Hai, Changemakers!
Jagat media sosial twitter baru-baru ini ramai memperbincangkan Gita Savitri. Nama Influencer sekaligus penulis buku itu bahkan menduduki trending 1 di twitter selama 3 hari berturut-turut. Hal ini dikarenakan opininya yang mengkritisi kebijakan Qatar terhadap tim nasional Jerman di Piala Dunia 2022. Diketahui, Gitasav menganggap Qatar jahat terhadap kaum LGBTQ dan menyebarluaskan homophobia karena melarang tim nasional Jerman ataupun supporter membawa atribut LGBTQ ke dalam stadion.
Dari huru-hara ini, yang bisa kita highlight adalah pembahasan perihal open minded yang ramai dibahas netizen. Ada yang bilang open minded Gitasav kelewatan, ada yang berkomentar Gitasav sudah benar membela kaum minoritas, ada juga yang menyayangkan prilaku Gitasav karena berkomentar terkesan nggak mau menerima pendapat yang bertentangan selain opininya sehingga banyak netizen menuding Gitasav justru yang close minded.
Foto: instagram dan twitter
Sebenarnya, apa sih itu open minded dan kenapa bisa membuat perdebatan panjang antar banyak orang? Yuk, kita bahas!
Teori Open Minded
Foto: Kompasiana
Menurut Ennis, seorang filsuf Amerika, open minded merupakan salah satu ciri orang yang berpikir kritis. Dimana orang dengan ciri tersebut selalu memiliki pikiran terbuka terhadap segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Ketikamenyampaikan argumennya atau melakukan tindakan, seorang yang open minded akan melalui proses berpikir kritis, yaitu merumuskan alasan secara aktif, mendalam, dan terampil mulai dari menyusun konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mengintegrasikan, atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan (reasoning) atau komunikasi.
Menurut Baron, seorang Profesor Emeritus Psikologi, orang yang open minded akan berupaya mencari kriteria, kemungkinan solusi, dan bukti-bukti yang berseberangan dengan pendapat pribadinya. Individu yang open minded akan menghargai argumen lain karena potensinya untuk memperdalam pemahaman dan mengevaluasi argumen serta tindakannya.
Foto: www.msn.com
Dari kontroversinya, Gitasav sudah memberikan video klarifikasi melalui channel Youtube-nya, Gita Savitri Devi berjudul "Trending di Twitter karena Kritisi Qatar". Dia menyatakan bahwa sebelum memberikan argumennya, dia sudah melakukan research bahwa ada banyak diskriminasi terlebih ketika piala dunia di Qatar.Gitasav adalah seorang yang berprinsip anti diskriminasi terhadap apapun.
Dia juga mengaku nggak setuju dengan argumen yang menyatakan bahwa seseorang harus mengikuti kultur suatu negara. Baginya, selama kultur individu nggak mengganggu, sah-sah saja dilakukan meskipun bertentangan dengan kultur negara yang ditempatinya. Dia juga menambahkan bahwa toleransi yang sesungguhnya adalah menghargai prinsip individu.
Definisi Toleransi
Foto: bangkok.unesco.org
Menurut Max Isaac Dimont, toleransi adalah sikap untuk mengakui perdamaian yang nggak menyimpang dari norma-norma yang diakui dan berlaku sekaligus sebagai sikap menghormati dan menghargai setiap tindakan orang lain.
Pendapat lain dari W.J.S Poerwadarminta dalam KBBSI, toleransi bermakna sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan lain sebagainya yang berbeda dengan pendiriannya sendiri.
Korelasi antara Open Minded dan Toleransi
Nggak cuma di twitter, di instagram pun nama Gitasav juga menjadi sorotan. Kegaduhan netijen semakin memanas pasca aktor Herjunot Ali ikut berkomentar. Pemeran Zafran dalam film 5 Cm itu berada di pihak Qatar dan netizen pun banyak yang sependapat dengannya.
Foto: instagram story @herjunotali.studio
Pada unggahannya, Herjunot tampak kontra terhadap Gitasav meskipun nggak secara gamblang menuliskan nama Gitasav. Ini didasarkan pada opininya bahwa budaya, keyakinan agama, dan peraturan negara adalah hal yang nggak bisa diganggu gugat. Dia bahkan menegaskan bahwa orang yang open minded justru adalah orang-orang yang sebenarnya paling close minded dan anti kritik.
Dalam hal ini, secara nggak langsung Herjunot menganggap Gitasav intoleran terhadap kebijakan Qatar. Pernyataan ini banyak didukung banyak netizen.. Menurut netizen, Gitasav keblinger dengan liberalisme sehingga menormalisasi LGBTQ yang sudah sangat jelas dilarang dalam agama Islam.
Open minded dan toleransi sama-sama bertujuan untuk hidup berdampingan dengan harmonis. Prinsipnya sama-sama perdamaian. Tapi seringkali, standar "perdamaian" yang mereka tuju justru berseberangan. Contohnya seperti dalam polemik Gitasav ini. Makanya hal ini menimbulkan perdebatan panjang.
Terlepas dari perdebatan di atas, jauh sebelum adanya keputusan bahwa Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar diketahui melarang kerasLGBTQ. Hal inilah yang mendasari penentangan mereka terhadap segala bentuk kampanye LGBTQ pada pertandingan Piala Dunia 2022. Tapi pada akhirnya, Qatar mengizinkan tim nasional juga supporter Jerman dan negara lain membawa atribut pelangi ke dalam stadion setelah Jerman, Denmark, dan Inggris mengecam kebijakan ini dan mengancam akan meninggalkan FIFA. Kalau menurut kamu gimana? Tulis komentar di bawah, ya!
Ngomongin soal toleransi, pas banget Campaign.com dan Indika Foundation juga mengadakan SEHATI Project yang membahas tentang isu toleransi dan perdamaian yang inklusif, loh. Selanjutnya bakalan ada peluncuran 15 kampanye tentang tolerasi dan inklusivitas oleh Campaign dan 15 Organizers. Buat kamu yang pengen speak up tentang toleransi dan inklusivitas, jangan lupa pantengin https://www.campaign.com/sehatiproject juga media sosial dan aplikasi Campaign #ForChange, ya!
Referensi:
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jptt/article/view/3986
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/INSIGHT/article/download/ZNM/3409
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/6576/5/BAB%20II.pdf