Kampanye #1day1egg mendorong pentingnya konsumsi satu telur per hari sebagai langkah menuju Indonesia #zerostunting, dengan target mengurangi tingkat stunting dari 21,6% pada tahun 2022 menjadi 14% pada tahun 2024. Kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran akan peran vital nutrisi dalam pertumbuhan anak-anak. Melalui kolaborasi dan dukungan bersama, kami berharap menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berkualitas bagi generasi mendatang.

zerostunting

Kampanye "#1day1egg" untuk Indonesia #zerostunting meningkatkan kesadaran nutrisi anak Indonesia. 

Wujudkan Indonesia #ZeroStunting

YDLB

​Hai Changemakers!&nbsp;Emangnya kalau kebanyakan makan telur jadi bisulan? Kalau cuci telur sampai bersih, kuman-kumannya beneran hilang?&nbsp;Hayo siapa yang sering dengar cerita-cerita tadi? Ternyata sampai saat ini cerita tentang telur masih sering berseliweran terdengar dari mulut orang-orang. Hal ini menyebabkan kita ragu saat hendak mengonsumsi telur, apalagi kalau dikonsumsi setiap hari.&nbsp;Tapi tahukah kalian, kalau cerita-cerita tadi ternyata hanya mitos loh! Yuk kita kupas tuntas tuntas mitos telur di bawah ini!&nbsp;&nbsp; 1. Mitos: Telur memicu bisul&nbsp;Fakta:Tidak ada bukti ilmiah bahwa telur dapat memicu bisul. Bisul disebabkan infeksi bakteri Staphylococcus aureus masuk ke dalam folikel rambut atau kelenjar minyak pada kulit, yang kemudian menyebabkan peradangan dan pembentukan benjolan merah yang terasa nyeri. Biasanya bisul terjadi karena kondisi kulit yang memiliki kelembaban berlebihan, kurang bersih, atau kerusakan kulit yang memudahkan bakteri masuk ke kulit.&nbsp;&nbsp; 2. Mitos: Kuning telur meningkatkan risiko penyakit jantung&nbsp;Fakta:Kuning telur justru melindungi kesehatan jantung, perkembangan otak, dan sistem saraf karena mengandung kolin. Kolin berfungsi untuk mengontrol dan menahan kadar homosistein agar risiko penyakit jantung tidak muncul.&nbsp;&nbsp; 3. Mitos: Telur harus dicuci bersih&nbsp;Fakta:Mencuci telur tidak dianjurkan karena akan membuka pori-pori pada cangkang sebagai pintu masuk bakteri salmonella. Pada dasarnya telur memiliki lapisan pelindung alami yang disebut cuticle yang berfungsi untuk melindungi telur dari kontaminasi bakteri serta menjaga kesegarannya.&nbsp;&nbsp; 4. Mitos: Telur mentah lebih kaya protein&nbsp;Fakta:Telur mentah mengandung bakteri salmonella yang mengakibatkan diare, mual, muntah, kejang, hingga kematian. Pada kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, infeksi bakteri salmonella menyebabkan komplikasi serius.&nbsp;&nbsp; 5. Mitos: Warna cangkang telur menentukan kandungan gizi&nbsp;Fakta:&nbsp;Perbedaan anatomi ayam betina menghasilkan warna cangkang telur berbeda-beda sehingga tidak mempengaruhi kandungan gizi di dalam telur. Kandungan gizi dalam telur ditentukan oleh faktor-faktor berupa jenis pakan yang diberikan untuk ayam, kondisi kesehatan ayam, lingkungan tempat telur diproduksi, dan cara penyimpanan telur.&nbsp;&nbsp; Sekarang sudah tahu kan mitos-mitos telur yang beredar tidak benar? Meskipun begitu, kita tetap harus memilih telur yang berkualitas baik agar tubuh kita sehat.&nbsp;&nbsp;Berbicara tentang sehat, yuk dukung anak-anak terindikasi stunting agar tumbuh sehat bersama #ZeroStunting ! Jangan lupa ajak teman-temanmu untuk berkontribusi menurunkan angka stunting untuk ciptakan masa depan anak-anak yang cerah.

Kupas Tuntas Mitos Telur!

​Dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, kita harus sadar betapa pentingnya asupan gizi yang baik untuk memaksimalkan potensi anak sejak dini. Kualitas asupan gizi yang baik mendorong fungsi tubuh untuk memberikan dan menerima suatu hal. Namun apa jadinya kalau kita tidak memperhatikan asupan gizi sejak dini?&nbsp;Jika kita tidak aware dengan asupan gizi sejak dini, konsekuensinya bisa berdampak pada terjadinya stunting. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak-anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai, terutama protein, zat besi, vitamin, dan mineral penting lainnya selama masa pertumbuhan mereka.&nbsp; &nbsp; &nbsp; &nbsp;Berdasarkan data SSGI 2022, sekitar 21,6% (4,7 juta balita) di Indonesia mengalami gizi buruk dan dikategorikan sebagai stunting. Dengan kata lain, 1 dari 5 balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Sebagai agen perubahan di masa depan, penting bagi kita untuk bantu mereka bebas dari stunting. Melalui campaign ini, #ZeroStunting menggunakan telur sebagai intervensi untuk tangani anak terindikasi stunting. Kenapa Telur Dipilih untuk Penanganan Stunting?&nbsp;Dalam penanganan stunting, telur memberikan kontribusi signifikan karena mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak berupa protein, mineral, zat besi, vitamin, fosfor, dan asam amino. Percaya tidak dengan kandungan sebanyak itu harganya sangat murah? Faktanya, harga telur memang relatif terjangkau dan mudah ditemukan dibanding dengan protein hewani lainnya. Selain itu, telur dapat disimpan hingga 2 minggu tanpa ditaruh di kulkas!&nbsp;Melalui campaign Wujudkan Indonesia #ZeroStunting , Edufarmers telah mengajak changemakers berpartisipasi dalam menurunkan angka stunting dengan mengunggah 4 rangkaian aksi saat mengonsumsi telur. Apakah dengan unggahan foto makan telur akan berdampak?&nbsp;&nbsp;Tentu! Unggahan 4 rangkaian aksi menyadarkan yang lain bahwa telur efektif dalam menangani stunting dalam berbagai macam olahan makanan lezat. Setelah melengkapi aksi, changemakers otomatis berdonasi sebesar Rp40.000 yang akan disalurkan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak baduta, dan anak balita terindikasi stunting di Tebet, Jakarta Selatan. Selain itu, changemakers juga secara tidak langsung mengajak teman-teman untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menangani stunting. Pentingnya Kesadaran Masyarakat Menangani Stunting&nbsp;Masyarakat memiliki peran yang signifikan dalam penanganan stunting, karena stunting juga terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di suatu daerah. Bila anak stunting tidak ditangani sedini mungkin, ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak sehat secara fisik dan kognitif. Hal ini akan menghambat kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan terampil di masa depan.&nbsp;Kesadaran masyarakat sangat berkontribusi besar dalam penanganan stunting dimulai dari hal-hal yang kecil. Jika dilakukan secara bersama-sama tentu penanganan stunting akan mudah dilakukan bukan? Semakin banyak yang melakukan, semakin banyak anak yang terbebas dari kondisi stunting. Dampak Positif Campaign Wujudkan Indonesia #ZeroStunting&nbsp;Bentuk dukungan campaign Wujudkan Indonesia #ZeroStunting bukan hanya sekadar ajakan untuk bersama-sama tangani stunting, tetapi juga menjadi wadah untuk memberikan kebermanfaatan ilmu bagi sesama lainnya. Aksi campaign juga berperan sebagai ruang untuk changemakers berkreasi dalam menyajikan menu makanan yang bergizi dan variatif dengan telur sebagai makanan utama. Dengan hal ini, campaign menjadi sarana untuk berbagi ilmu dan melakukan kebaikan kepada orang lain untuk mendorong perubahan yang lebih baik di masa depan.&nbsp;Setelah berjalan selama 4 bulan, campaign berhasil mencapai 7 juta donasi yang diikuti oleh 200 changemakers untuk Wujudkan Indonesia #ZeroStunting. Semoga perjuangan dalam penanganan stunting terus berlanjut. Terima kasih para Changemakers❤️

#zerostunting

Total Grant worth:

💵

Campaign Progress

Social Impact

#zerostunting