Hai, Changemakers!
Siapa yang di sini suka banget belanja baju? Pokoknya baju dengan model terbaru harus banget punya, sampai-sampai kamu merogoh kocek yang besar dari uang saku setiap bulan. Nah, sebenarnya sah-sah aja untuk membeli apa yang kamu inginkan, tapi yang jadi masalah di sini adalah ketika kamu sudah belanja terlalu impulsif ditambah ternyata baju yang selama ini kamu beli adalah baju dengan kategori fast fashion dan bukan slow fashion. Memang apa bedanya, sih, fast fashion dan slow fashion? Yuk, sama-sama kita perdalam perbedaan keduannya agar kita bisa jadi pembeli yang bijak dan memiliki kesadaran akan lingkungan.

Foto: Frencessasafari.com
Memang harga pakaian slow fashion enggak semurah fast fashion. Tapi, kamu tetap bisa kok mempraktikan perilaku slow fashion dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari:
Pakai apa yang kamu punya
Tahan godaan! Kamu yang suka window shopping, harus mikir berkali-kali nih kalau ada tren fesyen yang datang berseliweran. Percaya deh, kamu masih bisa kok memakai baju-baju lamamu dan mix and match sesuka hati dengan keren.
Perluas wawasanmu
Kalau kamu termasuk orang yang baru menjalani slow fashion, bisa kok dari sekarang membaca-baca sampai mempelajari banyak ilmu baru mengenai lingkungan dan juga dunia fesyen yang semakin memantapkan konsistensi kamu untuk menjaga bumi melalui apa yang kamu pakai.
Ubah cara pandang
Mendapatkan baju baru enggak mesti harus belanja baju baru. Kamu masih bisa kok membeli baju preloved (baju bekas pakai), tukaran baju, sampai menyewa baju yang sekarang ini sudah banyak sekali jasanya! Dengan menjalankan cara tersebut, kita berkontribusi dalam memperpanjang umur pakaian hingga 9 bulan serta mengurangi emisi karbon global sebesar 20-30 persen!
Nah, itu dia yang bisa kamu lakukan untuk menjadi pahlawan lingkungan dari setiap pilihan pakaian yang ingin kamu beli. Menjaga bumi beserta isinya bisa dimulai dari apa yang kamu pikirkan dan apa yang kamu beli. Yuk, jadi bagian dari pahlawan lingkungan!
Foto: Tirto.id
Masih ingat kejadian runtuhnya Rana Plaza pada tahun 2013 di Bangladesh? Salah satu fungsi bangunan ini adalah pabrik pakaian yang mengekspor banyak pakaian dengan merek-merek ternama di dunia. Tragedi tragis ini memakan korban jiwa kurang lebih 1.136 pekerja dan ratusan pekerja lainnya luka-luka. Human error juga menjadi penyebab kejadian banyaknya korban jiwa berjatuhan karena kelalaian pemilik pabrik yang enggak mengindahkan peringatan dari pemerintah setempat untuk segera mengosongkan Rana Plaza, setelah diketahui bangunan tersebut sudah nggak layak huni.
Berkat kejadian ini, banyak mata seakan dibukakan dalam semua hal dibalik keindahan pakaian fast fashion yang selama ini selalu terpampang di etalase toko. Kejadian ini juga melahirkan gerakan “Who Made My Clothes” yang melawan praktik fast fashion dan memberikan dukungan untuk kesejahteraan bagi para pekerja yang membuat setiap pakaian dalam industri fast fashion.
Foto: Businessgreen.com
Enggak berhenti sampai sana, karena fast fashion diproduksi dengan sangat cepat, bahkan 2 minggu sekali beberapa merek harus memproduksi model terbaru untuk dipasarkan. Mengakibatkan banyak sekali limbah yang dihasilkan untuk lingkungan, dari pewarna tekstil yang dibuang sampai banyaknya sampah dari pakaian fast fashion yang menggunung, dan tentu seperti yang kita tahu hal ini sangat enggak baik untuk lingkungan.
Menjawab dari keresahan di atas, slow fashion hadir dari kesadaran dan juga keresahan yang sama dari setiap pembeli untuk berpindah pola konsumsinya nih, Changemakers. Slow fashion yang enggak tergantung tren, koleksinya lebih sedikit, sampai meminimalisir limbah tekstil menjadi daya tarik sendiri dibandingkan pakaian fast fashion.

Foto: Kompasiana.com
Fast Fashion VS Slow Fashion
Fast fashion atau fesyen cepat adalah istilah yang digunakan dalam industri tekstil yang memiliki banyak model fesyen yang terus berganti dalam waktu singkat, juga menggunakan bahan baku dengan kualitas yang kurang baik, sehingga baju yang diproduksi enggak tahan lama. Fast fashion juga menekankan pada kuantitas bukan kualitas dengan terus menekankan biaya produksi semurah-murahnya.
Sedangkan slow fashion atau fesyen lambat berbanding terbalik dengan fast fashion. Slow fashion didasari dengan kualitas yang tinggi, rentang waktu penggunaan yang lama, proses produksi memiliki etika lingkungan, sampai memilih equal pay dan memberdayakan pengrajin lokal. Slow fashion juga enggak memfokuskan kecepatan produksi massal, maka hal inilah yang membuat slow fashion sangat mementingkan kualitas bukan kuantitas.
Kenapa fast fashion menjadi bermasalah?
Mungkin kita nggak pernah tahu bagaimana proses detail baju yang kita beli itu dibuat seperti apa atau bagaimana nasib semua baju-baju yang sudah enggak kita pergunakan kedepannya. Sehingga kita terus membeli semua baju baru. Tapi, apa kamu tahu kalau semua itu ada “harga” yang harus dibayar, loh.
Referensi:
https://tirto.id/di-balik-maut-tekstil-bangladesh-cr9d
https://zerowaste.id/zero-waste-fashion/fesyen-lambat-slow-fashion/
https://fashioninsiders.co/features/inspiration/who-made-my-clothes-movement/
https://journal.sociolla.com/lifestyle/perbedaan-fast-fashion-dan-slow-fashion?page=2

