Hai, Changemakers!
Biaya pendidikan yang mencekik di Indonesia bukan lagi sebuah fenomena baru. Mahalnya biaya pendidikan akhirnya menghasilkan ketimpangan akses pendidikan. Kelas atas tak akan ada masalah, tapi menjadi persoalan besar bagi masyarakat kelas bawah.
Keterbatasan akses masyarakat kelas bawah yang membuat PAUD Melati 12 berdiri. Menurut Ibu Fitri Maswanita sebagai kepala Sekolah, PAUD Melati 12 berdiri karena adanya anak-anak Posyandu yang kesulitan untuk mengakses pendidikan anak karena biaya yang mahal. Sehingga Ibu dari Fitri Maswanita dan tiga orang lainnya berinisiatif mendirikan PAUD Melati 12.
Pada Juli 2007, PAUD Melati 12 berhasil berdiri. Di awal berdirinya, PAUD Melati 12 menempati ruang Posyandu. Sehingga ruang kelasnya kecil. Bahkan harus dibuat dua jadwal jam masuk, pagi dan siang.
“Awal berdiri jumlah muridnya 10 atau 15 orang,” tutur Fitri Maswanita dengan ekspresi mengingat-ngingat, “kemudian lambat laun jumlah muridnya makin bertambah, bahkan pernah 60 orang”.
Meski niat pendiriannya untuk membantu akses pendidikan bagi anak kurang mampu, PAUD Melati 12 nggak mau asal-asalan dalam mendidik. Para pendidik berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
Salah satu contohnya dilakukan oleh Fitri Maswanita sendiri. Di tahun 2007 juga, beliau memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi dengan mengambil jurusan pendidikan guru PAUD. Selain meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tujuan lain berkuliah agar guru-guru PAUD nggak dipandang sebelah mata.
Menurutnya, tak jarang masyarakat menilai guru PAUD hanya Ibu-Ibu PKK yang mengajar menyanyi. Padahal buatnya, PAUD penting untuk anak-anak agar bisa belajar bersosialisasi.
Beruntungnya, di tengah masyarakat yang memandang sebelah mata, masih ada masyarakat yang melihat perjuangan PAUD Melati 12 untuk mencerdaskan anak-anak.
Seperti adanya donatur yang memberi bantuan alat drum band. Bantan lain ketika pengurus masjid menawarkan agar PAUD Melati 12 menggunakan ruang aulanya.
Mendapat tawaran infrastruktur, pihak PAUD Melati 12 merasa senang. Sehingga di tahun 2015, berpindah ke aula masjid. Meski ruangannya masih harus disekat, bagi Fitri Maswanita, kondisinya lebih baik dibandingkan ruang sekolah sebelumnya.
PAUD Melati 12 juga menghadapi persoalan APE. Untuk APE outdoor, belum ada karena keterbatasan lahan. Sehingga PAUD Melati 12 fokus menyediakan APE indoor, meski belum lengkap.
Meski dilanda keterbatasan yang ada, pendidik PAUD Melati 12, tak menyurutkan semangat. Keterbatasan yang ada, menjadi “pecut” untuk terus memberi yang terbaik untuk anak-anak.
Semangat yang dilakukan, terlihat saat mengikuti kampanye #BantuSekolahYuk2.
Awal mula ikut kampanye #BantuSekolahYuk2, PAUD Melati 12 ditelpon oleh Mas Eliyan orang Suku Dinas Pendidikan.
Di kampanye #BantuSekolahYuk2 meluncurkan Challenge Bantu Paud Melati 12 Kembangkan Fasilitas Bermain yang Lebih Baik.
Agar bisa mendapatkan banyak Supporters untuk Challenge yang diluncurkan, melakukan promosi ke Ibu PKK, majelis taklim, dan Instagram operator sekolah.
Donasi yang dikumpulkan akan digunakan PAUD Melati 12 untuk memenuhi sarana dan prasarana. Udah dirancang apa aja yang mau ditambah, misalnya ingin membeli lemari mainan, soalnya mainan kondisinya berantakan.
Semoga harapan PAUD Melati 12 untuk berdampak bagi pendidikan anak, terus berjalan dengan baik. Semangatnya untuk kesetaraan akses pendidikan, patut diacungi sepuluh jempol.
Kamu juga bisa belajar arti kehidupan yang layak untuk semua anak. Dengan cara belajar persoalan stunting melalui Challenge Ayo bergerak Anak Indonesia Darurat Stunting DarTing!