#ForABetterWorldID

Cerita Tentang Kegagalan Bersama Kak Zaskia, Founder Teman Gagal!

profile

campaign

Update

Halo, Changemakers!

Gagal adalah hal yang biasa kita jumpai di kehidupan  karena kehidupan pasti ada namanya fase naik dan turunnya dan kegagalan yang dialami tiap orang pasti berbeda-beda. Jadi, kita nggak bisa untuk terus berlarut dalam kesedihan saat mengalami kegagalan. Kegagalan juga yang akan membentuk kita nanti kedepannya, jadi nggak ada salahnya cerita kegagalanmu diceritakan keorang lain agar menemukan jalan atau cerita lainnya. Hal ini juga dialami oleh Kak Zaskia, Founder dari Teman Gagal dan dari cerita gagal jadi salah satu alasan Kak Zaskia membangun komunitas Teman Gagal. Hmm, mau tahu kelanjutan ceritanya? Yuk, langsung simak obrolan Champ dengan Kak Zaskia di bawah ini! 


Champ: Halo Kak Zaskia! Terima kasih udah bersedia diajak ngobrol bareng. Sebelumnya, boleh perkenalan diri dulu, ya kak. Mulai dari nama dan saat ini apa kesibukannya?


image

Kak Zaskia: Halo, Champ! Perkenalkan aku Zaskia Andini Ramli, biasa dipanggil Zaskia dan udah nyaman dipanggil Zaskia. Aku sekarang masih mahasiswa semester 7 di Universitas Mercu Buana Yogyakarta dan mengambil jurusan Psikologi. Saat ini, aku mengambil peminatan psikologi klinis. Nah, untuk kesibukan saat ini, selain kuliah aku juga lagi menyusun skripsi dan menyusun penelitian. Jadi dari kemarin sampai tadi, aku bener-bener lagi pusing sama penelitian dan kebetulan desain penelitian aku eksperimen. Jadi, aku sibuknya di situ. 


Selain penelitian skripsi sekarang juga lagi mendampingi teman-teman dari Teman Gagal sebagai seorang leader. Aku juga mendampingi dari seluruh divisi dan membantu memikirkan beberapa hal di manajemen Teman Gagal. Kurang lebih 6 bulan terakhir, aku fokusnya ke skripsi dan ke Teman Gagal karena sekarang aku juga lagi nggak di Jogja. Sekarang lagi pertukaran mahasiswa, jadi harus stay di Surabaya. Jadi, seluruh aktivitas berpindah semua dari Jogja ke Surabaya. 


Champ: Kak Zaskia kan dikenal sebagai Founder dari Teman Gagal. Boleh cerita dong kak, awal mula Kak Zaskia mendirikan Teman Gagal? Apakah ada masalah yang saat ini sedang terjadi sampai terpikirkan untuk mendirikan Teman Gagal?


Kak Zaskia: Sebenernya awal mula dari Teman Gagal itu nggak cuma aku, tapi ada juga temen aku, namanya Dipo salah satu founder dari Teman Gagal juga. Kita berdua yang menginisiasi dari lahirnya Teman Gagal. Semua berawal dari curhat-curhat, biasa lah ya, cewek suka curhat. Nah, pas tahun 2021 tuh, kita cerita soal pengalaman gagal masuk jurusan yang diimpikan. Si Dipo bercerita tentang itu, dia bercerita tentang dia sebanyak hampir tujuh kali gagal masuk di PTN. Aku juga bercerita tentang hal yang sama, dan aku pikir aku aja yang mengalami kegagalan seperti itu. Ternyata ada orang lain juga yang gagal seperti itu. Setelah kita cerita-cerita, kita ngobrol sampai di situasi tahun 2021 saat itu, semua serba online, seperti kuliah online, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita jadi sangat lekat dan dekat dengan media sosial. 


Singkat cerita, setelah kita amati dan ingat-ingat kembali, ternyata yang dibagikan di media sosial saat itu cukup membuat kami semakin ter-pressure, insecure, semakin membandingkan diri dengan orang lain. Soalnya banyak banget kan, ya yang dibagikan di media sosial itu. Termasuk cerita pengalaman orang sukses, orang mendapatkan beasiswa LPDP, lihat Maudy Ayunda wisuda, dan pengalaman lainnya, jadi satu hal yang bikin mikir, “Kok dia bisa, ya?”. Nah, pertanyaan itu yang kemudian buat kami membanding-bandingkan diri. 


Sampai akhirnya kami saling ngobrol dan diskusi lagi kayak, “Iya ya, Dip. Kenapa kita nggak pernah menceritakan pengalaman gagal?”. Padahal setelah kita coba refleksi lagi, kita waktu itu udah dalam kondisi tertawa saat bercerita tentang pengalaman gagal. Tapi kenapa ya, kok kita nggak pernah membagikan cerita yang kayak gini? Cerita seperti dulu kita pernah gagal, nih, tapi kemudian kita bisa bangkit kembali dan bisa berada di titik yang saat ini dan mungkin dulu nggak pernah terpikirkan bisa sampai di tahap itu. 


