Hai Changemakers!
Siapa sih, yang nggak senang kalau sudah berhasil menyandang status mahasiswa di kampus impian? Waktu yang terbuang dan energi yang terkuras untuk memperjuangkan kampus impian akhirnya terbayar. Eits! Jangan senang dulu, untuk menjadi mahasiswa resmi sebuah kampus harus banget mengikuti ospek terlebih dahulu, loh!. Iya! Ospek, yakni kegiatan pengenalan lingkungan kampus sudah lazim dilaksanakan buat menyambut mahasiswa baru. Kamu sendiri mungkin lagi menanti atau bahkan sudah mengikutinya saat ini. Tapi tau nggak sih, kegiatan ini sering dikaitkan dengan senioritas bahkan pembullyan atau perundungan?
Kalau minggu lalu, Champ sudah membahas beberapa tokoh anime yang dibully dan berhasil bangkit. Nah, masih seputar isu bully, kali ini Champ akan membahas seputar bullying yang ada di dalam kegiatan pengenalan lingkungan kampus itu beneran ada atau nggak sih?
Apa itu ospek?
Ospek, PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah), serta MOS (Masa Orientasi Siswa) merupakan beberapa sebutan bagi kegiatan ini. Di Indonesia sendiri, kegiatan pengenalan ini seperti sudah menjadi tradisi untuk menyambut serta memperkenalkan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru. Tapi tahu nggak sih? Terkadang kegiatan ini masih kerap dimanfaatkan oknum senior untuk melakukan bullying.
Emang ada bullying dalam ospek?
Bahkan ada beberapa kasus yang sempat membahayakan jiwa siswa atau mahasiswa baru.
Pada bulan September tahun 2020, viral sebuah video rekaman ospek online. Di mana ada salah satu mahasiswa yang dibentak karena nggak memakai ikat pinggang. Meskipun melalui media daring, sontak rekaman senior membentak mahasiswa baru itu mendapat sorotan media. Bentak membentak seakan sudah hal lazim dalam ospek, nggak terkecuali pada ospek secara daring sekalipun. Kejadian itu akhirnya berujung permintaan maaf dari panitia ospek.
Kemudian, pada 20 Agustus 2019, viralnya video di media sosial yang berisi kegiatan-kegiatan ospek salah satu universitas di Ternate yang mana mahasiswa baru diperintahkan untuk berolahraga dan berjalan jongkok menaiki tangga saat memasuki kampus.
Beberapa kasus diatas menjelaskan kalau jauh sekali dari kecocokan dengan hakikat ospek yaitu kegiatan untuk memperkenalkan dunia kampus kepada mahasiswa baru juga sebagai sarana untuk mencari bakat dari mahasiswa baru yang masih tersembunyi.
Dalam praktiknya, sebagian besar ospek di Indonesia menggunakan struktur kepanitiaan yang mewajibkan adanya komisi disiplin untuk mendisiplinkan mahasiswa baru untuk mengawasi ospek dengan lancar. Akan ada beberapa pos atau acara seperti penilaian atribut kekompakan, penilalian, bahkan cara jalan bisa jadi bulan-bulanan kesalahan mahasiswa baru.
Mahasiswa baru harus mengerjakan tugas-tugasnya. Kalau nggak mengerjakan akan dapat serangan dan kena sanksi. Tuntutan cara jalan yang dinilai kurang cepat, dengan meneriaki “langkahnya dipercepat! tanpa melihat mahasiswa tersebut memiliki riwayat mahasiswa mungkin memiliki riwayat cacat pada kakinya atau kelainan pada tulang kaki, atau yang lainnya.
Hal-hal tadi bisa dikategorikan sebagai perilaku bullying. Bullying adalah suatu hal perlakuan yang agresif dengan adanya salah satu pihak yang memiliki kekuatan lebih. Ada 3 jenis intimidasi, yakni intimidasi verbal, seperti cara memanggil nama yang pilihannya, menggoda seseorang, komentar seksual yang tidak pantas, dan ancaman-ancaman yang dilontarkan seseorang. Social bullying seperti memprovokasi orang-orang untuk nggak berteman dengan seseorang, memojokkan seseorang, menyebar rumor yang nggak jelas tentang seseorang, mempermalukan seseorang di depan umum. Sedangkan bullying fisik, seperti memukul, menendang, meludah, menampar, serta mendorong seseorang.
Wah, ternyata bullying juga bisa terjadi di acara resmi kampus ya! Meskipun banyak rentetan kasus bullying dalam ospek, bukan berarti setiap kegiatan ospek adalah jalan untuk menindas junior. Masih banyak ospek yang menghadirkan pembicara kece, penampilan menarik serta berbagai games seru ketimbang perundungan.
Karena ospek sejenis itu seharusnya nggak relevan lagi. Pihak Kementerian pendidikan dan kebudayaan juga sudah menghimbau kampus-kampus Indonesia supaya nggak melakukan praktik bullying dan kekerasan kepada mahasiswa baru saat ospek.
Berhubung kegiatan ospek dilaksanakan secara online sehingga mudah didokumentasikan kalau terjadi kejadian yang nggak seharusnya. Jika kamu menemukan kasus perundungan, dari cemooh sampai kekerasan kamu bisa segera mendokumentasikan dan melapor ke pihak yang berwajib. Champ harap nggak ada lagi pembullyan dalam kegiatan pengenalan lingkungan kampus.
Champ juga ingin mengajak kalian semua untuk mulai menghapus secara perlahan kebiasaan bullying di Indonesia. Caranya dengan menyelesaikan Challenge Tunjukkan Dukunganmu untuk Korban Bullying dan Jadilah Upstander #ISmile4You dari #ISmile4You. Kita buktikan bahwa kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih toleran dengan menyelesaikan aksi dari Challenge tersebut💙