Sebagai laboratorium bersama dan diharapkan memberikan dampak perubahan dengan penekanan kreativitas, Hysteria memimpikan terwujudnya ekosisem seni dan kreatifitas yang sehat, menyejahterakan, dan berkelanjutan. Dibentuk sejak 11 September 2004 Hysteria selain produksi artistik juga memfasilitasi pertemuan dan pembelajaran  lintas disipliner dalam skala lokal hingga global untuk mencari trobosan-trobosan dalam persoalan kreatifitas, seni, komunitas, anak muda, lingkungan dan isu kota. 



Dalam studi penelitian yang rilis di Jurnal PLOS ONE (01/08/2018), tim ilmuan sepakat bahwa sampah plastik turut serta menjadi faktor krisis iklim. Hal ini dikarenakan plastik mengasilkan gas metana dan etilena pada saat terkena matahari dan pada saat penguraian. Gas metana, baik buatan maupun alami, sejak lama telah menjadi salah satu penyebab utama  perubahan iklim. 

Menurut Penelitian Jenna R. Jambeck dari Universitas Georgia (2010), ada sekitar 275 juta ton sampah plastik di seluruh dunia. Dan pada data yang dirilis zerowaste.id, mengutip dari BPS,Inaplas, dan Kementrian Kelautan dan Perikanan, Indonesia menduduki penyumbang sampah plastik terbesar ke-dua di dunia setelah Tiongkok dengan menyumbang 64 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. 

Untuk itu, #NoMorePlastik merupakan ajakan bersama untuk khalayak umum agar peka dan mulai membiasakan diri hidup tanpa plastik. Perubahan Iklim bukan sekadar deretan data angka hasil riset. Ada nasib nelayan, petani, penduduk kota, ada nasib manusia seluruh indonesia, dan ada nasib kita semua. 

Mari, membumi dan memberi wajah untuk turut serta perlindungan bumi kita tercinta ini. 


Bikinlah tas kantong dari recycle bahan bekas yang   ada disekitarmu. Misal; kemejamu yang tidak terpakai. Gunakan tas kantong tersebut pengganti plastik yang biasanya digunakan untuk membungkus belanjaan. Berikan caption tentang kalimat dukungan untuk bumi yang lebih baik tanpa sampah plastik


NoMorePlastic

Mengajak masyarakat luas membuat kantong atau totebag sendiri sehingga mengurangi sampah plastik

Mari biasakan bersepeda

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama

Dalam studi penelitian yang rilis di Jurnal PLOS ONE (01/08/2018), tim ilmuan sepakat bahwa sampah plastik turut serta menjadi faktor krisis iklim. Hal ini dikarenakan plastik mengasilkan gas metana dan etilena pada saat terkena matahari dan pada saat penguraian. Gas metana, baik buatan maupun alami, sejak lama telah menjadi salah satu penyebab utama  perubahan iklim. 

Menurut Penelitian Jenna R. Jambeck dari Universitas Georgia (2010), ada sekitar 275 juta ton sampah plastik di seluruh dunia. Dan pada data yang dirilis zerowaste.id, mengutip dari BPS,Inaplas, dan Kementrian Kelautan dan Perikanan, Indonesia menduduki penyumbang sampah plastik terbesar ke-dua di dunia setelah Tiongkok dengan menyumbang 64 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. 

Perubahan Iklim bukan sekadar deretan data angka hasil riset. Ada nasib nelayan, petani, penduduk kota, ada nasib manusia seluruh indonesia, dan ada nasib kita semua. 

Mari, membumi dan memberi wajah untuk turut serta perlindungan bumi kita tercinta ini. 