βHai, Changemakers!
Kita semua pasti setuju,kalau media sosial udah jadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Mulai dari terhubung dengan teman-teman, mencari inspirasi, bahkan sampai berjualan dan berbelanja. Semua itu pasti nggak lain dan nggak bukan untuk mengisi waktu dan mengilangkan rasa bosan.Makanya, terkadang kalau lagi ngerasa bosan pasti langsung buka media sosial. Bangun tidur pun juga langsung nge-cek media sosial. Hayooo, ngaku siapa yang suka kayak gitu?π
Eh, tapi kalian udah tau belum? Keseringan bermain media sosial ternyata bisa berpengaruh kurang baik untuk kesehatan mental kita. Hmm, emangnya beneran? Psikolog klinik, Scott Bea, PsyD mengatakan, kalau media sosial bisa menjadi pemicu depresi. Lah, kok?
Sumber: Alomedika.comΒ
Jadi, tanpa kita sadari, media sosial bisa menjadi pemicu seseorang untuk menunjukan image yang berbeda dengan di real life. Banyak orang yang ingin menunjukan self image yang ideal dan berbeda dengan apa yang aslinya di dunia nyata. Kadang, kita seakan-akan dituntut untuk menampilkan image yang oke di media sosial, padahal hal itu bisa bikin lelah secara mental, loh.Β
Nah, kebetulan hal ini menjadi pembahasan dalam acara Psyferia bersama Campaign.com dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran dengan judul Masquerade: the Mask Behind Our Social Media.Β Sekarang Champ juga mau ngobrol-ngobrol nih, sama dua peserta acara Psyferia kemarin, yaitu Kak Ajie dan Kak Afina. Cusss, langsung aja kita baca cerita mereka!
1. Ajie
Ajie Muhammad Ichsan Susila atau akrab dipanggil Ajie adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, dan juga salah satu panitia di lomba debat Psyferia 2022. Kak Ajie cerita,Β selama acara Psyferia banyak hal menarik yang baru ia pelajari, salah satunya adalah tentang self image. Kak Ajie juga jadi semakin paham kalau ternyata media sosial beneran punya pengaruh ke kesehatan mental. Mungkin banyak orang sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain setelah melihat unggahan orang lain di media sosial. Padahal, kita cuma lihat satu sisi kehidupan dari orang tersebut. Makanya, menurut Kak Ajie penting banget untuk bisa memilah apa yang kita lihat di media sosial, agar nggak terus-terusan membandingkan diri kita sendiri. Wah, bisa dicatat nih, saran dari Kak Ajie!
2. Afina
Kak Afina adalah salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, dan juga merupakan Vice Project Officer di Psyferia 2022. Kalau dari cerita Kak Afina, hal penting yang ia pelajari di Psyferia adalah self awareness, yang ternyata penting kita miliki, agar nggak mudah percaya dengan pandangan orang lain terhadap diri kita, apalagi dari media sosial. Kak Afina mengakui adanya pengaruh media sosial yang nggak baik untuk kesehatan mentalnya, karena ia cenderung jadi membandingkan diri dengan orang lain yang ada di media sosial. Ia merasa kalau setiap orang mempunyai "topeng" di media sosial, dan kita nggak mengetahui pasti apa yang ada dibalik topeng tersebut.Β
Karena hal itu, Kak Afina menyarankan untuk nggak sembarangan memberikan judgement kepada orang lain berdasarkan apa yang ada di media sosialnya. Sama kayak yang dibilang Kak Ajie tadi, Kak Afina juga merasa penting untuk menyaring apa yang ingin kita lihat di media sosial, dan menyarankan untuk follow akun yang inspiratif agar memberikan positive vibes. Champ setuju banget sama Kak Afina!Β
Wah, banyak banget insight bermanfaat yang kita pelajari tentang pengaruh media sosial ke kesehatan mental. Mungkin kita bisa mengikuti saran dari Kak Ajie dan Kak Afina tadi, agar nggak kena dampak buruk media sosial untuk kesehatan mental kita. Kalau menurut Changemakers, gimana cara yang bisa kita lakukan untuk membuat media sosial menjadi ruang aman untuk semua orang? Bisa spill jawaban kalian di kolom komentar, ya! π