Ditulis oleh: Formakab
Halo dulur,
Pernahkah kalian berpikir tentang bagaimana rasanya menjadi bagian dari minoritas di lingkungan sekitar? Mungkin banyak dari kita yang pernah secara sengaja atau tidak, merenungkan tentang kondisi menjadi minoritas. Bagi sebagian orang, menjadi minoritas kerap kali berarti menghadapi perlakuan yang berbeda dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari pertemanan, diskriminasi dalam acara-acara tertentu, bahkan hingga pelayanan di pemerintahan, perlakuan yang diterima kadang terasa tidak setara.
Mari kita bahas hal yang fundamental: kebebasan mendirikan rumah ibadah. Tidak jarang kita mendengar kabar bahwa upaya mendirikan rumah ibadah bagi komunitas tertentu terhambat, baik itu dalam proses perizinan maupun mendapat penolakan dari masyarakat. Penolakan ini bisa terjadi secara halus ataupun secara frontal. Padahal, negara kita memiliki semboyan "Bhinneka Tunggal Ika," yang berarti walaupun kita berbeda suku, agama, dan latar belakang, kita tetap satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa prinsip ini masih sering terabaikan. Proses untuk mencapai keharmonisan dan rasa saling menghargai antarumat beragama masih perlu waktu dan kesadaran lebih dari seluruh elemen masyarakat.
Salah satu contoh yang mencerminkan tantangan ini adalah situasi di Kabupaten Bandung. Dalam sebuah artikel dari Bandung Bergerak, disebutkan bahwa di Kabupaten Bandung, insiden pelarangan ibadah dan penolakan izin mendirikan rumah ibadah terus berulang. Sejumlah organisasi masyarakat (ormas) kerap melakukan aksi penolakan, sementara birokrasi sering kali memperlambat proses perizinan.
Masalah seperti ini seharusnya sudah waktunya diakhiri. Bagaimana mungkin kita bisa membanggakan diri sebagai bangsa yang toleran, jika masih ada sebagian dari kita yang menghadapi kesulitan untuk menjalankan ibadahnya dengan tenang?
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan memperkuat sosialisasi tentang pentingnya toleransi dan moderasi dalam beragama. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menghormati hak setiap individu untuk beribadah menurut keyakinannya masing-masing sangat dibutuhkan. Kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam mewujudkan keharmonisan sosial.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai bagian dari solusi? Salah satunya adalah dengan mendukung forum mahasiswa kabupaten bandung dalam mengkampanyekan kebebasan beribadah bagi semua agama yang ada di kabupaten Bandung, caranya dengan menghadiri dialog terbuka tentang toleransi dan moderasi beragama. Di Kabupaten Bandung, Forum Mahasiswa Kabupaten Bandung (Formakab) sering menggelar acara dialog terbuka tentang berbagai permasalahan yang salah satunya adalah tentang toleransi antar umat beragama. Kalian bisa ikut berpartisipasi dalam acara tersebut dan membantu menyebarkan pesan toleransi ini lebih luas lagi.
Jangan lupa juga untuk mengikuti aksi-aksi sosial yang diadakan Formakab, karena dengan ikut serta, kalian sudah berdonasi dalam mendukung keberlangsungan acara dialog terbuka tentang toleransi beragama.caranya adalah dengan posting masalah masalah intoleransi yang ada di media sosial ataupun artikel artikel tentang masalah intoleransi yang ada di indonesia, lalu screenshoot dan posting.
Mari, dulur-dulur semua, kita jaga kerukunan dan saling menghargai satu sama lain, agar semua umat beragama di Kabupaten Bandung bisa menjalankan ibadahnya dengan tenang dan nyaman.
Hatur nuhun dulur, ulah dugi kahilap ya!