Hai, Changemakers!
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata 'kekerasan' mungkin kamu bakalan berpikir tentang 'pukulan' atau tindakan yang bisa bikin luka pada fisik orang lain. Tapi, ternyata kekerasan itu nggak cuma dari tindakan fisik tapi juga dari ucapan, loh! Bahkan, kekerasan yang dilontarkan secara verbal tuh, sama berbahaya dampaknya dengan kekerasan fisik. Wah, kok bisa ya? Yuk, kita bahas sekarang!
Perempuan Kerap Jadi Objek Kekerasan Verbal
Kekerasan terhadap perempuan biasanya seringkali diidentikkan dengan 'kekerasan fisik' tapi nggak banyak yang tau kalau perempuan sering jadi objek kekerasan verbal bahkan kadang si penyintas nggak sadar kalau dia pernah atau sedang mendapatkan tindak kekerasan verbal tersebut.
Menurut Lembar Fakta Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023 mencatat kalau sepanjang tahun 2022 sudah terjadi 2.083 kasus kekerasan psikis atau sekitar 35,72% dari beberapa bentuk kekerasan terhadap perempuan yang ada di Indonesia.
Nah, meskipun jenis kekerasan ini nggak meninggalkan bekas luka pada fisik para penyintasnya, tetapi dampak dari kekerasan verbal ini bisa lebih merusak psikis dan berbahaya dalam jangka panjang, loh! Sedih, ya?
Bentuk Kekerasan Verbal Seperti Apa, sih?
Sebenarnya, kekerasan verbal masuk ke dalam kekerasan psikis, nih! Jadi, bentuk kekerasan ini dilakukan untuk menjatuhkan mental seseorang biar jadi nggak percaya diri. Kekerasan verbal juga nggak cuma berisi bentakan, bentuk kekerasan ini juga bisa terjadi ketika seseorang berbicara dengan nada halus hingga berbisik, tapi dilakukan setiap hari dan berakhir membunuh karakter si penyintas.
Nah, mirisnya nggak banyak dari mereka yang sadar kalau mereka ternyata lagi jadi objek dari bentuk kekerasan ini. Biar kalian bisa melek isu kekerasan verbal, Champ mau kasih tau kamu bentuk-bentuk tindakan yang masuk dalam kekerasan verbal, ya!
Name-Calling
Mungkin kamu banyak yang nggak sadar kalau 'name-calling' termasuk bentuk kekerasan verbal, ya? Biasanya di sini seseorang akan memberi panggilan buat kamu dengan nada hinaan seperti mengganti namamu memakai sebutan lain, seperti "Hei, bodoh! cepet ke sini lemot banget, sih?"
Degradasi
Degradasi biasanya terjadi pas seseorang ngeluarin kata-kata dengan tujuan membuat orang lain merasa bersalah sampai kadang menganggap dirinya nggak berguna. Contohnya, seperti "kamu itu nggak bakal bisa di posisi ini kalau bukan karna aku!"
Manipulasi
Pastinya sudah cukup familiar ya, dengan bentuk kekerasan ini, kan? betul banget, kekerasan ini dilakukan dengan tujuan merintah kamu tapi nggak dengan kalimat imperatif, seperti "kalau kamu sayang aku, harusnya kamu nggak ngelakuin itu, dong?"
Menyalahkan
Nah, biasanya ini terjadi ketika orang yang melakukan kekerasan, akan menjadikan kesalahan kamu sebagai pembenaran buat tindakan mereka. Contohnya, "Aku begini karna kamu yang nggak bisa ngerawat diri, jadi wajar!"
Merendahkan
Kata-kata ini biasanya keluar ketika orang yang melakukan kekerasan berniat buat menjatuhkan harga diri kamu biar dirinya menjadi lebih superior, seperti "Kamu itu tugasnya di dapur, jadi diam aja di dapur sana!"
Kritik Berkelanjutan
Champ tau kalau menerima kritik itu bagian dari proses pendewasaan, tapi dalam kekerasan verbal biasanya kritik dilakukan dengan sangat kasar sampai objeknya merasa nggak punya harga diri, seperti "kamu itu ceroboh, makanya nggak ada orang yang suka kamu"
Menuduh
Menuduh itu juga bisa masuk kekerasan verbal, loh! tapi bedanya hal ini dilakukan untuk menjatuhkan mental kamu. Bahkan, kekerasan ini bisa dilontarkan tanpa kata-kata kasar seperti "Itu semua gara-gara kamu, nggak usah keras kepala deh, tinggal ngaku aja kok, susah"
Ancaman
Nah, kekerasan verbal ini bisa jadi awal mula terjadinya kekerasan fisik. Biasanya kekerasan ini dimulai ketika orang yang melakukan kekerasan mengeluarkan nada ancaman. Ancaman ini bisa bikin orang lain ketakutan dan bikin objek kekerasan biar patuh dengan kata-kata dari orang yang melakukan kekerasan ini.
Contohnya "Kalau kamu nggak nurutin aku, jangan salahin aku kalau nanti terjadi sesuatu mengerikan ke kamu, ya!"
Ternyata Kekerasan Verbal Juga Bahaya Dampaknya!
Sebenarnya, luka dari kekerasan verbal ini memang nggak bisa terlihat oleh mata, tapi bentuk kekerasan ini bisa mempengaruhi kondisi psikologis si penyintas. Bahkan, efeknya sama berbahayanya dengan kekerasan fisik, Changemakers! Kita intip fakta mengapa kekerasan verbal sama berbahayanya dengan kekerasan fisik, yuk!
Bisa memberikan bekas luka seumur hidup
Jenis kekerasan verbal bisa membuat luka secara emosional. Biasanya si penyintas akan sulit untuk melupakan tindak kekerasan ini begitu saja. Bahkan, seiring berjalannya waktu malah menimbulkan trauma mendalam bagi yang mengalaminya, loh!
Luka emosional yang terjadi pada penyintas kekerasan verbal dapat terus menghantui seumur hidup dan berdampak negatif pada kehidupan pribadinya.
Bisa menimbulkan masalah mental
Nggak cuma melukai korban secara emosional, parahnya kekerasan verbal ini bisa berdampak pada kesehatan mental si penyintas. Umumnya, kekerasan verbal nggak langsung merusak harga diri si penyintas tapi secara perlahan si penyintas akan merasa kehilangan harga dirinya dan cenderung berpikir bahwa dirinya sudah nggak berharga lagi.
Nggak punya support system yang memahami
Nah, biasanya orang-orang akan lebih memberikan dukungannya dan simpatinya kepada penyintas kekerasan fisik dibandingkan kepada penyintas kekerasan verbal.
Hal ini, dikarenakan bentuk kekerasan si penyintas nggak menimbulkan bekas luka pada fisik dan membuat orang terdekat seperti teman atau keluarga nggak menyadarinya. Padahal, si penyintas kekerasan verbal sedang merasakan rasa sakit emosional begitu luar biasa.
Korban bisa berubah jadi pelaku kekerasan di masa depan
Dampak paling buruk kepada penyintas kekerasan verbal adalah ketika mereka berubah jadi pelaku kekerasan di masa depan. Mereka akan melakukan tindakan mengejek dan abusif pada orang lain untuk melampiaskan rasa sakit yang sudah dia pernah rasakan di masa lalu.
Dari sini kita tau bahwa penyintas kekerasan verbal itu juga membutuhkan dukungan sama seperti korban bentuk kekerasan lainnya. Jadi, yuk sama-sama mendukung para penyintas dengan cara merangkul mereka dan jangan lupa selalu menyuarakan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, ya!
Sekarang, Changemakers sudah mulai aware dengan penyintas kekerasan verbal belum? Yuk, komen di bawah!
Referensi:
Jangan Normalisasi Kekerasan Verbal – DW – 21.08.2020
12 Contoh Kekerasan Verbal dan Efeknya bagi Kesehatan (sehatq.com)