#ForABetterWorldID

Bermula Dari Pengalaman Pribadi, Kini Rezki Achyana Ingin Memajukan Anak Disabilitas Indonesia

profile

campaign

Update

Halo, Changemakers!


Kalian pasti setuju, kalau masa anak-anak harusnya menjadi masa yang menyenangkan bagi setiap anak, apa pun latar belakang dan keterbatasan mereka. Karena masa ini adalah masa tumbuh kembang sekali seumur hidup, di mana mereka seharusnya bisa explore, bermain bersama teman, dan banyak menyerap value baik yang nantinya bisa membangun karakter generasi penerus bangsa.


Sayangnya, nggak semua anak memiliki kesempatan yang sama dalam mewarnai kehidupan masa kecilnya. Terutama anak-anak penyandang disabilitas. Kak Rezki Achyana, Founder The Tam Tam Therapy Centre dan CEO Parakerja juga mengalami hal tersebut.


Siapa Kak Rezki Achyana?


image

Buat yang belum tahu, yuk, kenalan sama kak Rezki Achyana, ia adalah pemuda asal Padang. Sejak tahun 2014 concern dengan kesejahteraan dan hak kesetaraan anak penyandang disabilitas. Kak Rezki pun mendalami bidang ini dengan pelatihan dan sertifikasi untuk ABA (Applied Behaviour Analysis), itu adalah metode perubahan perilaku untuk anak-anak autisme, ia menempuh pelatihan ini di Jakarta, Singapore, hingga Thailand. 


Bermula dari Pengalaman Pribadi


image

Bukan tanpa alasan, kak Rezki menekuni bidang ini karena memiliki pengalaman pribadi yang kurang menyenangkan. Saat bersekolah di bangku SD, nggak ada satupun anak di kelasnya yang mau berteman dengannya. Hal ini karena ia memiliki kesulitan dalam bersosialisasi, berkomunikasi, dan berinteraksi, sampai akhirnya ia di-bully secara fisik, mental, verbal, hingga seksual yang menimbulkan trauma tersendiri bagi kak Rezki.


Dari pengalamannya tersebut, ia menyadari bahwa kesulitan untuk membangun pertemanan dan bersosialisasi ini pastinya juga dialami oleh anak autisme, “Aku tahu betapa nggak menyenangkannya berada pada posisi itu,” Kata kak Rezki. Hal ini menjadi tekad bagi kak Rezki untuk menjadi ‘teman’ bagi setiap anak autisme dan penyandang disabilitas lainnya.


Memperjuangkan Kesetaraan Anak Disabilitas


image

Di akhir tahun 2014, setelah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi, Kak Rezki akhirnya membuka pusat terapi autisme di Batam, namanya ABA Batam, yang kemudian berkembang menjadi program yang memberikan training untuk guru SLB dan terapis ABK lainnya di Batam, Tanjung Pinang, hingga Karimun di Kepulauan Riau.


image

Usaha baiknya ini kemudian terus berkembang hingga mampu mendirikan startup pelatihan dan penyaluran dunia kerja bagi disabilitas bernama Parakerja di tahun 2018, yang sekarang telah berkembang di 9 provinsi. Ditambah dengan usaha sosial lainnya yang terbaru, yaitu therapy centre di area Mampang, Jakarta Selatan bernama The TamTam Therapy.


“Parakerja bukan cuman tentang memberikan pendidikan yang bagus, tetapi ini tentang bagaimana menjadi teman,” ucap kak Rezki. Selain pelatihan disabilitas, juga ada pendampingan untuk orang-orang dengan gangguan mental yang perlu pendampingan intensif agar bisa kembali bersosiaisasi di masyarakat.


Kesenjangan Kesetaraan Anak Disabilitas Indonesia


image

Perlu kita akui, bahwa dalam hal kesetaraan, khususnya bagi anak disabilitas, masih terdapat kesenjangan antara fasilitas di kota besar dengan fasilitas di daerah-daerah terpencil.


“Kalau bicara tentang anak disabilitas di Indonesia sekarang, kalau di kota-kota besar seperti Jakarta mungkin akses untuk mendapatkan pendidikan cukup bagus, tapi kalau di wilayah seperti Batam, nggak semua punya akses pendidikan,” ucap kak Rezki.


image

Hal ini perlu dituntaskan dengan cara pembentukan regulasi dari pemerintah yang harusnya lebih mumpuni, setiap daerah baik yang berada di kota maupun di wilayah terpencil perlu dibekali dengan pengetahuan dan dedikasi dalam mendidik anak berkebutuhuan khusus. Salah satu contoh yang bisa dilakukan oleh pemerintah di setiap daerah yaitu dengan membekali setiap guru SLB (Sekolah Luar Biasa) dengan keterampilan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia).


Kak Rezki juga bercerita, ia pernah menemui fakta yang menyedihkan di lapangan, yaitu rupanya masih banyak guru SLB yang nggak memiliki keterampilan BISINDO padahal setiap harinya berinteraksi dan berbagi ilmu dengan anak-anak disabilitas. 


Harapan dari kak Rezki, urgensi seperti ini perlu segera dibenahi dari akar, yaitu dari regulasi milik pemerintah agar dapat menciptakan sistem dengan kualitas yang setara untuk memberdayakan anak berkebutuhan khusus.


Nah, itu tadi kisah inspiratif dan harapan kak Rezki Achyana untuk anak disabilitas Indonesia. Bagaimana denganmu? Apa harapanmu untuk anak disabilitas di Hari Anak Nasional ini?


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone