Hi, Changemakers!
Siapa di sini yang nge-fans berat sama series Netflix, Bridgerton? Setelah sukses dengan Bridgerton season 1 dan 2, kini mereka kembali dengan prekuel series berjudul Queen Charlotte: A Bridgerton Story, yang menceritakan asal-usul salah satu tokoh iconic mereka, yaitu Queen Charlotte.
Meski baru saja dirilis, nampaknya series bertema kisah cinta kerajaan yang satu ini menyimpan banyak fakta menarik di dalamnya. Yuk, simak fakta-fakta berikut!
1. Queen Charlotte: A Bridgerton Story masuk series peringkat 1 Netflix
Melalui website resminya, Netflix mengumumkan kalau Queen Charlotte: A Bridgerton Story menempati peringkat 1 kategori TV series dengan total durasi sebanyak 148 juta jam. Prestasi ini didapatkan dalam kurun waktu kurang dari seminggu setelah series ini dirilis. Wah, keren banget, ya?
Series ini dicintai masyarakat karena mampu mengangkat cerita yang kompleks mulai dari rasisme, social pressure, sampai realita pernikahan masa lampau dengan storyline dan dialog yang mudah dipahami.
2. Menceritakan Masa Muda Queen Charlotte
Series ini lebih menekankan pada cerita masa muda Queen Charlotte dan King George dari jaman awal perjodohan hingga akhirnya mereka jatuh cinta.Β
Series ini juga dengan apik menggambarkan tentang rasisme dan social pressure masa lampau terhadap sang ratu, apalagi saat dirinya pertama kali tiba di London, dan menyadari kalau ratu nggak seperti yang diharapkan para bangsawan karena memiliki warna kulit cokelat.
Tekanan yang ratu dapatkan nggak berhenti sampai di situ saja, setelah resmi menikah, ratu juga diharapkan untuk segera mengandung dan melanjutkan garis keturunan kerajaan.
Namun, kehebatan dari perjalanan kisah percintaan mereka dapat membawa dampak perubahan sosial yang besar di London.
3. Isu Rasisme yang Kental
Meski bukan pemeran utama dalam series ini, namun kisah hidup Lady Danbury saat muda juga banyak diperlihatkan, bahkan menjadi penggambaran kehidupan perempuan bangsawan yang memiliki warna kulit cokelat.
Dengan takhta seadanya, ia nggak bisa menolak, ketika dinikahi oleh pria tua yang berkuasa. Namun, selama ini keluarganya sering mengalami penolakan dari bangsawan lain yang berkulit putih. Lady Danbury pun, berjuang untuk membawa perubahan dengan cara bernegosiasi, agar perlahan ia bisa diterima di dalam perkumpulan dan kegiatan bangsawan yang lain.
4. Queen Charlotte Muda memiliki 80 Gaun
Queen Charlotte muda yang diperankan oleh India Amarteifio ini secara keseluruhan mengenakan dan harus berganti sebanyak 80 gaun sepanjang episode series Queen Charlotte: A Bridgerton Story.
Ini bahkan belum termasuk untuk korset dan lapisan pakaian sebelum gaun utama. Bahkan dalam salah satu episode, Queen Charlotte harus berganti gaun sebanyak 27 kali
5. Penyakit King George
Salah satu plot utama dalam series ini yaitu dugaan penyakit mental yang diderita oleh sang raja. Di awal series, penonton sering dibuat galau dengan sikap raja yang berubah-ubah, terkadang ia mendekati sang ratu, tapi ada juga momen di mana ia menarik diri dan menjauh dari sang ratu.
Nggak disangka-sangka ternyata raja sedang menyembunyikan penyakitnya yang belum diketahui diagnosis pasti dari sang dokter. Ia sering mengalami episode-episode kebingungan, halusinasi, paranoia, kekerasan, serta perilaku aneh lainnya yang membuatnya dijuluki sebagai "Raja Gila" atau "Mad King George".
Penyebab gangguan mental Raja George III masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli sejarah dan medis. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan kondisi sang raja, seperti skizofrenia, bipolar disorder, arsenic poisoning, lead poisoning, atau penyakit Huntington. Namun hingga akhir episode, masih belum ada penjelasan terkait penyakit yang dialami sang raja.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari series ini, salah satunya yaitu menjaga kesehatan mental, kamu bisa turut berpartisipasi melalui Challenge #Torangbisa Tangguh dan Bahagia Wujudkan Sehat Mental dari Halo Jiwa Indonesia. Dengan menyelesaikan Challenge ini, kamu akan buka donasi sebesar Rp20 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang berhasil terkumpul nantinya akan digunakan untuk menyusun kegiatan peningkatan kapasitas dan psikoedukasi bagi anggota organizer dan masyarakat unum di Indonesia Timur.
Yuk, mulai dari langkah kecil untuk membawa perubahan besar bagi sekitar!π