Hai, Changemakers!
Kamu mungkin sering menemukan narasi yang bilang kalau “cantik itu harus berkulit putih”, atau “cantik itu yang tubuhnya kurus”. Capek enggak sih, dengerin narasi yang terkesan menuntut seperti ini? Seakan-akan, perempuan yang enggak memiliki kulit putih ataupun tubuh yang kurus enggak dianggap cantik. Nggak jarang juga, karena narasi toxic seperti ini, membuat kita selalu mendewakan produk-produk kecantikan yang membuat putih atau kurus. Sehingga, banyak perempuan yang merasa nggak percaya diri dengan dirinya sendiri jika berbeda dari si “beauty standard” ini. Duh!
Champ percaya, setiap perempuan memiliki standar kecantikannya masing-masing, yang nggak melulu harus disamakan satu sama lain. Nah, perkembangan zaman saat ini membuat pergeseran makna ‘cantik’ menjadi lebih inklusif. Artinya, menjadi cantik enggak dibatasi dengan standar-standar tertentu. Karena pada kenyataannya, semua perempuan cantik apa adanya.
Masyarakat pun udah mulai terbuka dengan pergeseran makna ini dan meninggalkan standar kecantikan yang dulu. Nah, Champ menemukan brand-brand yang mendobrak dunia kecantikan dengan kampanye mereka, nih! Salah satunya adalah brand milik penyanyi mancanegara terkenal. Wah, apa aja ya, tuh?
1. Dove
Siapa di sini yang pakai produk Dove di rumah? Produk Dove biasanya berupa body and hair care seperti sabun, shampoo, ataupun conditioner, dan juga deodoran. Salah satu kampanye yang diciptakan oleh Dove adalah #BeautyBias. Dove sadar, bahwa ada standar-standar kecantikan yang berlaku di masyarakat yang membuat kita menilai seseorang hanya dengan penampilannya.
Maka dari itu, kampanye #BeautyBias mewawancarai beberapa perempuan yang mereka temui di jalan dengan tujuan mengetahui bias yang mereka hadapi di kehidupan sosial karena standar kecantikan. Kampanye ini juga mengajak orang-orang di luar sana untuk enggak membuat standar kecantikan, karena hal ini akan menimbulkan bias di masyarakat.
2. Fenty
Nah, ini dia salah satu brand milik penyanyi mancanegara yang terkenal, Rihanna. Awalnya, Rihanna meluncurkan brand Fenty Beauty pada tahun 2017 yang berfokus pada produk make-up. Setahun setelahnya, Rihanna mendirikan Savage x Fenty, yang bergerak menjual lingerie.
Hal yang menarik dari brand Fenty ini adalah, Rihanna berhasil membuat branding inklusif bagi brandnya. Brand Fenty Beauty meluncurkan 40 shades foundation yang mencakup warna kulit yang beragam, dan brand Savage x Fenty meluncurkan fesyen yang memiliki banyak pilihan ukuran. Branding inklusif ini berhasil diwujudkan karena Rihanna sendiri menolak percaya terhadap pembagian-pembagian dan sesuatu yang excluding seseorang.
3. Pantene
Sama seperti Dove, Pantene juga bergerak di bidang hair care. Pada tahun 2019, Pantene mengeluarkan kampanye Power of Grey untuk meningkatkan kepercayaan diri orang-orang yang memiliki rambut beruban karena umur. Kampanye ini dilakukan Pantene, karena penelitian mengatakan 80% warga Inggris memiliki rambut beruban, dan 40% dari mereka berusaha untuk menutupinya dengan berbagai cara.
Pantene ingin menunjukkan brand yang akrab dengan pasarnya. Semakin banyak keragaman yang ditunjukkan dalam iklan, maka pasar akan merasakan keakraban yang lebih besar dan merasa relate dengan brand tersebut. Karena itu, Pantene ingin mengajak konsumennya untuk percaya, kalau rambut beruban atau rambut berwarna abu itu cantik dan patut dirayakan. Semakin banyak perempuan yang memakai warna abu untuk rambutnya, semakin dekat langkah kita menuju normalisasi rambut beruban di masyarakat.
4. Monomolly
Salah satu brand fesyen lokal asal Indonesia, Monomolly ini didirikan tahun 2017 oleh Monica yang saat itu baru masuk semester 6 perkuliahan. Berawal dari menjadi reseller dari produk orang lain, Monomolly kini udah berhasil memproduksi busana siap pakai sejumlah ratusan lusin setiap bulannya. Kesuksesan Monomolly di pasaran enggak cuma, karena mereka mengikuti minat pasar dan tren yang sedang berjalan, tapi, karena Monomolly menghadirkan inklusivitas dalam brand-nya.
Dalam kampanye #JoinTheTrend, Monomolly menghadirkan berbagai macam pilihan ukuran untuk fesyen yang diproduksinya. Dari produk tank top, atasan, jeans, hingga kulot tersedia dengan berbagai macam ukuran, dari ukuran S sampai XL dengan rentang berat badan dari 40 - 100 kg. Dengan rincian ukuran yang dimiliki Monomolly, pasarnya dapat meluas dan menunjukkan kalau perempuan berhak cantik dengan ukuran apapun.
5. Dear Me Beauty
Satu lagi brand lokal Indonesia, Dear Me Beauty! Sama seperti Fenty Beauty dari Rihanna, Dear Me Beauty juga bergerak di bidang make-up. Berawal dari beragamnya warna kulit atau skin tone di Indonesia dan enggak semua brand make-up hadir dengan shade yang cocok dengan orang Indonesia. Maka, Dear Me Beauty hadir membawa 13 shade foundation berbeda yang sesuai dengan warna kulit orang Indonesia. Mulai dari warna terang hingga gelap, kamu bisa menemukan semuanya!
Peluncuran warna shade foundation yang beragam ini sejalan dengan salah satu misi dari Dear Me Beauty, yaitu memberdayakan masyarakat Indonesia melalui industri kecantikan yang inklusif. Salah satu kampanye yang mereka jalankan, yaitu #KamuJagonya yang berkolaborasi dengan KFC juga mengajak konsumennya untuk melawan pandangan-pandangan kuno tentang stereotip bagi skincare enthusiast. Panutan banget, deh!
6. Barbie
Kamu mungkin menemukan trending news akhir-akhir ini tentang Barbie Role Model 2022. Apalagi, setelah salah satu aktivis Indonesia, Butet Manurung terpilih menjadi salah satu dari 12 Barbie Role Model 2022. Barbie meluncurkan kampanye Barbie Role Model setiap tahunnya untuk memperingati International Women’s Day. Tahun ini, Barbie menggandeng sosok-sosok perempuan inspiratif di seluruh dunia untuk dibuatkan boneka Barbie yang menyerupai mereka. Harapannya, agar anak-anak di seluruh dunia dapat mengikuti jejak inspiratif para role model ini.
Seiring perkembangan zaman, Barbie juga berkembang dan sekarang, brand ini enggak sekadar brand dengan boneka yang putih tinggi dan langsing semata. Barbie mulai memproduksi boneka-boneka yang mendukung inklusivitas. Produk bonekanya kini diproduksi dengan tampilan kulit yang bervariasi, rambut yang berwarna-warni, dan bentuk tubuh yang beragam. Barbie juga meluncurkan edisi profesi Barbie, yang menunjukkan boneka Barbie dengan berbagai macam profesi. Hal ini juga untuk meningkatkan kepercayaan diri anak-anak, terutama para perempuan untuk menjadi sosok apa pun yang mereka cita-citakan.
Nah, itu dia beberapa dari sekian banyak brand yang berhasil #BreakTheBias di bidang kecantikan. Keren-keren, ya! Semoga dengan kampanye yang mereka bawa, perempuan di dunia jadi lebih percaya dan menyayangi diri mereka dengan kecantikan unik yang mereka miliki masing-masing.
Kamu juga bisa mendukung gerakan #BreakTheBias, salah satunya dengan mengikuti Challenge Girls Unlimited: Breaking Gender Norms oleh @glaindonesia. Challenge ini mengajak kamu #BreakingTheNorms dengan mendukung perempuan menjadi unlimited. Selesaikan 4 Aksinya untuk membuka donasi sebesar 10 ribu rupiah yang akan digunakan untuk memberikan support bagi kegiatan kampanye online oleh para alumni Girls Leadership Academy Batch 2. Yuk, selesaikan Challengenya dan #BreakTheBias dengan caramu sendiri!
Referensi:
https://www.soco.id/post/beauty/5d66b4fd7d386b0005a4ef0b/deretan-campaign-positif-dan-inklusif-dari-brand-kecantikan
https://www.indigo9digital.com/blog/fentydiversityinclusion
https://www.dove.com/us/en/stories/campaigns/-beautybias.html
https://brandingforum.org/advertising/pantene-launches-power-grey-campaign/#:~:text=Pantene%2C%20owned%20by%20Procter%20%26%20Gamble,'Power%20of%20Hair'%20project.
https://www.pantene.co.uk/en-gb/power-of-hair/power-of-grey/
https://fashionunited.uk/news/culture/in-pictures-barbie-gets-more-inclusive/2020020447335