Hai, Changemakers!
Di Hari Halloween ini, ada banyak festival yang diadakan di beberapa negara. Salah satunya perayaan Hari Halloween di Itaewon, Korea Selatan pada Sabtu (29/10) kemarin, tapi, sayangnya acara yang seharusnya berjalan dengan suka cita malah berujung duka cita. Pray for korban tragedi Itaewon.
Festival Hari Halloween di Itaewon, Korea Selatan
Foto: liputan6.com
Alih-alih berjalan seru, festival tersebut justru berujung pilu. Sebanyak 154 orang meninggal dunia karena kerumunan massa yang melebihi kapasitas. Dari jumlah tersebut, 26 orang diantaranya merupakan warga negara asing (WNA). Jumlah ini terusmeningkat karena masih ada puluhan orang yang kondisinya saat ini kritis. Sebagian lagi mengalami luka-luka.
Festival Musik Berdendang Bergoyang
Foto: headtopics.com
Selain tragedi tewasnya ratusan orang di Itaewon, ada satu festival lain yang juga menarik perhatian publik karena tragedi pilunya. Sebanyak 21 ribu orang memadati panggung Berdendang Bergoyang yang diadakan di Istora Senayan, Jumat sampai Minggu (28-30/10).
Sedangkan kapasitas Istona Senayan hanya 10 ribu orang. Jumlah penonton yang melebihi batas ini menyebabkan banyak orang pingsan. Walaupun nggak ada korban jiwa, polisi membubarkan paksa festival musik ini untuk antisipasi kemungkinan buruk tersebut.
Crowd Management dan Crowd Control
Dari dua kejadian diatas, dapat kita simpulkan, kalau faktor keramaian menjadi penyebab dari tumbangnya massa. Dr. Koko melalui media sosial twitternya menyebut, para korban mengalami hipoksia. Hipoksia adalah kondisi rendahnya kadar oksigen di dalam sel-sel tubuh yang mengakibatkan sel-sel di seluruh bagian tubuh nggak berfungsi dengan normal. Hal inilah yang mungkin terjadi saat di tengahdesakan kerumunan orang.
Dari kejadian ini kita juga perlu menggaris bawahi manajemen oleh penyelenggara acara. Penyelenggara tidak mengatur jumlah penonton sehingga jumlahnya membludak. Menurut seorang psikolog bernama Berlonghi, crowd management penting untuk mengatur pergerakan dan kenyamanan penonton. Selain itu, penting juga adanya crowd control agar kemungkinan-kemungkinan buruk nggak terjadi.
Foto: researchgate
Tips Jaga Diri di Keramaian
Emang sih, kita semua pasti lagi haus banget acara-acara offline setelah kurang lebih 2 tahun pandemi COVID-19, nah, makannya Champ punya tips jaga diri di tengah keramaian.
Bawa obat-obatan. Tips ini berlaku terutama bagi kamu yang memiliki riwayat penyakit asma. Karena saat berada di keramaian, supply oksigen ke tubuh berkurang.
Hindari titik yang rawan desakan. Pilih tempat yang nggak terlalu strategis agar nggakterlalu berdesakan dengan penonton lain.
Pakai sepatu yg proper agar tak terinjak. Gunakan alas kaki yang nyaman dan aman.
Jangan pakai masker karena akan menyulitkan oksigen masuk ke tubuh.
Berpegangan dengan teman agar dapat saling membantu jika terjadi sesuatu.
Sedih ya, Changemakers. Perayaan yang seharusnya bahagia malah jadi duka. Kita doakan semoga kondisi segera pulih dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Untuk yang mau nonton konser, hati-hati dan jaga diri, ya. Jangan lupa sebelum nonton konser favoritmu, yuk buat kebaikan melalui Challenge Hidup Bermakna dengan #SalingBukanSilang dari Yayasan Teman Saling Berbagi. Challenge ini disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik dan memberimu kesempatan membuka donasi sebesar Rp20 ribu kalau sudah menyelesaikan Challengenya!
Donasi yang terkumpul akandigunakan untuk memberi pelatihan untuk adik-adik yang tersebar di 10 panti asuhan learning partner YTSB di Kota Bandung. Yuk, saling membantu untuk adik-adik kita dengan take action sekarang juga!