ResponsibleAIFutures

1. Mitos: "Korban memprovokasi dengan cara berpakaian atau berperilaku."
✅ Fakta: Tidak ada alasan yang membenarkan kekerasan seksual, termasuk pakaian atau perilaku korban. Pelaku selalu bertanggung jawab atas tindakannya. Kekerasan seksual adalah tentang kekuasaan dan kontrol, bukan daya tarik.

2. Mitos: "Kekerasan seksual hanya dilakukan oleh orang asing."
✅ Fakta: Mayoritas pelaku adalah orang yang dikenal korban—pacaran, keluarga, teman, atau atasan. Data menunjukkan bahwa 70-80% kasus dilakukan oleh orang dekat.

3. Mitos: "Korban pasti akan melawan atau berteriak jika benar-benar tidak mau."
✅ Fakta: Reaksi korban bervariasi. Banyak yang mengalami "freeze response" (kaku/tidak bisa bergerak) karena ketakutan, shock, atau ancaman. Tidak melawan bukan berarti setuju.

4. Mitos: "Laki-laki tidak bisa menjadi korban kekerasan seksual."
✅ Fakta: Laki-laki juga bisa menjadi korban, meski sering tidak dilaporkan karena stigma "tidak maskulin". Kekerasan seksual terhadap laki-laki sama seriusnya dan butuh dukungan.

5. Mitos: "Korban yang tidak langsung melapor pasti berbohong."
✅ Fakta: Trauma, rasa malu, ancaman, atau ketidakpercayaan sistem hukum bisa menunda pelaporan. Butuh waktu bagi korban untuk berbicara.

6. Mitos: "Perkosaan dalam pernikahan bukanlah kejahatan."
✅ Fakta: Pemerkosaan bisa terjadi dalam pernikahan/pacaran. UU TPKS di Indonesia telah mengakui bahwa hubungan seks tanpa persetujuan adalah kekerasan, termasuk oleh pasangan.

7. Mitos: "Korban kekerasan seksual pasti akan menunjukkan tanda fisik."
✅ Fakta: Tidak semua kekerasan seksual meninggalkan luka fisik. Pelecehan verbal, ancaman, atau eksploitasi bisa sangat merusak mental tanpa bukti fisik.

8. Mitos: "Anak kecil tidak bisa menjadi korban karena tidak mengerti seks."
✅ Fakta: Eksploitasi seksual pada anak adalah kejahatan serius. Anak-anak sering tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi dampak traumanya bisa seumur hidup.

9. Mitos: "Pelaku kekerasan seksual selalu 'orang gila' atau psikopat."
✅ Fakta: Banyak pelaku tampil normal dan bahkan dihormati di masyarakat. Mereka sering menggunakan manipulasi, bukan kekerasan fisik.

10. Mitos: "Korban yang pernah berhubungan seks dengan pelaku sebelumnya tidak bisa diperkosa."
✅ Fakta: Persetujuan sebelumnya bukan berarti persetujuan selamanya. Setiap aktivitas seksual harus didasarkan pada konsensual (setuju saat itu juga).

Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual
1. Pemerkosaan (Rape) – Hubungan seksual tanpa persetujuan, sering disertai kekerasan atau ancaman.
2. Pelecehan Seksual (Sexual Harassment) – Perilaku tidak diinginkan seperti komentar, sentuhan, atau godaan seksual yang membuat korban tidak nyaman.
3. Eksploitasi Seksual – Memanfaatkan seseorang untuk kepuasan seksual, termasuk perdagangan manusia (human trafficking).
4. Kekerasan dalam Pacaran atau Pernikahan – Pemaksaan seks oleh pasangan tanpa persetujuan.
5. Pencabulan (Sexual Assault) – Sentuhan atau aktivitas seksual tanpa izin, termasuk terhadap anak-anak.
6. Revenge Porn – Penyebaran foto/video intim tanpa izin untuk mempermalukan korban.
7. Catcalling & Pelecehan Verbal – Komentar seksual yang mengganggu di tempat umum.

Kekerasan seksual adalah segala bentuk tindakan yang melibatkan pemaksaan, ancaman, atau eksploitasi secara seksual tanpa persetujuan korban. Ini adalah pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan dapat memiliki dampak fisik, psikologis, dan sosial yang mendalam pada korban.

The United Nations Children’s Fund (UNICEF) has urged policymakers and educators to integrate Artificial Intelligence (AI) into the education system to enhance the learning experiences for both students and teachers.

AI bisa mengancam hak atas privasi, ini kan banyak sekali identitas-identitas setiap orang yang sudah terkumpul di berbagai platform digital. Identitas-identitas itu juga termasuk foto, dan lain sebagainya

AI has the potential to advance human rights by fostering inclusivity, accessibility, and justice. For instance, AI-driven assistive technologies enable visually impaired individuals to navigate the world using real-time audio inputs generated by wearable cameras.

meminta bantuan ChatGPT untuk membuat strategi

melakukan rutinitas menelusuri dunia maya untuk memperluas wawasan

ForABetterWorldID

Memudahkan Changemaker mengorganisir kampanye menjadi lebih baik!

#ResponsibleAIFutures bertujuan untuk memperkuat organisasi sosial dengan pelatihan AI dan MnE

a thousand of them are like one, and one is like a thousand