Nah, itu tuh berdasarkan cerita, refleksi, sampai akhirnya bisa bersinergi untuk membangun sosial media yang membagikan cerita-cerita gagal. Kemudian, jadilah Teman Gagal. Arti dari Teman Gagal adalah supaya menjadi teman untuk orang-orang yang merasa gagal karena ketika kita gagal, kita bakal merasa sendiri banget gitu, loh. Makanya kita hadirkan Teman Gagal, supaya orang-orang nggak merasa sendiri dan melihat kalau orang-orang yang mengalami kegagalan bukan cuma kita sendiri. 


Champ: Gimana cara Kak Zaskia untuk mengajak anak muda Indonesia agar lebih paham dan peka dengan masalah kesehatan mental? 


Kak Zaskia: Sebenernya itu pertanyaan yang kalau mau kita implementasikan akan sangat panjang karena berkaitan dengan budaya dari masyarakat kita dan pengetahuan orang-orang mengenai kesehatan mental itu. Jadi, menurut aku gimana sih cara kita untuk memberitahukan pada orang-orang itu, ya dengan cara mengkampanyekan kepada anak muda tentang kesehatan mental. Itu harus dimulai dari diri kita dulu. Jadi lebih ke gimana kita menerapkan budaya sehat mental. Misalnya ketika kita memiliki teman, sahabat, atau teman dekat dan mereka mengalami suatu hal yang mungkin aja itu bukan pengalamannya yang baik. Kita sebagai teman yang memiliki pemahaman mengenai kesehatan mental itu seperti apa dan apa yang harus kita lakukan untuk mendukung teman yang sedang berada di fase yang terpuruk, gitu bisa memberitahukan kepada orang lain bahwa kesehatan mental itu penting. 


image

Kita bisa mulai dari lingkup yang kecil dulu, karena itu juga penting. Dari memulai di lingkup kecil, kita bisa mengajak anak muda untuk mengambil kesempatan itu. Kalau dari Teman Gagal, kita memang fokusnya di isu kesehatan mental, tapi dalam pelaksanaannya kita sangat fokus di program pemberdayaan anak muda. Jadi hampir semua anak-anak di Teman Gagal adalah anak muda, tepatnya mahasiswa yang berada di semester 1 sampai semester 5 aja. Menurut aku, itu adalah salah satu cara untuk memberikan kesempatan kepada anak muda lainnya untuk belajar, meskipun mereka bukan berasal dari jurusan psikologi, sehingga mereka ke depannya bisa tahu isu yang sebenarnya kita sedang perjuangkan dan angkat. 

Terakhir, cara yang bisa dilakukan untuk mengajak anak muda adalah dengan mengkampanyekan kepada orang lain. Apalagi untuk menjangkau massa yang lebih besar, tentunya dilakukan melalui media sosial, seperti gerakan-gerakan kelompok. 


Champ: Dari kegiatan-kegiatan yang udah Kak Zaskia lakukan, ada nggak Kak pengalaman yang memorable yang akhirnya bikin kamu jadi lebih semangat untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan mental kepada orang lain?


Kak Zaskia: Ada satu hal yang bikin kita semangat untuk terus menyala dan menghidupkan Teman Gagal adalah ucapan terima kasih. Menurut aku, satu ucapan afeksi terima kasih dari orang-orang yang memberikan cerita kepada Teman Gagal, seperti “Terima kasih ya Kak”, “Terima kasih ya Teman Gagal udah kasih platform”. Kata terima kasih memang terdengar sederhana, tapi itu udah seperti nafas buat kami yang mungkin ada kalanya merasa nafas sendiri aja udah terengah-engah. Kata terima kasih berhasil bikin kami yang awalnya kondisi sedang di 10%, naik menjadi 90% dan kami bisa semangat lagi. 


Lalu, orang-orang dari Teman Gagal salah satu kenangan yang paling memorable banget. Soalnya aku melihat proses dari teman-teman Teman Gagal dari awal sampai selesai, bisa bikin aku sedih banget. Meskipun kami berasal dari tempat yang berbeda-beda dan aku nggak yang kenal banget karena nggak berada di satu lokasi, tapi aku senang karena kami bisa memperjuangkan satu hal yang sama dengan niat yang baik. Aku sangat mengapresiasi pengalaman bertemu dengan mereka dari Teman Gagal. 


Champ: Apa suka dan duka yang Kak Zaskia rasakan ketika sedang memberikan edukasi-edukasi kesehatan mental kepada masyarakat?


