tertanam banyak edukasi. Banyak kampanye dan project sustainable living saya menjadi project yang besar. Karena saya percaya, energi baik walaupun kecil, kalau dilakukan secara bersama-sama, dilakukan secara kontinuitas penuh dengan konsistensi, makan akan melahirkan kekuatan perubahan baik yang sangat masif.ย
Wah, keren banget ya semua jawaban-jawaban Kak Ramon! Nah, kamu yang ingin mengikuti jejak Kak Ramon, bisa loh, dari sekarang membiasakan diri dengan hidup sustainable living. Salah satu caranya yaitu dengan mengikuti Challenge Tunjukkan Aksi Nyata Kepedulian dan Perhatian Besarmu Terhadap Lingkungan dari @jejak_rimbaraya! Dengan mengikuti Challenge ini, kamu sudah berusaha menyelematkan bumi, sekaligus membuka donasi 10 ribu rupiah yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik untuk membantu petani lokal binaan komunitas Jejak Rimba Raya. Tunggu apa lagi? Yuk, jadi bagian perubahan nyata sekarang juga! ๐

โFoto: Zoom Call bersama, Kak Ramon Y Tungka.
Tantangannya apa sih untuk menjalani sustainable living? Apalagi banyak orang-orang bilang sustainable living itu mahal?
Ya, sebenarnya tantangannya kembali lagi ke konsistensi. Untuk bisa konsistensi edukasi tadi. Ada yang bilang sustainable living itu mahal? Wow siapa bilang? Malah ini adalah gaya hidup paling murah gitu kan. Bahkan ketika masa lalu, masyarakat adat ini menerapkan pola hidup berkelanjutan ini, sebenernya mereka belum mengenal uang saat itu gitu. Dan menurut saya, justru gaya hidup ini paling murah. Contoh misalkan, fenomena penggunaan meminimalisir penggunaan sampah plastik sekali pakai. Jangan musuhi plastiknya, tapi musuhi sikap kita sebenernya. Semisal, kita membeli makanan, atau kalau saya, membeli ice cream, dengan wadah yang besar yang terbuat dari plastik. Kalau nggak dibungkus plastik, masa dibungkus kain beli es krimnya? Namun, setelah barang ini menjadi non-valuable, maka apa yang bisa saya lakukan? Barang seperti ini yang bentuknya seperti ember, bisa saya pakai kembali menjadi celengan atau menjadi pot bunga ya kan. Sekarang apa lagi, orang-orang belomba bercocok tanam, ini bisa jadi pot. Kemudian, ini bisa jadi wadah storage box dibandingkan saya harus ke supermarket membeli storage box. Semua daur ulang itu, part of sustainable living, maka dari itu kalau ada yang bilang sustainable living itu mahal, karena brandingnya segala macam. Anda belum tahu berarti, apa itu sustainable living.
