IAAS (International Association in Agriculture and Related Sciences) adalah Organisasi Internasional non-profit di bidang pertanian dan ilmu terkait terbesar di dunia. Saat ini IAAS telah tersebar di lebih dari 50+ negara di dunia dengan 10.000+ member aktif.

IAAS Indonesia merupakan region Asia Pasific dan bagian dari IAAS World yang berhasil memiliki Local Committee dari 11 Universitas di Indonesia dengan 1000+ member aktif. Fokus IAAS Indonesia adalah pemberdayaan masyarakat desa (Village Concept Project), pengembangan ilmu pertanian dan ilmu terkait, dan program campaign

Manusia tentu membutuhkan pangan dalam keberlangsungan hidupnya, Pertanian menjadi sektor yang krusial bagi kelangsungan hidup masyarakat. Namun pola tanam monokultur di lahan pertanian membuat iklim berubah ditambah dengan penggunaan pestisida berlebihan, menyebabkan lahan terdegradasi (Sidauruk, 2012). Selain itu distribusi bahan pangan di Indonesia juga membutuhkan alat transportasi dimana jejak karbon yang ditimbulkan juga tinggi. Padahal setiap daerah memiliki makanan pangan khasnya masing-masing yang juga tidak kalah gizinya dengan beras. 

Oleh karena itu penting untuk kita melakukan aksi demi mengurangi perubahan iklim akibat lahan yang terdegradasi serta mengurangi jejak karbon.  Supaya kita bisa tetap merasakan nikmatnya panganan lokal di daerah kita. 

Maka dengan kamu berbangga hati mengonsumsi makanan lokal melalui campaign Aku Bangga dengan Makanan Lokal #SnapfoodLocalfood kamu juga bisa turut mewujudkan diversifikasi pangan, memperkenalkan makanan lokal yang ada di Indonesia, dan mencegah perubahan iklim dengan mewujudkan no food waste melalui makanan yang kamu habiskan!

SnapFoodLocalFood

FamilIAAS mewujudkan food diversity and no food waste dengan mengenalkan makanan lokal Indonesia

Berbagai Cerita Tentang Makanan Lokal

Interested in Disability & Social Inclusion issue 💪

Tinutuan adalah bubur khas Manado yang terbuat dari bahan nabati. Mulai dari campuran beras, ubi jalar kuning atau labu kuning, bayam, kangkung, jagung, kemangi, dan daun gedi.

Biasanya tinutuan dijadikan sebagai menu sarapan yang kemudian disajikan dengan lauk pelengkap. Seperti ikan asin goreng dan sambal. Belum jelas kapan bubur ini pertama kali dibuat.

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama

Usia 12-18 tahun merupakan usia krusial bagi perkembangan mental anak. Di Indonesia, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah dengan kesehatan mental dan satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental. I Am Okay mengajak kamu untuk bisa turut andil dalam edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja! Dengan mengikuti aksi challenge ini, kamu telah menjadi partisipan dalam edukasi pentingnya kesehatan mental dengan dimulai dari diri sendiri. Kamu yang ikut mengikuti challenge dan menyebarkan hasil challengenya sosial media dengan tag @iamokay.id telah membantu serta mendukung misi Indonesia Emas 2045. Dapatkan hadiah spesial dari kami!

Self-Awareness #ForChange : Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

SelfAwareness ForChange Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

action photo type

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama:

IAAS Indonesia mengajak kamu untuk ikut mendukung kampanye  #SnapfoodLocalfood dalam rangka mewujudkan Indonesia diversifikasi pangan dan no food waste. Sehingga kita dapat mengabarkan pada teman-teman dekat kita pentingnya untuk menghargai makanan dan seberapa besar kontribusi makanan bagi kehidupan kita.

Karena tanpa kita sadari perkembangan teknologi yang cepat juga menggiring pola berkehidupan masyarakat termasuk pola makanan, semakin hari kita semakin mudah dan merasa sangat nikmat memakan fast food atau junk food dan mulai tergesernya makanan tradisional, sehingga kita perlu melestarikannya. Melestarikan makanan lokal pun kita turut andil dalam mewujudkan diversifikasi pangan, selain itu di era kemudahan ini kita seringkali serakah dan menggampangkan untuk tidak menghabiskan makanan sehingga banyak makanan terbuang percuma. Teman-teman mungkin sudah tidak asing lagi kalau Indonesia penyumbang sampah makanan terbesar di dunia, sehingga menyumbang emisi karbon yang besar juga. Maka dari itu kita perlu mulai beraksi!

Untuk berkontribusi caranya gampang banget dengan kamu cukup mengupload cerita dan foto mu di aplikasi campaign.id  saat melakukan kegiatan memasak, makan makanan lokal, berbagi pengetahuan dan piring kosongmu.

Donasi yang terkonversi dari aksimu akan kami salurkan untuk program Village concept product (VCP) desa binaan IAAS Indonesia di 11 daerah.

Buat aksi yang paling kreatif akan berkesempatan mendapatkan produk VCP dan sejumlah e-wallet. Yuk tunggu apalagi, ayo kita beraksi!