Kak Zaskia: Sukanya itu seperti jawaban tadi, tapi kalau dukanya lebih ke arah karena kerjanya remote bisa dari mana aja, akhirnya beberapa pekerjaan yang kami canangkan, sebenernya banyak ide-ide kami untuk mulai diimplementasikan. Cuma karena keterbatasan kami yang belum bisa independen, aku juga mengevaluasi sistem yang seperti ini juga bikin kami cukup terbatas, sehingga gerak-gerak kami juga jadi terbatas. Kami banyak ide, tapi sulit untuk implementasinya karena rencana yang kurang matang. Hal ini yang sangat disayangkan. 


image

Jadi, kami sebenarnya juga beberapa kali kami mengadakan kegiatan offline. Saat ini kami memfokuskan semuanya di program offline di Palu. Sementara aku sendiri nggak bisa turun langsung di Palu karena harus menyelesaikan kewajiban aku sebagai mahasiswa di Jogja dan Surabaya. Kami ingin bisa bergerak, tapi karena keterbatasan dari sumber daya manusia membatasi kami untuk bergerak. Jadi, kami lagi berusaha gimana caranya kami bisa mulai independen. 


Champ: Apa mimpi Kak Zaskia untuk Indonesia di lingkup kesehatan mental?


Kak Zaskia: Kalau mimpi aku itu sebenarnya sederhana aja, aku bermimpi kita masing-masing individu bisa melihat potensi diri kita masing-masing, bisa sadar dengan hal apa yang bikin kita sedih maupun bahagia, dan juga sadar dengan hal-hal yang bisa terjadi di luar ekspektasi. Lalu, kita juga bisa menyadari kegagalan yang sedang kita lalui, dan ini menjadi penting. Kenapa? Karena ketika di masa depan kita bisa mengetahui hal itu, kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan. Ketika ada yang terjadi di luar ekspektasi, kita bisa mencoba untuk menerima dan menerapkan nol ekspektasi. Akhirnya kita bisa belajar untuk menyembuhkan diri kita sendiri. 


Selain itu juga, aku punya mimpi aku bisa melihat anak muda yang bergerak di bidang kesehatan mental. Soalnya aku melihat gerakan anak muda itu kreatif banget dan terasa seperti sulap. Menurutku, ketika gerakan ini bisa dikuasai oleh anak muda dan bisa berkolaborasi dengan orang lain akan bisa berikan pengaruh besar juga. 


image

Champ: Untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda, menurut kamu anak muda inspiratif itu yang seperti apa?


Kak Zaskia: Menurut aku anak muda inspiratif itu adalah anak muda yang tahu kalau mereka itu berharga karena kita mengalami berbagai hal dalam hidup yang membuat kita sering mempertanyakan apakah kita pantas berada di posisi ini. Banyak anak muda yang sering banget berada di pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Lalu, anak muda inspiratif itu juga anak muda yang bisa mengupayakan untuk memberikan kesejahteraan pada dirinya sendiri, bukan hanya fisik, kejiwaan, tapi bisa dari finansial atau hal lain, sehingga semangat dari anak muda bisa terus menyala dalam mengupayakan sesuatu yang ingin mereka ucapkan dan lakukan. 


Champ: Apa pesan untuk anak-anak muda Indonesia yang masih kesulitan atau memperjuangkan isu kesehatan mental di Indonesia?


Kak Zaskia: Kalau pesan aku tuh, anak muda bisa mencari dan menemukan tempat aman yang bisa dipakai untuk menggali pengetahuan mengenai kesehatan mental. Walaupun sulit, tapi aku yakin masih banyak orang yang peduli dengan masalah kesehatan mental, sehingga bisa coba untuk cari lingkup-lingkup yang seperti itu. Bisa dimulai dari temukan teman, kelompok atau organisasi, atau tempat kerja yang peduli akan kesehatan mental. 


Champ: Menurut Kak Zaskia, dunia yang lebih baik itu seperti apa?


Kak Zaskia: Dunia yang lebih baik itu penuh dengan rasa saling empati satu dengan yang lain. Soalnya kalau kita udah punya empati satu dengan yang lain, masalah kesehatan mental diharapkan bisa selesai. Menurut aku dari rasa empati, dapat membuat kita tergerak. Hanya dari rasa empati. 

Itu dia cerita dan pengalaman Kak Zaskia bersama Teman Gagal. Semoga dengan ngobrol bareng Kak Zaskia, kita bisa mencoba untuk melakukan beberapa hal, seperti mencoba mengafirmasi diri sendiri kalau kita itu pantas berada di posisi yang sekarang kita udah capai dan juga berusaha untuk mengupayakan kesejahteraan untuk diri kita sendiri. Yuk, mulai peduli dengan kesehatan mental diri kita sendiri💙


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone