Front Santri Melawan Kekerasan Seksual (For Mujeres) merupakan gerakan kolektif santri feminis akar rumput. kolektif ini didirikan pada 8 Maret 2018, di kota Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Pembentukan kolektif ini dipicu oleh serangkaian kasus seksual kekerasan yang dialami oleh beberapa santriwati di pondok pesantren besar di Ploso, Jombang (selanjutnya akan dirujuk ke 'kasus Ploso'). Pelaku adalah salah satu pemimpin pondok pesantren. Oleh karena itu, kami terbentuk untuk berusaha menciptakan sistem pendukung bagi para penyintas kekerasan seksual, utamanya bagi kaum santri.

Kasus perkosaan yang dilakukan oleh Moh Subchi Azal Tsani yang merupakan anak dari Kyai di Jombang yang mempunyai pesantren cukup besar dan tersohor di Indonesia. Tersangka dikenal juga sebagai pengajar dari salah satu Lembaga Pendidikan di pesantren tersebut. Tersangka memaksa korban untuk memenuhi nafsu bejatnya dengan cara menggunakan ajaran yang diyakininya . Korban yang notabenenya adalah santri yang selama ini tunduk dan patuh terhadap tersangka, tidak berdaya melawan kendali dan control kekuasaan  tersangka. Pelaku sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh Polres Jombang sejak tanggal 12 November 2019, artinya penyidik Polres Jombang sudah yakin bahwa ada tindak pidana Perkosaan yang dilakukan Moch. Subchi Azal terhadap korban berdasarkan alat bukti  cukup  yang sudah dikantongi penyidik Polres Jombang. Namun saat itu Polres Jombang selolah keok tidak berani melakukan penangkapan dan penahanan terhadap tersangka. Kini, sudah 261 hari sejak korban melaporkan kasusnya di Polres Jombang pada tanggal 29 Oktober 2019 dengan nomor : No LPB/392/X/RES/1.24/2019/JATIM/RESJBG hingga hari ini belum juga ada kepastian hukum terhadap perkara ini. Bahkan ketika perkara ini diambil alih oleh Polda Jatim sejak 15 Januari 2020, aparat penegak hukum juga tidak segera beritikad baik dalam menuntaskan proses penyidikan.

Bukan hanya itu, kekerasan seksual itu bisa terjadi di mana saja, tak terkecuali di Pesantren. Untuk itu sangat penting bagi kita untul menyuarakn ketidakadilan yang terjadi.

Melalui kampanye #SantriMenuntutKeadilan kami ingin mengajak semua orang lebih peduli dan membuat Indonesia menjadi inklusif dengan menjunjung kesetaraan dan menciptakan ruang aman.

Upload swafotomu dan berikan caption tentang kalimat dukungan untuk penyintas MNK.


SantriMenuntutKeadilan

Mengajak masyarakat Indonesia untuk turut menyuarakan ketidakadilan dan membuat adanya ruang aman.

No More Rape

action photo type

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama:

Hi. Changemaker

Masih ingat dengan kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Moh Subchi Azal Tsani yang merupakan anak dari Kyai di Jombang yang mempunyai pesantren cukup besar dan tersohor di Indonesia? Tersangka dikenal juga sebagai pengajar dari salah satu Lembaga Pendidikan di pesantren tersebut. Tersangka memaksa korban untuk memenuhi nafsu bejatnya dengan cara menggunakan ajaran yang diyakininya . Korban yang notabenenya adalah santri yang selama ini tunduk dan patuh terhadap tersangka, tidak berdaya melawan kendali dan kontrol kekuasaan  tersangka.

Ya, pelaku sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh Polres Jombang sejak tanggal 12 November 2019, artinya penyidik Polres Jombang sudah yakin bahwa ada tindak pidana Perkosaan yang dilakukan MSA terhadap korban berdasarkan alat bukti  cukup  yang sudah dikantongi penyidik Polres Jombang. Namun saat itu Polres Jombang seolah keok tidak berani melakukan penangkapan dan penahanan terhadap tersangka. Kini, sudah 261 hari sejak korban melaporkan kasusnya di Polres Jombang pada tanggal 29 Oktober 2019 dengan nomor : LPB/392/X/RES/1.24/2019/JATIM/RESJBG hingga hari ini belum juga ada kepastian hukum terhadap perkara ini. Bahkan ketika perkara ini diambil alih oleh Polda Jatim sejak 15 Januari 2020, aparat penegak hukum juga tidak segera beritikad baik dalam menuntaskan proses penyidikan. Lambatnya penanganan yang dilakukan penyidik Polda Jatim ini sangat disayangkan karena tidak sesuai dengan statement Ditreskrimum Polda jatim yang akan mencekal dan melakukan upaya paksa terhadap tersangka.

Walaupun upaya paksa pernah dilakukan, namun gagal dengan alasan kalah jumlah personil.  Hal tersebut justru membuktikan bahwa Polda Jatim tidak serius dalam melakukan upaya paksa terhadap tersangka. Bahkan Kapolda Jatim sebelumnya, Irjen Luki Hermawan berstatmen akan datang sendiri untuk menjemput anak Kyai Jombang tersebut agar mau menyerahkan diri. Namun hingga Kapolda Jatim tersebut pindah tugas, janji tersebut belum terlaksana. Polda Jatim terkesan mengulur-ulur waktu, dengan berbagai macam alasan, salah satunya situasi pandemic covid19. Dengan semakin molornya proses penyidikan, dikhawatirkan tersangka akan melarikan diri dan merusak  barang bukti, mengulangi tindak pidana termasuk melakukan intimidasi kepada korban dalam proses penyidikan perkara ini. Ada apa dengan kinerja Polda Jatim? 

Bahkan diketahui hingga lewatnya waktu masa penyidikan polda Jatim masih belum melengkapi berkas penyidikan, yang menyebabkan berkas dikembalikan oleh Kejakasaan Tinggi karena tidak lengkap.  Dari sini bisa kita lihat bahwa Polda Jatim seolah-olah enggan memeriksa perkara ini dari awal sehingga berkas penyidikan tidak dilengkapi oleh penyidik Polda Jatim.

Oleh karena itu, kami dari Front Santri Melawan Kekerasan Seksual atau for.mujeres mengajak kalian semua para changemaker untuk ikut serta membela dan menyuarakan keadilan dengan cara mengikuti empat tantangan beragam. Jika kamu  berhasil mengikuti program dan menyelesaikan semua tantangan dibawah ini, artinya kamu sudah berdonasi sebesar sepuluh ribu rupiah untuk para penyintas kekerasan seksual yang nantinya akan diberikan dalam bentuk buku-buku motivasi dan juga buku-buku bermanfaat lainnya.

“Keadilan butuh ditegakkan dan para penyintas butuh dukungan kita. Mari bersama dukung #SantriMenuntutKeadilan karena hal baik dimulai dari diri sendiri bukan orang lain.”

Cek komunitas kami melalui:
Instagram: @for.mujeres
Linktree: https://linktr.ee/for.mujeres 