Hi, Changemakers!
Haduh… mau musim hujan atau kemarau, tetap aja Champ sering kegerahan 😓 Apalagi di akhir tahun 2023 kemarin, panasnya poll! Sampai ada netizen yang coba masak telur di bawah matahari langsung. Ada-ada aja ya, Changemakers 😭 Tapi, ngomongin soal panas, kamu tau nggak sih, bumi bisa sepanas ini karena apa? Salah satu alasannya karena bumi udah nggak se-sehat dulu lagi. Sama halnya kayak manusia, makin lama, bumi juga makin tua. Belum lagi sampah yang terus menumpuk memenuhi seisi bumi. ☹️
Sedih banget nggak sih, bumi yang udah kasih banyak kehidupan untuk makhluk hidup, sekarang kondisinya udah semakin memburuk? Kalau dibiarin terus-terusan, pasti bumi nggak akan baik-baik aja. Makanya, sekarang Champ mau ajak kamu untuk bantu bumi menjadi lebih baik. Kira-kira gimana ya, caranya? Kita langsung aja obrolin bareng Kak Adi dari Demi Bumi Palu, yuk!
Champ: Tak kenal, maka… kita kenalan dulu, yuk! Hai, boleh perkenalkan diri dan ceritain kesibukannya akhir-akhir ini?
Kak Adi: Halo Champ dan Changemakers! Perkenalkan, nama saya Muhammad Adiwarman Cahyana. Saya berasal dari Kota Palu, Sulawesi Tengah. Saat ini, saya mahasiswa Jurusan Fisika Murni Fakultas MIPA yang lagi menempuh semester 7 nih, Champ. Jadi, selayaknya mahasiswa semester genting, saya lagi sibuk kuliah dengan banyak revisi untuk tugas akhir. Selain itu, saya juga aktif di Komunitas Demi Bumi Palu sebagai Head of Project Officer.
Champ: Wah, selain sibuk kuliah Kak Adi juga aktif di komunitas, nih. Kalau boleh tau, program apa aja sih, yang lagi dijalankan oleh Komunitas Demi Bumi Palu?
Kak Adi: Kemarin, kami baru aja melakukan focus group discussion bersama teman-teman dan Profesor dari Newcastle University Australia. Kami berdiskusi tentang Kota Palu yang memiliki beberapa pertambangan yang statusnya tidak jelas antara legal atau ilegal, di daerah perkotaan Kota Palu. Sampai pada suatu kesimpulan, kami dipercayakan untuk terus menyuarakan isu lingkungan tanpa henti dan tanpa rasa takut.
Sebelumnya, saya juga ingin memperkenalkan bahwa Demi Bumi Palu adalah wadah pembelajaran untuk menyuarakan, membersamai, mengajak kolaborasi dan elaborasi untuk pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) di tahun 2030. Di Sulawesi Tengah sendiri, kami menjadi empat provinsi terbawah dalam kesiapan SDGs. Menurut kami, hal ini memerlukan sinergi bersama antara government, komunitas non-government, masyarakat, dan stakeholder lainnya.
Tahun 2023, kami pernah berkolaborasi bersama Campaign untuk meluncurkan Challenge. Kemudian, alhamdulillah, saat ini kami juga kembali berkolaborasi sekaligus memanfaatkan momentum pemilu untuk mengangkat isu lingkungan yang belum pernah dicantumkan dalam visi misi para caleg di Kota Palu. Nah, berangkat dari permasalahan tersebut, kami juga ingin mengadakan diskusi publik ‘Local Youth Forum’ untuk memberikan kesempatan secara acak untuk para caleg hadir dan berdiskusi seputar isu lingkungan yang ada di Kota Palu.
Apalagi Kota Palu tahun 2018 tertimpa bencana gempa, tsunami, bahkan likuifaksi, yang sampah bangunannya itu masih belum terselesaikan. Kami berharap melalui diskusi ini, para caleg dan kita semua bisa lebih memikirkan bagaimana tempat yang mereka tinggali itu bisa bertahan. Dalam artian, kita tinggal di bumi dan sekarang bumi udah panas dengan sampah yang nggak terkendali. Kami ingin ada pergerakan untuk kebermanfaatan dan keberlanjutan bumi kedepannya.
Champ: Setuju banget! Selama ini kita hidup di bumi, dan sekarang udah saatnya kita bantu bumi untuk jadi lebih baik! Champ juga seneng banget deh, walaupun masih muda, Kak Adi dan teman-teman tetap semangat menyuarakan isu lingkungan. Nah, sebagai sesama anak muda, gimana sih, pandangan Kak Adi melihat anak muda Indonesia saat ini?
Kak Adi: Menurut saya, anak muda selalu di-underestimate oleh orang tua. Namun, di sisi lain, anak muda dibebankan dengan statement Indonesia Emas 2045. Katanya, ada bonus demografi dimana tahun itu merupakan umur produktif Gen Z dan Milenial. Ada beban yang harus ditanggung. Padahal, menurut saya beban itu bukan hanya untuk anak muda saja.
Nah, gimana caranya kita mengurangi beban itu untuk sampai ke tahun 2045? Tentunya, ada tindakan dan mindset yang jangan mau menjadi pemuda yang beresiko. Menurut saya, menarik sekali melihat kemunduran peradaban anak muda. Dimana, orang yang ngomong “berchandya” bisa viral dan dapat award, sedangkan anak muda daerah yang berani bersuara, nggak dapet apa-apa.
Anak SMP di Jambi yang berani mengkritik rezim, pada hari itu langsung ditangkap dan dihukum. Itu yang menjadi pertanyaan “Di mana kami harus bersuara?”. Menurut saya, anak muda harus peka. Saya berpesan kepada seluruh anak muda untuk nggak boleh terlena dengan kecanggihan teknologi. Kita harus bijak menghadapi globalisasi yang semakin pesat. Mulai sekarang, anak muda harus mulai peka terhadap isu politik, pemerintahan, lingkungan, ekonomi, energi, hingga isu ras dan agama.
Champ: Politik jadi salah satu isu yang disebut oleh Kak Adi. Nah, ngomongin soal politik, kita baru aja nih, melaksanakan pemilu. Menurut Kak Adi, gimana sih, proses pemilu tahun 2024 ini? 🤔
Kak Adi: Di tahun ini, suara anak muda hadir hampir 60% di Pemilu. Nah, tentunya, kita sebagai anak muda harus memikirkan bagaimana kehidupan setelah kuliah, bagaimana lapangan pekerjaan akan tersedia, bagaimana dana pendidikan untuk mereka yang ingin melanjutkan kuliah, bagaimana dana kesehatan dan segala macamnya. Kita tentu butuh pemimpin yang berani menyuarakan hak-hak kita dan diwujudkan dalam keadilan dan kesetaraan.
Kalau kita lihat kembali euforia Pemilu tahun 2019, dengan zaman yang masih ada namanya blusukan masuk parit, got, atau sawah, kotor-kotoran. Nah, sekarang Pemilu jadi sangat menarik, ya. Saat ini, Pemilu dijadikan ajang untuk berkumpul dan berdiskusi untuk memancing gagasan. Menurut saya, hal ini sangat bagus untuk menampung aspirasi dari daerah ke daerah. Menurut saya, setiap paslon harus punya gagasan yang jelas untuk jadi suatu pedoman di masa yang akan datang.
Champ: Mantap Kak Adi! 🤩 Champ lanjut ke pertanyaan berikutnya, di momentum pemilu ini, Demi Bumi Palu dan Campaign lagi berkolaborasi untuk menciptakan dampak baik melalui Challenge Muda Bersuara Bumi Berubah. Nah, kira-kira apa sih, goals yang ingin kalian capai dari kampanye tersebut?
Kak Adi: Kami ingin mengajak anak-anak sekolah, yang ketika mereka belum bisa memberikan hak suaranya di Pemilu tahun 2024, tapi mereka bisa memberikan suatu aksi nyata untuk peduli terhadap isu lingkungan. Di Challenge kami, ada aksi yang mengajak mereka selfie dan menuliskan beberapa gagasan perubahan. Nah, melalui aksi tersebut kami ingin menjadikan satu buku yang berisi gagasan anak muda yang udah mereka tulis. Ini memang sebelumnya nggak termasuk dalam rencana, tapi kami berharap dengan gagasan ini bisa diserahkan ke pimpinan kota maupun provinsi. Lalu, melalui Challenge ini, kami juga ingin anak muda bisa memupuk ke-awareness-an mereka dari awal terkait isu lingkungan dan politik.
Selain itu, kami juga ingin konsisten bergerak secara lokal, regional, nasional hingga internasional. Kami berharap dengan kolaborasi bersama Campaign, anak muda nggak awam lagi. Sebenarnya, di Kota Palu anak muda itu banyak dan akses informasi pun mudah. Namun, masih banyak yang malas untuk research. Makanya, dengan kolaborasi ini kami juga ingin menanamkan mindset baru bahwa ada wadah kolaborasi untuk menyuarakan aksi positif, contohnya Demi Bumi Palu X Campaign. Gitu, Champ.
Champ: Yeay, Champ seneng banget sama semangat anak muda kayak gini! 🥳 Nah, kalau Challenge ini udah dikonversi menjadi sejumlah donasi, mau dipakai untuk apa aja sih, kak?
Kak Adi: Kami ada dua rencana untuk merealisasikan uang donasi ini. Pertama, dari awal kami memang ingin membuat alat pirolisis di mana alat ini untuk mengkonversi plastik menjadi solar, bensin, dan segala macam. Namun, alat ini memerlukan biaya yang besar dan bahan maupun alat yang cukup sulit ditemui. Lalu, yang kedua, yang paling memungkinkan, kami akan melakukan SDGs Youth Forum.
Kegiatan ini berfokus pada sosialisasi forum regional SDGs, yang output-nya kami berharap bisa melibatkan pemerintah dan masyarakat agar lebih sadar untuk mempertimbangkan setiap kebijakan dengan melibatkan SDGs. Kami ingin, semuanya tau SDGs itu apa, pencapaiannya seperti apa, sehingga dari edukasi ini akan ada aksi nyata. Kami juga berharap akan muncul kesadaran “Ayo, demi bumi Palu”, kita sama-sama membantu dan terlibat untuk kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan Sustainable Development Goals.
Champ: Keren! 👏 Oh iya kak, dari Challenge yang udah diluncurkan, apa sih, harapan yang ingin kalian lihat dari para pendukung yang mendukung Challenge tersebut?
Kak Adi: Jadi, “Muda Bersuara, Bumi Berubah” itu bukan cuma kiasan doang, Champ. Bagi kami, filosofinya sangat penting, dimana kalau kita sedari muda menjadi pemuda yang berpotensi, maka bumi kita akan berubah. Dengan begitu, kami berharap banyak anak muda yang mau bersuara, entah bersuara di politik, ekonomi, lingkungan atau apapun asalkan positif dan mampu memberikan ide dan inovasinya. Sehingga, bumi kita, atau dalam hal ini Kota Palu yang disebut ‘Bumi Tadulako’, yang menjadi tempat kelahiran kami bisa berubah jadi lebih baik lagi. Demi Bumi Palu nggak bisa bergerak sendiri tanpa adanya dukungan dari teman-teman semua. Kita butuh sinergi, kolaborasi, dan elaborasi untuk mewujudkan perubahan. Kita butuh anak-anak muda yang mau bergerak bersama-sama.
Champ: Pertanyaan terakhir dari Champ, menurut Kak Adi, dunia yang lebih baik itu seperti apa?
Kak Adi: Menurut saya, dunia yang lebih baik ketika ada keadilan di dalamnya. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dan dunia. Hari ini, kita melihat keadilan menjadi suatu hal yang mustahil diwujudkan. Bagaimana kita bisa berleha-leha sementara teman-teman Disabilitas nggak punya akses yang baik dan nyaman ketika berjalan di trotoar? Bagaimana bisa kita yang bisa melangkah dengan mudah tapi merasa paling susah?
Contoh lainnya, keadilan dalam pendidikan. Saya merasa masih ada anggaran yang belum tepat sasaran. Mereka yang mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP), menurut saya ada yang lebih hedon daripada mereka yang nggak mendapatkannya. Harus kita akui, banyak teman-teman kita yang mau kuliah, tapi terbatas ekonominya. Ini perlu kita rangkul dan butuh tracking check yang valid untuk mengusulkan keadilan.
Dunia yang lebih baik juga adalah dengan berkurangnya ketimpangan. Misalnya, di transportasi publik yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon. Dengan ini, menurut saya semua orang yang berada dalam transportasi publik, baik dia sebagai pegawai, CEO, direktur, ustad, atau pedagang starling, mereka semua sama rata. Nggak ada perbedaan, dan di situ muncul kesetaraan. Dunia yang lebih adalah dunia yang setara.
Terakhir, closing statement dari saya bahwa hari ini anak muda sebagai salah satu penentu masa depan Indonesia. Jadi, kedepannya kita harus berani menggagas suatu aksi perubahan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Lupakan masa lalu, kita harus bisa melangkah ke masa depan dengan komitmen dan semangat yang selalu terbakar. Kita harus bisa menuntaskan tanggung jawab kita sebagai agent of change dalam kehidupan.
Wah, udah dikasih closing statement yang bagus banget nih, Changemakers. Jadi, sebagai sesama anak muda semangatnya harus menyala dong, ya! 🔥 Nah, biar nggak kalah semangatnya dari Kak Adi, kita ikut ambil aksi di Challenge Muda Bersuara Bumi Berubah dari Demi Bumi Palu, yuk! Aksi kamu akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp30 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik untuk menjadikan bumi lebih baik lagi kedepannya. Malu dong, udah numpang hidup di bumi, tapi nggak mau bantu bumi jadi lebih baik 🙄 Makanya, yuk langsung ambil aksimu sekarang juga! 🌎💙