Halo, Changemakers!
Media sosial yang semakin berkembang, melahirkan banyak pekerjaan baru, salah satunya konten kreator yang berlomba-lomba membuat konten viral. Sayangnya, beberapa konten kreator, mengejar konten yang viral dengan cara yang kurang pantas. Salah satunya seperti membuat konten prank yang berlebihan dengan cara pura-pura jadi orang miskin yang butuh dibantu atau prank ojek online dan memberikan hadiah atau uang. Terlihat luar biasa dan keren, bukan? Tapi, meskipun terlihat heroik, ternyata fenomena ini erat kaitannya dengan eksploitasi kemiskinan.
Kok bisa mengeksploitasi kemiskinan?
Yep, kemiskinan ditunjukkan di depan kamera untuk mendapatkan simpati dari publik dan kepentingan dari si konten kreator, tanpa memperdulikan tentang kemiskinan itu sendiri. Padahal, tugas seorang konten kreator itu harus bisa berpikir kreatif dalam membuat sebuah konten, bukan mengeksploitasi kemiskinan orang lain. Bahkan salah satu pakar kajian studi media dari Universitas Airlangga, Prof. Dra. Rachmah Ida, M.Comms., Ph.D, menuturkan kalau kemiskinan itu merupakan bentuk dari poverty porn, yang fokusnya menunjukkan kemiskinan.
Sayangnya banyak sekali netizen Indonesia yang sangat senang dengan konten kemiskinan dan didramatisasi oleh youtuber. Sampai-sampai, konten yang seperti itu berhasil mengambil minat penonton dan bisa sampai trending di Youtube loh. Hal tersebut terjadi karena kemiskinan menimbulkan rasa iba dan kerap kali menyentuh perasaan. Nah, perasaan ini yang digunakan juga oleh konten kreator untuk meraup keuntungan.
Mau tahu meraup keuntungannya kayak gimana? Sini Champ jelasin!
Kalau ada youtuber yang dihujat netizen karena ada konten yang mana si youtuber enggan membantu seorang yang kurang mampu karena dikira mau meminta-minta. Akhirnya youtuber meminta maaf dan klarifikasi, itu pun jadi konten. Bahkan sampai ada youtuber lain yang mengundang si orang yang kurang mampu untuk hadir di acaranya. Youtubernya dapat uang banyak, bahkan mereka bisa mendapatkan pendapatan per bulannya mencapai 6,12 miliar rupiah atau lebih, tapi si orang yang kurang mampu? Belum tentu mendapatkan uang dan bertambah kaya seperti mereka.
Setelah tahu ini, mungkin ada perasaan kecewa dalam hati kamu, tapi tenang aja! Nggak semua konten kreator seperti itu. Masih banyak konten kreator yang berpihak pada masyarakat dan kemanusiaan.
Ada konten kreator yang bisa kamu tonton dan contoh
Biasanya konten kreator seperti ini, membuat konten untuk menggali fakta “abu-abu” yang belum pernah terungkap, seperti Daniel Mananta. Setiap konten yang dibuat oleh Daniel, berhasil menarik empati dari pembicara yang kebanyakan artis di podcastnya sebagai seorang manusia bukan objek.
Selain itu, ada juga yang membela kepentingan masyarakat. Apalagi, banyak kasus dari kelompok marjinal yang diperlakukan nggak manusiawi di Indonesia. Dari sini, kita bisa melihat salah satu channel Youtube “Menjadi Manusia” yang berusaha mengangkat pengalaman dan tantangan dari kelompok transpuan, orang dengan gangguan kesehatan mental, pemeluk agama minoritas, dan lain-lain.
Lewat video-video mereka, penonton diajak untuk melihat lebih luas dan lebih dalam tentang pengalaman hidup dari orang lain. Nah, kalau kamu tertarik untuk menjadi seorang konten kreator, Champ berharap kamu bisa menggunakan media sosial untuk memberitahu kepada banyak orang tentang hak asasi manusia dan memberikan dampak sosial yang membangun.
Melakukan kebaikan nggak perlu dengan konten yang kontroversial, kamu bisa melakukannya dengan berbagai cara. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan yaitu dengan mengikuti dan menyelesaikan Challenge Gunakan Hatimu #UntukSesama dari Yayasan Teman Saling Berbagi yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Dengan menyelesaikan Challenge tersebut, kamu udah membuka donasi sebesar 10 ribu rupiah. Hasil donasi akan digunakan untuk kegiatan pelatihan #BerbagiKebaikan lanjutan di Panti Asuhan dan Webinar #SalingBukanSilang. Yuk, bantu sesama kita! <3