Komunitas bahasan dan diskusi (selanjutnya disebut KBD) merupakan komunitas yang didirikan pada bulan November 2018 oleh beberapa orang yang melihat keresahan mahasiswa mengenai minimnya ruang dialektis didalam lingkungan kampus. Komunitas ini, awalnya bertujuan untuk menyediakan ruang diskusi dan kajian mengenai isu-isu hukum dan sosial. Anggota KBD kesemuanya berasal dari Fakultas Hukum UNINUS dari berbagai angkatan. Fokus kajian dan diskusi dari KBD tidak lepas mengenai hak asasi manusia berupaya mewujudkan penikmatan kebahagiaan hak asasi pada orang-orang yang terpinggirkan.

Sejatinya anak sebaiknya dibicarakan dalam konteks masa depan sebagai perbaikan dari kondisi saat ini dan keberlangsungan sebagai generasi penerus. Tetapi pada kenyataannya terdapat Anak yang dipertaruhkan masa depannya, yang disebut Anak berkonflik dengan hukum yang telah dijatuhi hukuman pidana penjara. Anak didik/binaan di LPKA memiliki ketakutan untuk kembali ke masyarakat, begitu juga dengan masyarakat yang memiliki ketakutan untuk menerima kembali anak yang telah menjalani masa hukumannya di LPKA yang menghasilkan stigma di masyarakat. 

Setelah 30 tahun Indonesia mengesahkan Konvensi Internasional tentang Hak -Hak Anak, cerita-cerita memprihatinkan dari anak Indonesia masih kerap terdengar. Misalnya pada anak yang berkonflik dengan hukum (selanjutnya disebut ABH), anak seharusnya dibicarakan dalam konteks masa depan bangsa sebagai generasi penerus dan keberlangsungan, tetapi harapan tersebut sepertinya tidak berlaku bagi anak yang berkonflik dengan hukum. Kemudian yang menjadi masalah selanjutnya adalah program setelah anak di proses diversi dan/atau menjalani masa hukuman/pembinaan, program rehabilitasi sosial dan medis menjadi penting pada anak yang berkonflik dengan hukum dalam proses reintegrasi nya ke masyarakat. Tentunya hal tersebut membutuhkan peran besar masyarakat sekitar untuk memahami kebutuhan dan menerima anak dan korban agar jangan sampai beban tersebut hanya diberikan kepada orang tuanya saja.

Melihat urgennya masalah, Komunitas Bahasan dan Diskusi membuat sebuah kampanye sosial #KesempatanKedua melalui aplikasi Campaign #ForChange untuk menumbuhkan kesadaran bersama untuk menghilangkan stigma terhadap anak yang telah menjalani hukuman di LPKA. Kesempatan kedua berupaya mengajak 200 Changemakers untuk mengikuti dan mensukseskan kampanye sosial dalam menumbuhkan kesadaran bersama untuk menghilangkan stigma terhadap anak yang telah menjalani hukuman di LPKA.

KesempatanKedua

Bersama menghilangkan stigma terhadap anak (ABH) yang telah menjalani masa hukuman di LPKA

Interested in Disability & Social Inclusion issue 💪

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/08/27/masa-depan-anak-terpidana-terjerat-stigma

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama

Usia 12-18 tahun merupakan usia krusial bagi perkembangan mental anak. Di Indonesia, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah dengan kesehatan mental dan satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental. I Am Okay mengajak kamu untuk bisa turut andil dalam edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja! Dengan mengikuti aksi challenge ini, kamu telah menjadi partisipan dalam edukasi pentingnya kesehatan mental dengan dimulai dari diri sendiri. Kamu yang ikut mengikuti challenge dan menyebarkan hasil challengenya sosial media dengan tag @iamokay.id telah membantu serta mendukung misi Indonesia Emas 2045. Dapatkan hadiah spesial dari kami!

Self-Awareness #ForChange : Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

SelfAwareness ForChange Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

action photo type

Kesempatan Kedua bersama Campaign.com mengajakmu untuk menumbuhkan kesadaran bersama untuk menghilangkan stigma terhadap anak yang telah menjalani hukuman di LPKA, dengan menunjukan dan membagikan kepedulian serta penerimaan kembali pada anak-anak yang telah menjalani masa hukuman di LPKA.

Sejatinya anak sebaiknya dibicarakan dalam konteks masa depan sebagai perbaikan dari kondisi saat ini dan keberlangsungan sebagai generasi penerus. Tetapi pada kenyataannya terdapat Anak yang dipertaruhkan masa depannya, yang disebut Anak berkonflik dengan hukum yang telah dijatuhi hukuman pidana penjara. Stereotip negatif sangat melekat terhadap anak yang telah menjalani masa hukum di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dalam hal ini adalah LPKA Kelas IIA Kota Bandung. Anak-anak binaan LPKA memiliki ketakutan untuk kembali ke dalam masyarakat, begitu pula dengan masyarakat yang memiliki ketakutan untuk menerima mereka kembali, hal ini akan memunculkan diskriminasi di dalam masyarakat terhadap anak-anak yang telah menjalani masa hukuman di LPKA.

Mengikuti kampanye sosial #KesempatanKedua dengan menyelesaikan 4 tantangan aksi yang dapat dilakukan pada aplikasi Campaign #ForChange yang dapat di unduh melalui Playstore maupun Appstore. 4 tantangan dapat diselesaikan dengan membagikan foto seperti menunjukan telapak tangan sebagai bentuk penolakan terhadap diskriminasi dan stigma terhadap anak-anak yang telah menjalani masa hukuman.

Menyelesaikan 4 aksi #kesempatanKedua berarti menunjukan bentuk solidaritas dan memberikan kontribusi dana sebanyak Rp. 10.000,- yang diberikan oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Dana yang terkumpul akan kami gunakan untuk kegiatan-kegiatan #KesempatanKedua untuk menumbuhkan kesadaran bersama untuk menghilangkan stigma terhadap anak eks binaan LPKA seperti webinar dan sosialisasi/pelatihan di LPKA Kelas IIA Kota Bandung.

Sebagai bentuk apresiasi kami akan memberikan e-sertifikat untuk setiap Changemakers yang telah menyelesaikan 4 aksi #KesempatanKedua, serta akan ada give away bagi 5 Changemakers terpilih.
