Hai, Changemakers!
Belum lama ini, kita dapat kabar kemenangan tim bulutangkis putra Indonesia di Thomas Cup 2020. Tapi juga diiringi kabar buruk, karena enggak bisa mengibarkan bendera Merah Putih di podium Piala Thomas 2020.
Kira-kira kenapa, ya? Jadi Badan Antidoping Dunia (WADA) menjatuhkan sanksi kepada Indonesia karena dinilai nggak mematuhi program test doping plan (TDP). Indonesia belum memenuhi sampel buat uji doping tahun 2020 dan 2021, dan dijatuhi sanksi. Selain Indonesia, WADA juga memberi hukuman untuk Thailand dan Korea Utara, karena hal serupa.
Tapi kamu tau enggak sih, apa itu doping?
Mengutip dari American College of Medical Toxicology, istilah doping mengacu pada penggunaan obat-obatan atau zat terlarang oleh atlet untuk meningkatkan performa atau kinerja kepentingan kompetisi.
Penggunaan doping sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu ketika kegiatan olahraga ditemukan. Di masa itu, orang yang terpilih menjadi atlet diberi makanan diet khusus dan tanaman tertentu yang diyakini mampu meningkatkan kekuatan fisik dan performa.
Pada tahun 1904, doping pertama kali dicatat di Olimpiade. Kala itu, ada atlet pelari yang disuntik zat strychnine untuk membantu kecepatan lari dan konon memberinya kekuatan lebih untuk menyelesaikan balapan.Selain untuk meningkatkan stamina, tindakan lain yang termasuk doping misalnya menggunakan steroid untuk membantu memperbesar massa otot, sehingga seseorang akan mendapatkan kekuatan yang lebih besar.
Kenapa sih, doping dilarang digunakan?
Doping memang membuat kinerja para atlet meningkat. Tapi di sisi lain, karena doping pula, kesehatan para atlet memburuk dan bahkan banyak atlet meninggal di usia muda atau mengalami kematian dini.
Makanya, penggunaan obat-obatan pada doping dilarang dalam dunia olahraga, karena memiliki dampak dan efek samping berbahaya pada kesehatan atlet.
Dikutip dari The American Medical Society for Sports Medicine efek samping atau bahaya penggunaan doping adalah sebagai berikut:
Kardiovaskular: irama jantung nggak teratur, tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan kematian mendadak.
Sistem saraf pusat: insomnia (kesulitan untuk tidur), kecemasan, depresi, perilaku agresif, bunuh diri, sakit kepala, kecanduan penarikan, tremor, pusing, dan stroke.
Pernafasan: mimisan, sinusitis.
Hormonal: infertilitas, ginekomastia (payudara membesar), penurunan ukuran testis, gairah seks rendah, dan kanker.
Waduh, curang dengan mencari cara instan memakai doping, ternyata ada harga mahal yang harus dibayar. Buat kamu yang ingin atau sedang meraih impian menjadi atlet, katakan tidak untuk pemakaian doping, ya. Ngomong-ngomong kalau kamu punya kesempatan jadi atlet, kamu mau jadi atlet di cabang olahraga apa? Ceritain di kolom komentar di bawah ya!