#ForABetterWorldID

Issue Talk: Kenalan dengan Altruisme, Perilaku Suka Menolong Orang Lain

profile

campaign

Update

Halo, Changemakers!


Kamu pasti kenal atau punya teman yang senang sekali membantu  orang lain, khususnya kalau kita sedang kesulitan dalam melakukan sesuatu. Nggak hanya orang lain aja, tanpa kita sadari, kita juga kadang bisa menjadi orang yang ingin membantu orang lain. Ternyata ada loh, istilah untuk orang yang senang membantu, yaitu Altruisme. 


Kamu pernah dengar istilah itu? Lewat artikel ini, Champ mau mengajak kamu untuk mengulik altruisme yang dikatakan merupakan sifat yang baik dari manusia. 


Apa itu Altruisme?

Beberapa dari kita mungkin masih asing dengan istilah ini. Jadi, altruisme itu merupakan istilah terbaru dari kata empati. Awal mula istilah altruisme, karena ada seorang filsuf bernama Auguste Comte yang menciptakan istilah tersebut. Altruisme disebut sebagai perilaku dari manusia yang ingin melakukan sesuatu untuk membantu meningkatkan kesejahteraan orang lain. 


Beberapa dari kita ada yang memiliki perilaku altruisme murni menolong orang lain karena memang ingin membantu, bukan karena mengharapkan adanya imbalan, dan bukan karena merasa membantu adalah kewajiban. Itu semua adalah keinginan murni dari mereka. 


Sayangnya beberapa dari kita justru mempersulit diri sendiri demi membantu orang lain. Walaupun, pada dasarnya, setiap manusia punya altruisme di dalam diri dan memang ada secara alami. Namun, altruisme yang dipunya oleh masing-masing orang nggak melulu sama. 


Altruisme ternyata terbagi menjadi beberapa jenis!

Setiap orang punya jenis altruisme yang berbeda-beda, kira-kira kamu masuk ke jenis yang mana? Cek di bawah ini ya.


1. Genetic Altruism 

Sikap altruistik ditujukan dengan melakukan kebaikan kepada anggota keluarga atau bisa dikatakan, kita rela berkorban untuk membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga. 

2. Reciprocal Altruism 

Jika tadi membantu untuk keluarga, kalau jenis yang satu ini lebih ke orang-orang yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Ketika kita membantu orang lain, kita juga tahu atau yakin kalau orang tersebut akan membalasnya di kesempatan lainnya. 


3. Group-selected altruism

Jenis altruisme ini, lebih ke kondisi di mana kita menunjukkan sikap peduli kepada orang tertentu aja. Misalnya, kita rela mengorbankan diri sendiri untuk menolong sahabat kita, ketika mereka merasa stres. Namun, kita belum tentu bisa rela melakukan hal yang sama kepada orang lain yang bukan teman dekat kita. 


4. Pure Altruism 

Kalau jenis altruisme yang satu ini bisa dikatakan paling tulus karena kita akan rela menolong orang lain yang kesulitan tanpa berharap adanya imbalan. Jika kamu merupakan tipe ini, biasanya kamu akan cenderung rela mengorbankan diri atau sampai membahayakan diri kamu demi memberikan pertolongan. 


Setelah tahu jenis-jenisnya, kamu penasaran nggak sih, kenapa kita sebagai manusia selalu berbuat baik untuk orang lain? Bahkan ada yang sampai lupa akan dirinya sendiri, karena rasa ingin membantu yang sangat kuat dalam dirinya. 



Alasan di balik tindakan altruisme

Ada beberapa aspek yang bisa kita coba lihat untuk tahu apa yang membuat seseorang jadi bisa berbuat baik kepada orang lain sampai harus menomorduakan diri sendiri. 


1. Lingkungan 

Ternyata interaksi dan hubungan dengan orang lain punya pengaruh yang sangat besar pada munculnya perilaku altruistik. Selain itu, lingkungan sosial juga punya pengaruh besar pada perilaku altruisme pada anak-anak. Kenapa anak-anak? Karena anak-anak akan lebih menunjukkan perilaku altruistik ketika mereka mengamati tindakan altruisme di depan mereka. Mudahnya, mereka akan melihat dan menirunya. Ketika kita meniru perilaku altruisme, itu juga bisa mendorong seseorang untuk melakukan hal yang sama, khususnya anak-anak yang sedang dalam fase meniru perilaku orang lain. 


2. Respon dari otak

Kamu sadar nggak, ketika kita sedang menolong orang lain, otak kita akan memberikan respon positif, yaitu membuat kita merasa bahagia. Ada 2 area otak yang aktif ketika kita menolong orang lain, yaitu amigdala dan korteks prefrontal. Kedua area ini punya tanggung jawab untuk mengatur emosi dari manusia. Nah, pas kita sedang melakukan perilaku altruisme, kedua bagian otak ini akan memberikan perasaan senang. Dari respon otak ini, membuat kita merasa senang dan akhirnya merasa “ketagihan” untuk membantu orang lain. Menarik banget, ya?


3. Norma sosial

Adanya norma sosial di masyarakat, akhirnya membuat kita menjadi merasa harus bisa membantu orang lain, jika orang tersebut pernah membantu kita. Hal ini bisa dikatakan norma timbal balik. Namun, perlu kamu ketahui lagi, kalau altruisme itu perilaku membantu orang lain tanpa pamrih, ya! Bukan karena adanya perasaan nggak enak ketika ingin membantu orang lain. 


Altruisme memang punya hubungan yang sangat erat kaitannya di kehidupan kita. Tapi, kamu juga harus ingat untuk mengatakan “tidak”, kalau memang nggak bisa membantu orang lain. Jangan menjadi people pleaser yang selalu bilang “iya” ke orang lain. Tetap semangat, ya untuk membantu orang lain dan lingkungan kita! 

heart

Hearts

heart

Komentar

Komentar

Done
Download aplikasi Campaign #ForABetterWorld untuk dunia yang lebih baik
Tingkatkan dampak sosialmu dan mari mengubah dunia bersama.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone