Halo, Changemakers!
Kamu tau enggak sih, kalau di Indonesia memiliki salah satu isu yang cukup hype dari tahun ke tahun. Namun kurang begitu diperhatikanoleh masyarakat. Terutama di Jakarta sebagai kota urban, isu air tanah yang menjadi biang keladi banjir di Jakarta selamabeberapa dekade terakhir.
(Sumber foto, Bisnis Tempo.co)
Alasan mengapa air tanah menjadi alasan banjir
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Doni Monardo mengungkap salah satu penyebab banjir Jakarta. Penyebabnya adalah pengambilan air tanah secara berlebihan. Jika dibandingkan 20 hingga 30 tahun lalu, kata Doni, saat ini daratan di ibu kota mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Air pun menjadi sulit untuk keluar dari tanah menuju laut. Kondisi itu, menurut Doni, diperparah dengan masih banyak tempat yang aliran airnya tersumbat, drainase nggak lancar, hingga sungai-sungai dipenuhi sampah akibat perilaku buruk masyarakat. "Berdasarkan data kira-kira tujuh bulan yang lalu sejumlah sungai-sungai di Jakarta dan Bekasi dipenuhi sampah," katanya.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pola perilaku masyarakat yang berpengaruh besar terhadap kondisi sungai-sungai tercemar itu. Meskipun sudah banyak komunitas yang bergerak membersihkan, namun sampah tetap saja kembali dibuang ke sungai.
Eksploitasi air tanah terkhusus di daerah urban seperti Jakarta memang terbilang sangat besar, Padatnya penduduk yang selalu meningkat, membuat kebutuhan air yang juga meningkat, danpembangunan infrastruktur secara besar-besaran dilakukan. Sayangnya hal ininggak diiringi dengan ketersediaan air tanah yang layak dan bersih, hal ini menjadi penyebab utama permasalahan air tanah di daerah urban.
Ditambah lagi dengan struktur geologi di daerah urban yang kebanyakan di Indonesia ini adalah batuan sedimen jenis batupasir dan batulempung yang dianggap nggakterlalu kuat untuk menahan beban besar sebagai kota besar.
Dari peta penurunan muka tanah DKI Jakarta selama beberapa dekade belakangan tercatat bahwa:
1. Sebagian besar wilayah Jakarta Utara mengalami penurunan muka tanah sebesar 0,8 hingga 2 meter.
2. Sebagian besar wilayah Jakarta Barat mengalami penurunan muka tanah sebesar 0,4 hingga 1,4 meter.
3. Sebagian besar wilayah Jakarta Timur mengalami penurunan muka tanah 0 hingga 1,4 meter.
4. Sebagian besar wilayah Jakarta Pusat mengalami penurunan muka tanah sebesar 0 hingga 0,08 meter.
5. Sebagian besar wilayah Jakarta Selatan mengalami penurunan muka tanah sebesar 0 hingga 0,04 meter.
Penurunan permukaan tanah tersebut diakibatkan karena pengeboran air tanah yang berlebihan, bahkan kedalaman pengeboran air mencapai ratusan meter. Dalam inspeksi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menemukan 56 gedung memiliki pengambilan air tanah hingga 200 meter yang diantaranya ilegal atau masa izinnya telah habis.
Menjaga lingkungan bukan sekedar untuk menyiapkan masa depan yang baik bagi generasi berikutnya, namun juga untuk melestarikan keutuhan alam kita. Yuk bersama kita jaga lingkungan!
Sumber: