Hai, Changemakers!
Hari Minggu kemarin, jagat YouTube digemparkan oleh film Dirty Vote. Bahkan, dalam dua hari penayangan, jumlah penonton Dirty Vote sudah tembus lebih dari 7 juta.
Anehnya, meski sudah melesat sampai angka 7 juta lebih, Dirty Vote nggak masuk ke trending YouTube. Hhmm… aneh banget nggak, sih?
Keanehan itu dikomentari oleh komedian, Andovi da Lopez. Unggahan di akun Instagram-nya mengomentari sistem YouTube karena Dirty Vote nggak bisa jadi trending. “Jelas, jelas Dirty Vote berhak masuk trending,” ucapnya.
Sebenarnya nih, komentar Dirty Vote bukan hanya datang dari Andovi da Lopez. Kalau Champ ikuti media sosial dan media pemberitaan, komentar masyarakat pokoknya beragam, deh!
Tanggapan dari Para Politisi Negara
Dari masing-masing paslon juga menanggapi film tersebut. Anis menilai bahwa Dirty Vote menjadi alat masyarakat untuk menyingkap kecurangan yang terjadi.
Respons Anis nggak jauh berbeda dengan tanggapan Ganjar. Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menilai Dirty Vote sebagai film edukasi tentang demokrasi.
Dari paslon nomor 2, Gibran merespons dengan santai. Dirinya menyatakan bahwa belum melihat filmnya. Respons santai dari Gibran, nggak searah dengan TKN. TKN menilai film tersebut berbau fitnah dan mengandung unsur kebencian.
Mantan wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla juga tak mau kalah dalam memberikan pendapat. Pendapat dari beliau mengejutkan Champ. Lah, gak kaget gimana kalau beliau menilai bahwa apa yang diungkapkan di Dirty Vote masih mengungkap 25 persen kecurangan. Champ pas baca, langsung sedih. Artinya, masih banyak kecurangan lain yang belum terungkap. Hiks…
Sumber gambar: Pantau
Wapres ke-13 Indonesia, Ma’ruf Amin juga tak ketinggalan untuk memberi penilaian. Menurutnya, Dirty Vote adalah bagian dari dinamika politik. Kalau sasarannya adalah pemerintah, pemerintah harus memperhatikannya.
Bak bola api yang terus bergulir, Dirty Vote memang menjadi isu hangat yang banyak diperbincangkan. Bukan hanya dari kalangan elit dan tim pemenangan. Berbagai respons juga hadir dari warganet.
Dua Sisi Pandangan Warganet
Pas Champ amati komentar-komentar warganet di media sosial, sebenarnya terpecah dua. Ada yang setuju dengan isi filmnya dan ada yang nggak setuju.
Warganet yang setuju menilai kalau film Dirty Vote membuka mata terhadap kecurangan yang terjadi di bangsa ini. Karena banyak data yang dipaparkan dan analisisnya tajam karena memang hadir dari para ahli hukum.
Bahkan ada yang merinding lantaran nggak percaya dengan permainan “kotor” dari penguasa.
Kehadiran Dirty Vote juga menjadi referensi politik bagi warganet sebelum mengambil keputusan pada pencoblosan nantinya.
Meskipun kalau kata Agus Mulyadi, seorang penulis atau akrab dikenal sebagai suami Kalis Mardiasih, pengaruh Dirty Vote nggak terlalu masif mempengaruhi hingga akar rumput. Karena mempengaruhi suara akar rumput adalah tugas partai, bukan seorang akademisi (merujuk pada identitas tiga pakar hukum di film).
Sumber gambar: tangkapan layar Facebook
Sisi Kontra dari Warganet
Warganet yang nggak setuju menilai bahwa Dirty Vote hanya bertujuan buat memecah belah. Bahwa seolah-olah isinya menjadi propaganda buruk untuk kedamaian pemilu. Apalagi ditayangkan waktu masa tenang.
Warganet juga menilai jika Dirty Vote memiliki isi yang buruk. Soalnya, beraroma keberpihakan sebelah. Komentar tajam hadir manakala penilaian isinya yang penuh asumsi semata.
Bahkan, ada cuitan yang mengomentari bahwa tak sampai 30 menit, sudah merasakan kebosanan untuk menontonnya. Dengan alasan, belum tentu isinya adalah kebenaran.
Sumber gambar: tangkapan layar X
Terlepas dari persoalan warganet, Champ juga mau bawa kabar terbaru kalau tiga pakar hukum yang menjadi narasumber di Dirty Vote dan sutradaranya dilaporkan ke polisi oleh Forum Komunikasi Santri Indonesia. Dengan alasan sudah melanggar Undang-Undang Pemilu yang mengatur tentang masa tenang.
Mendapatkan laporan tersebut, ketiga pakar hukum di Dirty Vote merespons bahwa siap dan sudah memperhitungkan konsekuensinya.
Hmmm, jadi runyam, ya. Menurut kamu gimana? Dirty Vote memang kurang etis dan berkualitas atau justru menjadi tayangan yang positif?
Apa pun pilihannya, Champ berharap agar demokrasi di Indonesia terus berjalan dengan sehat, baik, dan positif.
Kalian juga bisa dukung demokrasi yang baik dengan menyelesaikan Challenge Memilah Informasi Untuk Demokrasi. Challenge yang diluncurkan oleh Literasi Pemuda Indonesia bertujuan untuk membangun literasi politik agar tercipta masyarakat yang kritis dan rasional. Challenge disponsori Yayasan Dunia Lebih Baik. Challenge yang selesai dikonversi jadi donasi sebesar Rp28 ribu. Donasi digunakan untuk menggalakkan pemuda agar bisa memilah informasi.
Yuk, dukung demokrasi Indonesia yang lebih baik. Demokrasi baik, masyarakat arif.
Referensi:
https://www.krjogja.com/ragam/1244156298/respon-film-dirty-vote-maruf-amin-anggap-sebagai-dinamika-politik
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240212120000-617-1061421/jk-sebut-film-dirty-vote-cuma-ungkap-25-persen-kecurangan-pilpres-2024
https://nasional.sindonews.com/read/1319499/12/respons-tkn-film-dirty-vote-berisi-narasi-kebencian-tpn-ganjar-mahfud-jangan-baper-1707660167
https://www.detik.com/jateng/berita/d-7189844/ganjar-respons-film-dirty-vote-edukasi-untuk-publik
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240212132656-617-1061457/anies-sebut-film-dirty-vote-cara-rakyat-respons-kecurangan
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2024/02/13/sutradara-dan-tiga-akademisi-dirty-vote-dilaporkan