Pendidikan Kader Masjid Syuhada (PKMS) adalah sebuah lembaga/komunitas yg concern di bidang pendidikan dan pengkaderan. ada beberapa gerakan dan komunitas yg sedang dirintis oleh PKMS, diantaranya Jazzsyuhada, Sekolah Perempuan, Serambi Inovator, dan Pemberdayaan Masyarakat Kalicode. 

Sikap intoleransi generasi muda dirasakan semakin menguat. Dalam kajian yang dilaksanakan oleh KOMNAS HAM sikap tersebut meningkat terus, jika sebelumnya berada pada angka 20%, saat ini naik menguat mencapai 50%.  

Beberapa kecenderungan yang ditampakkan langsung adalah sikap kurang menyenangkan jika ada teman yang berbeda agama menjalankan ibadahnya, ada juga kecenderungan memilih lingkungan kerja berdasar agama, suku dan status ekonomi. Kesenjangan sosial membelah masyarakat sehingga terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Dimana sekolah mahal dan favorit kebanyakan diisi oleh anak-anak yang memang berkecukupan, sedangkan anak-anak kurang mampu hanya bisa bersekolah di sekolah yang biasa-biasa saja. Praktik ini tentu membawa sikap yang kurang baik dalam kehidupan berbangsa yang menjunjung tinggi nilai perbedaan. Selain itu, Kondisi ini membuat generasi muda menjadi generasi yang tidak memiliki jiwa empati.

Maka dari itu, melalui kampanye #BerbedaTetapSatu ini mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk mendukung terciptanya lingkungan yang lebih inklusif bagi generasi muda dan sehingga terwujud generasi-generasi muda yang memiliki jiwa toleransi dan empati.

Foto kamu dengan teman kamu yang berbeda, baik beda agama, suku, budaya maupun yang lainnya, dengan pose/gaya senyaman kalian. Berikan caption tentang kalimat dukungan untuk generasi muda supaya memiliki jiwa toleransi dan empati serta tambahkan tagar #BerbedaTetapSatu.

BerbedaTetapSatu

Mengajak anak muda untuk menjadi seseorang yang memiliki jiwa toleransi dan empati antar sesama

7 Hari Ngemong Roso Dengan Sesama

action photo type

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama:

Hi Changemakers! 

Setara Institute pada tahun 2018 merilis hasil risetnya tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) minoritas keagamaan di Indonesia, tercatat bahwa pelanggaran yang terjadi terkait hal ini ada 109 peristiwa pelanggaran KBB dengan 136 tindakan yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia.  Pada tahun 2019, penelitian serupa dilakukan oleh Komnas HAM, menemukan  hasil bahwa ada kecenderungan sikap intoleransi yang semakin menguat di kalangan anak muda terdidik. Temuan ini berdasarkan hasil kajian Komnas HAM sejak 2012-2018. Diungkapkan bahwa indeks kecenderungan sikap intoleransi semakin menguat hingga mencapai lebih dari 50 persen. 

Dua riset yang dilakukan selang satu tahun ini menyadarkan kita bahwa permasalahan toleransi masih menjadi agenda besar bagi bangsa Indonesia. Sikap intoleransi yang dihadirkan oleh kaum muda menjadikan problematika tersendiri karena dari anak muda diharapkan perubahan itu dapat dibangkitkan. Semangat yang dicetus oleh founding father jangan sampai luntur dengan pengentalan identitas ini. Penguatan akan pentingnya hidup bersama dengan menghargai perbedaan dan keberagaman perlu digelorakan dan terus menerus disampaikan.

Penguatan ini diperlukan karena usia remaja merupakan usia dimana pencarian identitas. Jika meminjam definisi yang disampaikan oleh tokoh psikologi Erikson bahwa usia remaja adalah dimana individu menghadapi “krisis” dari identitas versus kekacauan identitas. Identitas akan terbentuk ketika remaja dapat menyelesaikan persoalan besar seperti pilihan pekerjaan, pemilihan nilai-nilai untuk diterapkan dalam hidup dan agama, politik serta perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Remaja masih sering terpengaruh oleh lingkungan mereka, dan kebanyakan remaja berhubungan dengan hal-hal yang religious intolerance, hal ini didasarkan dalam masa krisisnya mereka mengalami kegagalan yang dikenal dengan istilah identity confusion. 
Penguatan dari orang sekitar tentunya diperlukan, membuka ruang dialog dengan mereka menjadi tugas bersama sehingga remaja dapat menentukan peta jalan yang dihadapinya. Mendengar dan bercerita untuk saling berbagi menjadi hal penting yang harus dilakukan. Mengingat hal tersebut, maka PKMS sebagai wadah remaja yang berproses untuk berkembang bermaksud mengadakan program Ngemong Roso dengan mengusung kegiatan berbagi makanan/barang dengan sesama selama 7 hari berturut-turut untuk menciptakan nilai-nilai toleransi dan inklusifitas terhadap sesama.