Di Indonesia, total kasus HIV hingga tahun 2016 tercatat sebanyak 184.779 kasus dan 7,18% atau 13.263 di antaranya adalah anak-anak usia 0-19 tahun. Anak dengan HIV/AIDS (ADHA) di Indonesia mengalami beberapa kesulitan dalam hidupnya. Mulai dari aspek pendidikan, sosial, akses kesehatan, dan diskriminasi dari masyarakat sekitarnya. Maka dari itu melalui gerakan #KitaAdauntukADHA, kamu sudah membantu menyuarakan hak Anak dengan HIV/AIDS untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik dan meraih mimpinya. 

Pada tahun 2019 di Surakarta, 14 orang siswa SD yang terdeteksi HIV positif dikeluarkan dari sekolahnya karena mendapatkan protes dari orang tua siswa lain. Stigma dan rasa malu pada anak akan memicu anak dengan HIV merasa malu dan enggan pergi ke sekolah. Hal ini bukan hanya terjadi pada anak yang positif terkena HIV, tapi juga pada anak yang negatif terinfeksi HIV namun di keluarganya terdapat ODHA sehingga anaknya pun terkena imbasnya. Dari sinilah gerakan #KitaAdauntukADHA lahir untuk menyuarakan dan berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kehidupan ADHA.

Maka dari itu, kami AKSATA, bertekad untuk mengambil gerakan menyuarakan hak- hak Anak dengan HIV/AIDS (ADHA). Kami mengajak kamu semua untuk ikut dalam rangkaian challenge interaktif melalui aplikasi campaign.com untuk menyuarakan hak mereka serta memberikan dukungan moril demi mewujudkan mimpi dan cita-cita mereka.

KitaAdauntukADHA

Meningkatkan kesadaran akan Hak Anak dengan HIV/AIDS (ADHA)

action photo type

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama

Gerakan #KitaAdauntukADHA merupakan bentuk nyata dalam menyuarakan kesetaraan hak Anak dengan HIV/AIDS (ADHA). Melalui challenge ini, kamu diajak berperan aktif menyuarakan hak, menghapus stigma negatif, dan membantu ADHA meraih cita-cita mereka. 

Sampai dengan tahun 2016 total kasus HIV di Indonesia tercatat sebanyak 184.779 kasus dan 7,18% atau 13.263 di antaranya adalah anak-anak. Pada tahun 2019 di Surakarta, 14 orang siswa SD yang terdeteksi HIV positif dikeluarkan dari sekolahnya. Kasus yang sama pun terjadi di Samosir pada tahun 2018. Stigma dan rasa malu akan membuat ADHA enggan pergi ke sekolah serta bergaul bersama teman-temannya sehingga mereka tidak bisa menjalani masa kecilnya dengan optimal.  

Dengan mengunggah foto masa kecilmu beserta harapan kamu, dan membagikan lagu penyemangat untuk ADHA, secara tidak langsung kalian sudah berdonasi untuk Yayasan Peduli ADHA. Kalian juga turut membantu menyuarakan ADHA untuk mendapatkan hak mereka dan mewujudkan mimpinya. 

Donasi yang terkumpul melalui campaign ini akan kami donasikan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat peduli ADHA.