BantuSekolahYuk2

Membaca adalah jendela dunia, dan untuk anak usia dini, ini adalah pijakan awal menuju masa depan yang cerah. Penting banget buat kita memastikan mereka tumbuh di lingkungan yang mendukung, dengan fasilitas membaca yang seru dan memadai. Dari buku bergambar hingga ruang baca yang nyaman, semuanya bisa jadi langkah kecil dengan dampak besar. Yuk, bersama kita bangun generasi pembelajar sejak dini. 



Interaksi positif dengan anak-anak adalah kunci emas dalam mendidik mereka. Dengan perhatian penuh, kasih sayang, dan dukungan, kita bukan hanya mendidik, kita membangun masa depan. Pendidikan anak usia dini itu bukan sekadar belajar huruf dan angka, tapi juga menanamkan nilai, rasa percaya diri, dan semangat eksplorasi. Karena setiap senyum dan tawa mereka hari ini adalah pondasi bagi generasi yang luar biasa di masa depan. 



Anak PAUD butuh lingkungan belajar yang ramah, aman, dan penuh stimulasi. Tempat di mana mereka bisa eksplorasi dengan bebas, belajar sambil bermain, serta tumbuh dengan rasa percaya diri dan keceriaan. Karena masa kecil adalah pondasi masa depan, yuk ciptakan ruang belajar yang menyenangkan dan mendukung perkembangan mereka. 



SuaraUntukPendidikan

Foto aku di atas adalah dokumentasi dari kegiatan assessment bersama salah satu warga saat terjadi bencana gempa di daerah kabupaten Bandung. Berdasarkan pancasila, sila yang aku amalkan yaitu, "kemanusiaan yang adil dan beradab". Di sana aku bersama rekan-rekanku turun ke lapangan sebagai aksi memanusiakan manusia yang terdampak gempa. 

Harapanku untuk pendidikan Indonesia ke depan adalah menciptakan ekosistem belajar yang bukan hanya mengejar angka atau gelar, tetapi benar-benar membentuk individu yang adaptif, kritis, dan berintegritas. Aku pengen banget melihat pendidikan yang berpusat pada pengembangan potensi unik setiap siswa, bukan sekadar memproduksi generasi yang seragam. Kurikulum harus lebih fleksibel, memungkinkan siswa mengeksplorasi minat dan bakat mereka, dengan guru berperan sebagai fasilitator, bukan sekadar pengajar materi. Selain itu, pendidikan harus lebih relevan dengan kebutuhan zaman, mengintegrasikan teknologi, keterampilan hidup, dan nilai kemanusiaan. Pendidikan Indonesia harus menjadi ruang di mana mimpi besar tumbuh, kreativitas dihargai, dan keberagaman dirangkul, sehingga mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri lokal.

Saat KKN Nusantara beberapa bulan lalu, aku diperkenalkan oleh temanku asal Banjarmasin dengan syal Sasirangan ini khas suku Banjar di Kalimantan Selatan. 

SiapaBilang

Saya selalu percaya kalau orang berilmu dan bisa 'mengendarai' dirinya dengan baik dengan ilmu itu, sangat pantas memengaruhi dunia. Beliau adalah dr. Zakir Naik. Saya ingat betul dari saya masih duduk di Sekolah Dasar saya mencuri waktu dan kuota untuk menonton ceramah beliau. Saya terheran-heran mengapa ada orang sehebat dan sepintar itu dalam mempengaruhi, menjawab pertanyaan yamg menurut saya rumit, membentuk suatu ruang diskusi, dan menjalin perdamaian antara banyak kepercayaan dan agama. Saya berharap suatu saat nanti saya memiliki salah satu ilmu berkomunikasi yang beliau miliki. 

Seperti yang kita lihat, foto di atas adalah aktivitas kurban yang dilakukan pada periode Dzulhijjah (biasanya mulai setelah solat Idul Adha).

Dalam agama saya, Islam, qurban ini berhukum sunnah muakkad bagi yang mampu. Kalau saya pikir-pikir esensi dari kurban itu bukan hanya merekatkan kebersamaan saat prosesi kurbannya, tetapi juga bisa meningkatkan kebersamaan kita sebagai masyarakat muslim agar bersatu orang-orang yang tadinya tidak pernah atau jarang memakan daging kurban. Saya merasakan kebahagiaan ketika melihat orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk makan daging di kesehariannya, jadi ikut merasakan kebahagiaannya. 

Tidak hanya itu, di tempat saya tidak hanya keluarga muslim saja tetapi non muslim seperti Nasrani juga ikut kebagian daging yang dipotong. Hal tersebut juga kita bisa menunjukkan bahwa islam itu agama yang baik dan damai, cinta perbedaan, dan menjunjung tinggi kebersamaan. Satu sisi Saya bangga menjadi warga muslim dan satu sisi saya bangga menjadi warga Indonesia. Kombinasi antara keduanya memberikan kesempatan yang luas kita untuk berjejaring bahkan bukan dengan orang yang kita kenal seperti fakir miskin di sekitar kita.

Sumber foto: Pinterest

Guys, apa sih yang biasanya kita lakukan kalau menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia?

Kalau di daerah saya sih biasanya memasang bender hiasan dan membuat gapura. 

Akan tetapi, di belahan Indonesia timur ada yang beda nih teman-teman. Di pedalaman Papua, khususnya suku Dani, suku Yali, dan suku Lani. Mereka biasa mengadakan festival Lembah Baliem ini menjelang hari perayaan kemerdekaan Indonesia. Perayaan ini menjadi simbol bagi mereka sebagai bentuk pengingat bagi masyarakat untuk selalu cinta terhadap tanah air. Festival budaya Lembah Baliem juga menjadi simbol kesejahteraan dan kesuburan. Dalam festival ini, mereka menampilkan peperangan dan tarian khasnya.

Unik, ya? Saya pun baru tahu hehe. Rasanya ingin sekali saya berkunjung Papua dan menikmati keindahan di dalammya.

Aku baru menyadari bahwa selain stereotip tentang orang Medan yang katanya galak, kasar, dan keras, ternyata stereotip itu juga terjadi pada orang Sulawesi. Memang benar, ya?

Hai kenalin ini temanku, Bara. Dia anak rantauan dari Sulawesi. Aku dan dia sama-sama dari kota perantauan, aku Sunda dan dia Minahasa. Dia orangnya ceria, sopan, mudah bergaul, dan tidak keras. Sifat galak dan keras itu menurutku dimiliki oleh semua orang, namun ada yang ditunjukkan dan ada yang tidak.  Menurutku dia netral. Dia juga tidak arogan dan ramah. 

Jadi, bener nih? Kalian yang bilang orang sulawesi itu galak dan keras, masih mau punya stereotip itu? 

#Siapabilang