#ForABetterWorldID

Berdampak Baik Bareng Sosling BEM FIB UB! Gimana Caranya?

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!


Hayo, siapa yang udah nungguin program Doing Good #ForABetterWorld alias DGFW? Tenang, Champ baru aja berkolaborasi dengan Sosial dan Lingkungan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (Sosling BEM FIB UB) di program DGFW. Ternyata mereka itu aware banget loh, sama isu sosial dan lingkungan!


Pada kolaborasi kali ini, mereka telah menyelesaikan 5 Challenge yang berfokus pada isu pendidikan, lingkungan, dan kesetaraan. Penasaran sama cerita mereka dalam menyelesaikan 5 Challenge di Campaign? Yuk, langsung aja kepoin cerita dari Kak Abhista, Kak Intan, dan Kak Tere di bawah ini!


Champ: Hai, teman-teman Sosling BEM FIB UB! Champ senang sekali bisa ngobrol sama kalian! Sebelumnya boleh perkenalkan diri dan ceritakan kesibukan kalian akhir-akhir ini?

image

Kak Abhista: Sebelumnya perkenalkan nama saya Ahmad Zuhdi Abhista. Untuk saat ini, saya sedang menempuh studi di prodi Sastra Inggris FIB UB. Lalu, untuk kesibukan saya saat ini selain menjadi mahasiswa atau pelajar, saya juga mendapat amanah sebagai Badan Pengurus Harian atau menteri dari Kementerian Sosial dan Lingkungan BEM FIB UB Tahun 2024.


image

Kak Intan: Halo, perkenalkan nama saya Intan Nuraulia Arita dari Kementerian Sosling BEM FIB UB tahun 2024.


image

Kak Tere: Haloo, saya Treyza Navita Hidayat, tapi biasanya lebih sering dipanggil Tere. Sekarang kesibukannya lebih ke menjalani kuliah dan kegiatan kampus.


Champ: Wah, keren ya, walaupun sibuk dengan urusan perkuliahan, kalian tetap aktif berorganisasi. Champ penasaran nih, di Sosling BEM FIB UB lagi ada project apa, nih. Kali kita bisa ikut nanti?


image

Kak Abhista: Saat ini, kami sedang mempersiapkan project Mahabisa atau Mahasiswa Bina Desa yang akan dilakukan setiap sabtu dan minggu sampai tanggal 9 Juni 2024. Lalu, kami juga sedang menyiapkan program kerja Doramu atau Donorin Darah Kamu yang bekerja sama dengan PMI Kota Malang yang nantinya kami akan membuka stan open donor di lingkungan Universitas Brawijaya.


Kak Intan: Saat ini saya sedang mengerjakan project Mahabisa dari Kementerian Sosling BEM FIB UB 2024. Project Mahabisa itu kepanjangannya dari Mahasiswa Bina Desa di mana mahasiswa FIB mengabdi di Desa Gunungronggo, Malang. Jadi kegiatannya ada pengajaran di hari sabtu, serta pengabdian di hari minggu. Progress-nya saat ini udah melewati rangkaian pertama. Pada minggu ini, kita akan melaksanakan rangkaian kedua di desa yang sama. Cuma kegiatannya kita buat berbeda.


Kak Tere: Sekarang lagi ada project atau program kerja yang lumayan besar nih kak, namanya Mahabisa. Kepanjangannya Mahasiswa Bina Desa. Disini, Kementerian Sosial dan Lingkungan BEM FIB UB ditunjuk oleh fakultas untuk menjadi penyelenggara dari kegiatan pengabdian mahasiswa. Total peserta yang ikut ada 97 mahasiswa FIB UB. Nah tapi ini agak sedikit berbeda dari kegiatan pengabdian biasanya, karena mahasiswa-mahasiswa yang ikut ini juga sekaligus menjalankan mata kuliah pengabdian masyarakat. Jadi hasil kerja mereka akan dinilai oleh Sosling dan nantinya dikonversi ke mata kuliah tersebut.


Champ: Apa yang membuat kalian tertarik dengan keilmuan Sosial dan Lingkungan?


image

Kak Abhista: Sebenarnya yang membuat saya tertarik pada sosial dan lingkungan adalah karena saat saya mencoba masuk ke dalam kementerian ini, yang secara langsung turun ke lapangan dan menghadapi isu-isu sosial serta lingkungan, saya menemukan rasa nyaman dalam melakukan hal-hal tersebut. Selain itu, muncul rasa empati dalam diri saya seenggaknya untuk mulai memperbaiki lingkungan kita yang sekarang sudah rusak. Sebaiknya kita mulai dari langkah-langkah kecil, seperti program-program kerja yang Kementerian Sosial dan Lingkungan usung.


Kak Intan: Saya tertarik dengan keilmuan sosial dan lingkungan dikarenakan saya memiliki jiwa sosial yang tinggi. Jadi, saya memilih Kementerian Sosial dan Lingkungan BEM FIB UB sebagai tempat di mana saya mengembangkan diri untuk melatih jiwa sosial saya lebih luas lagi.


Kak Tere: Saya dari SMA sebenernya udah lumayan suka ikut kegiatan berbau sosial dan lingkungan gitu kak. Berasa lebih dekat aja rasanya ke masyarakat dan hal-hal di sekitarku. Jadi aku bisa belajar banyak hal juga!


Champ: Isu sosial atau lingkungan apa yang sedang kalian khawatirkan akhir-akhir ini?


Kak Abhista: Untuk isu sosial saat ini mungkin lebih ke soal inklusivitas dan keamanan mahasiswa-mahasiswa difabel, terutama dalam lingkup fakultas serta perkuliahan. Lalu, untuk lingkungan sendiri mungkin sekarang sedang marak gunung meletus, banjir, dan sebagainya.


Kak Intan: Isu sosial yang saya khawatirkan akhir-akhir ini adalah isu sosial di mana penyalahgunaan Kartu Indonesia Pintar (KIP-Kuliah) terhadap mahasiswa yang mampu. Alasan di balik kekhawatiran saya pada isu penyalahgunaan KIPK dikarenakan saya khawatir akan ketidakadilan sosial yang ada di perkuliahan dan adanya kesenjangan sosial di antara mahasiswa yang mampu, tapi menggunakan KIPK.


Kak Tere: Untuk saat ini saya cukup mengkhawatirkan tentang perubahan iklim. Soalnya perubahan iklim ini dampaknya besar sekali, kenaikan suhu bumi secara global, yang nantinya juga berpengaruh pada makhluk-makhluk hidup lainnya. Kemudian nantinya juga dapat mencairkan es di kutub dan meningkatkan tinggi air laut. 


Champ: Isu-isu tersebut emang penting banget buat dibahas. Lalu, apa yang ingin kalian lakukan untuk terlibat di isu tersebut?


Kak Abhista: Kebetulan dari Kementerian Sosial dan Lingkungan, kami akan mengadakan semacam talk show dengan mahasiswa penyandang disabilitas yang dalam satu lingkup diskusi bernama diskusi inklusi. Jadi, nantinya kami akan mengundang perwakilan dari pihak disabilitas, kami juga bekerja sama dengan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB).


Kak Intan: Saya ingin isu tersebut dilaporkan oleh pihak yang bertanggung jawab atas penyalahgunaan KIPK. Menurut saya, pihak yang terkait dengan KIPK adalah mahasiswanya sendiri dan juga akademis dari perkuliahan. Jadi, semua elemen dalam perkuliahan juga harus ikut serta dalam isu ini.


Kak Tere: Untuk saat ini saya dapat terlibat dengan mengubah pola hidup saya dan orang-orang di sekitar saya. Seperti lebih hemat energi listrik, mematikan alat-alat elektronik yang sekiranya tidak digunakan, lalu lebih memilih berjalan kaki untuk pergi ke tempat yang dekat. Meskipun masih belum sempurna dan sedikit banyak saya masih berkontribusi dalam menyumbang karbon dioksida ke udara, setidaknya saya berusaha untuk mengurangi dan juga terus mengajak orang-orang di sekitar saya melakukan hal yang sama. Saya percaya, sedikit aksi yang saya lakukan ini lebiu baik daripada tidak sama sekali.


Champ: Kemarin, Campaign dan Sosling BEM FIB UB udah berkolaborasi di Doing Good Foor A Better World dengan mengikuti beberapa Challenge di aplikasi Campaign #ForABetterWorld. Adakah Challenge yang berkesan?


Kak Abhista: Challenge yang paling berkesan adalah Bagikan Momen Berhargamu Ketika Bersama Ayah #FathersDate karena saat mengerjakan Challenge itu saya sadar bahwa sebenarnya saya merasa kurang punya waktu quality time dengan ayah saya sendiri. Jadi, kesannya kayak sedih gitu.


Kak Intan: Menurut saya, Challenge yang paling berkesan adalah Bagikan Momen Berhargamu Ketika Bersama Ayah #FathersDate. Saya harus meng-upload foto bersama keluarga dan juga quotes berbakti kepada orang tua. Alasannya karena saya secara personal dekat dengan keluarga, terutama orang tua, apalagi kepada ayah saya. Saya merasa Challenge tersebut sangat bagus dikarenakan menunjukkan bahwa betapa kita harus berbakti kepada orang tua serta menunjukkan rasa kasih sayang kepada orang tua kita.


Kak Tere: Kalau dari saya, yang paling berkesan itu Challenge PilahSampahDamai Ciptakan Lingkungan Hidup yang Merangkul Semua Agama dan Keyakinan. Soalnya saya sendiri juga sudah mulai mengurangi penggunaan wadah sekali pakai dan menggunakan wadah sendiri. Seperti bawa tumbler setiap keluar rumah, beli jajan tapi wadahnya dari saya. Meskipun masih belum bisa setiap saat, tapi saya bakal terus nyoba biar ini jadi kebiasaan. Ketika melakukan Challenge Campaign yang itu saya jadi termotivasi buat terus pakai wadah sendiri yang bisa digunakan berulang. Lalu saat Challenge mengambil foto lingkungan sekitar, itu saya seneng banget! Soalnya saya jadi sadar kalau sekitar saya masih banyak hijau-hijaunya dan asri. Makin terpacu buat mempertahankan hal itu biar nggak rusak.


Champ: Menurut kalian, dunia yang lebih baik itu seperti apa, sih?


image

Kak Abhista: Dunia yang lebih baik menurut saya adalah dunia yang bisa menerima kita dengan apa adanya. Sebagai manusia tentunya kita mempunyai banyak kelemahan, kekurangan, tapi menurut saya dunia yang lebih baik adalah dunia di mana orang-orang nggak perlu memikirkan tentang kekurangan dan kelemahan mereka sendiri. Mereka malah merasa nyaman, meskipun memiliki kelemahan dan kekurangan tersebut.


Kak Intan: Menurut saya, dunia yang lebih baik adalah dunia di mana setiap individu memiliki kesempatan yang adil untuk mencapai potensinya tanpa menghadapi hambatan yang nggak perlu.


Kak Tere: Dunia dimana kita bisa hidup damai berdampingan, baik dengan sesama manusia maupun hewan dan tumbuhan. Dunia yang nggak ada diskriminasi atau perasaan siapa lebih baik. Dunia dimana semuanya seimbang, kita dapat manfaat, kita juga menebar manfaat. Kayaknya indah banget y.a kalau suatu saat nanti dunia yang kaya gitu beneran terwujud.


Wah, keren banget kan, teman-teman baru Champ ini? Pastinya dong, dari mereka kita belajar kalau setiap orang bisa berdampak dengan berbuat baik sekecil apa pun. Kamu juga bisa! Caranya gampang banget, tinggal ikut dan selesaikan Challenge di atas yang udah Champ spill, dan jadi bagian perubahan untuk dunia yang lebih baik.


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone