#NoMorePlastic

Penta K Labs II: Sedulur Banyu

profile

kolektifhysteria

Update

Belakangan karena pemanasan global yang berdampak pada kenaikan permukaan air laut dan juga amblesnya tanah di sekitar pesisir menyedot perhatian banyak kalangan. Kondisi ini juga diperparah penggunaan air tanah yang cukup massif terutama di kawasan industri. Semarang, dalam hal tertentu mempunyai nasib seperti Jakarta untuk urusan air. Keterancaman turunnya permukaan tanah membuat berbagai solusi dicari. Wacana pembangunan giant sea wall dan reklamasi melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCIICD) di Jakarta  atau yang dikenal sebagai Giant Sea Wall dan juga jalan tol yang membentang dari Trimulyo hingga Demak mengemuka. Tak terkecuali berbagai terobosan untuk kampanye untuk mengurangi penggunaan air tanah dan memanfaatkan air permukaan.

Berbeda dengan sebelumnya, Penta K Labs II kali ini mengambil wilayah di Dukuh Randusari, Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati yang secara kewilayahan masuk dalam Semarang atas. Jamak diketahui Semarang dibagi menjadi dua yakni atas dan bawah. Semarang atas  terdiri dari Kecamatan Gunungpati, Mijen, Tembalang, Banyumanik dan Ngaliyan. Nongkosawit berada di salah satu kecamatan yang disebutkan tadi. Bukannya tanpa alasan mengapa event dua tahunan (biennale) ini diadakan di sini. Sebelumnya Penta Klabs I yang mengambil judul ‘Narasi Kemijen’ fokus pada Semarang bawah dan isunya mengenai ketahanan kampung. Untuk tahun ini kegiatan ditarik ke hilir, Nongkosawit dengan judul ‘Sedulur Banyu’ yang fokus pada persoalan air dan ekosistemnya. Bicara kota sebagai satu kesatuan kedua kampung yang letaknya berjauhan ini pasti mempunyai konektivitas, meskipun tidak selalu secara langsung. Kecamatan Gunungpati masuk wilayah Sub Das Garang hulu yang berfungsi sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama di daerah hilir kota Semarang. Secara umum wilayah ini mempunyai persoalan berupa lahan kritis rawan bencana gerakan tanah dan longsor. Sebaran lahan kritis ini terdapat misalnya di sekitar Kelurahan Sukorejo, Sadeng, Sekaran dan Pongangan.

Berdasarkan Perda KotaSemarang No. 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031 Kecamatan Gunungpati  diperuntukkan sebagai kawasan konservasi, pertanian, dan taman hutan raya. Namun bertambahnya populasi manusia yang memerlukan ruang hidup membuat lahan ini banyak mengalami alih fungsi, yang artinya kawasan resapan ini terancam. Beberapa tahun belakangan tiap musim hujan di sekitaran Universitas Negeri Semarang dapat mudah kita temui derasnya limpahan air di jalan raya, entah karena daya serap lahannya berkurang atau drainasenya yang buruk. Pastinya jika persoalan ini tidak diatasi akan jadi bom waktu saja kelak. Sama halnya dengan perkembangan permukiman penduduk di sekitar sungai-sungai besar (Sungai Garang dan Sungai Kripik) di Kelurahan Sukorejo dan Sadeng jika tidak disikapi akan menjadi bencana juga. Beberapa poin inilah yang menjadi landasan mengapa isu air dan perubahan tata guna lahan menjadi penting untuk dibicarakan karena itu semua akan berpengaruh pada siklus air.

heart

Hearts

heart

Komentar

Komentar

Done
Download aplikasi Campaign #ForABetterWorld untuk dunia yang lebih baik
Tingkatkan dampak sosialmu dan mari mengubah dunia bersama.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone