#ForABetterWorldID

Viral Pelihara Satwa Liar! Boleh Gak, Sih, Sebenernya?

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!


Beberapa hari yang lalu, media sosial ramai dengan postingan salah satu influencer A yang menyayangkan tragedi 3 harimau yang mati terjerat di Aceh. Menurutnya, hutan kita udah enggak aman untuk satwa liar. 

image

Dari postingan itu, memantik komentar netizen dan kini terbagi menjadi 2 kubu, ada yang membela dan ada juga yang mengecamnya. 

Pro:

"Influencer miara harimau kan resmi bang, lagian dia juga kan melindungi hewannya juga dan merawatnya. Kecuali ilegal lu bisa deh koar2. Itu yang jerat juga manusia gak ada otak," tulis @ard***. 

Kontra:

"Pernah beragumen gini sama subcriber-nya, katanya "nggak lah itu udah ada izinnya kok". Hmm kadang mikir jumlah binatang buas makin sdkt di alam liar itu karena makin banyaknya permintaan org2 kaya yg pgn pelihara hewan2 begini kan?" ujar @ale***.

Lalu, sebetulnya, boleh enggak, ya, kita pelihara satwa liar? Ada dampaknya, enggak, ya? Hemmm, coba kita kupas di bawah ini!


Ternyata, masih boleh memelihara!

Di Indonesia sendiri, mempunyai regulasi untuk mengatur kepemilikan satwa liar. Menurut indonesia.go.id, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui sebelum memelihara satwa liar dan langka:

• Hewan langka yang dimanfaatkan untuk peliharaan atau diperjualbelikan harus didapatkan dari penangkaran, bukan dari alam.

• Hewan langka yang boleh dimanfaatkan dari penangkaran merupakan kategori F2 ( Kategori ini merupakan hewan generasi ketiga yang dihasilkan dari penangkaran. Dengan kata lain, hanya cucu dari generasi pertama di tempat penangkaran yang bisa dipelihara atau diperjualbelikan).

Nah, tapi sebelum memutuskan untuk memelihara satwa liar dan langka, tentu kamu harus memikirkan kebutuhan untuk mereka yang bisa dibilang nggak sedikit. Seperti kandang yang besar, kebutuhan makan hingga kebutuhan rekreasi satwa liar. 

Seperti influencer A yang memiliki kurang lebih 30 hewan, harus merogoh kocek Rp50 juta setiap bulan untuk kebutuhan makan peliharaannya.


image

Berarti kalau ada duitnya aman dong, pelihara satwa liar?

Eittts… Enggak cuma perkara materi, ya. Meskipun sudah ada peraturannya terkait memelihara satwa liar, tapi ada sederet alasan mengapa kita enggak disarankan untuk mendomestikasi satwa liar.

1. Asal usul enggak diketahui

Walaupun pemilik mendapatkan hewan langka yang hendak dijadikan peliharaan dari penangkaran, enggak ada jaminan bahwa satwa liar tersebut bukan dicuri dari alam.

2. Membuat lebih banyak spesies terancam punah

Permintaan yang tinggi mendorong hewan-hewan makin terancam punah. Dikutip dari Kompas.com, contohnya ikan Banggai cardinalfish. Kira-kira 30 tahun lalu, hewan ini ditemukan di Indonesia. Bentuknya yang unik membuatnya dengan cepat menjadi daya tarik yang menyebabkan permintaan tinggi untuk dirawat di seluruh dunia. Akibatnya, pada 2016, populasinya di alam liar menurun hingga 93 persen. Saat ini, Banggai cardinalfish terancam punah dengan jumlah populasi yang tersisa kurang dari 1,5 juta spesies.

3. Membawa Penyakit

Hewan liar yang biasanya enggak bersentuhan dengan manusia juga bisa berbahaya bagi kesehatan. Sebab bukan enggak mungkin mereka menyebarkan kuman dan penyakit. Hal ini bisa menimbulkan masalah bila tubuh manusia dan hewan lain enggak cukup baik melawan virus dan bakteri baru tersebut.

4. Pemilik ingin menyingkirkannya

Memelihara hewan langka enggak mudah. Pemilik mungkin akan menyadari bahwa ia enggak bisa merawat dengan baik. Hal ini memicu pemilik untuk enggak lagi memelihara. Ada hewan yang terpaksa dibuang dan enggak mendapat kehidupan yang layak. Tentunya, hal itu malah membuat hewan langka mati dan kemungkinan punah semakin besar.

Seperti kasus Lourdes Abejuela yang meninggal karena diserang singa milik majikannya di Kuwait. Pemilik memberitahu kepolisian kalau Lourdes terluka akibat diserang anjing dan untuk menghilangkan bukti sebenarnya, ia membunuh singa peliharaannya. Setelah penyelidikan, diketahui serangan yang menimpa Lourdes disebabkan oleh singa bukan anjing.


image

Jadi, emang PR banget, nih, Changemakers kalau mau memelihara satwa liar. Jangan sampai, hanya karena lucu dan lagi populer, kita jadi ikut-ikutan memelihara tanpa memikirkan peraturan dan konsekuensi yang ada. Menurut penelitian World Animal juga, video dan foto di media sosial bertanggung jawab terhadap meningkatnya pembelian satwa liar. Sebesar 15% pembeli satwa liar, memutuskan memeliharanya setelah melihat konten di media sosial.

So, menurut kamu, gimana? Kalau kata netizen bijak sih, “mencintai bukan berarti memiliki”. Kamu setuju dengan pendapat ini? Share di kolom komentar, yuk!


Referensi:

https://www.indonesia.go.id/layanan/kependudukan/sosial/izin-memelihara-hewan-langka

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/16/102254520/14-alasan-hewan-langka-sebaiknya-tak-dipelihara?page=all

https://www.worldanimalprotection.org/blogs/why-it-cruel-keep-wild-animals-pets?gclid=CjwKCAjw9qiTBhBbEiwAp-GE0doX50BQGNJNjkF5E2cV0nXiIeqGYzFfmadRTdCIN-Fp51s1DNKbkRoCSUUQAvD_BwE

https://www.insertlive.com/hot-gossip/20220428143756-7-275758/pro-kontra-alshad-ahmad-soal-tudingan-eksploitasi-hewan-liar

https://www.aa.com.tr/en/world/employer-sued-after-pet-lion-kills-filipino-maid/91106 

https://youtu.be/FDQ7hqFVn98 


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone