Hai, Changemakers!
Kalau kita udah menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, tapi belum tentu yang lain juga. Karena sampai sekarang ada aja berita tentang intoleransi di Indonesia yang bikin kita geleng-geleng kepala. Mulai dari diskriminasi agama, ras, suku, sampai pilihan hidup yang berbeda. Contohnya adalah kasus intoleransi yang baru-baru saja terjadi, seperti kasus diskriminasi dan penyerangan kepada Mahasiswa Unpam, kasus rasis netizen terhadap Timnas Guinea hingga diskriminasi antar umat beragama di Gresik.
Padahal, negara kita terkenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Hmmm, jadi apa sih, yang harus kita lakukan? Yuk, kita belajar dari kasus-kasus tersebut untuk mengetahui mengapa kasus intoleransi di Indonesia terus berulang.
1. Kasus pembubaran ibadah mahasiswa katolik Universitas Pamulang (Unpam)
Media sosial pada tanggal 5 Mei lalu digemparkan oleh kasus intoleransi yang berakhir dengan penganiayaan. Iya, jadi ada 15 orang mahasiswa Universitas Pamulang yang lagi kumpul melakukan ibadah Doa Rosario di satu kontrakan daerah Babakan Setu, Tangsel. Pada saat itu, tiba-tiba aja ada Pak RT yang datang dan menyuruh mereka bubar dengan suara yang keras dan pake kata-kata kasar. Kondisi ini juga diperparah dengan adanya warga yang datang dan membawa senjata tajam untuk mengintimidasi para mahasiswa hingga akhirnya keadaan semakin nggak kondusif.
Haduh, udah 2024 tapi kasus intoleransi masih aja terjadi di negara ini, ya. Champ denger-denger sih, kasus ini udah ditangani polisi dan ditetapkan adanya empat tersangka. Dalam hal ini juga, Ditjen HAM Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Dhahana Putra mengatakan kalau hak ibadah semua orang tuh dijamin oleh konstitusi. Kalau ada yang salah paham, harusnya bisa diselesaikan dengan dialog yang mengedepankan semangat toleransi dan Hak Asasi Manusia.
2. Rasisme terhadap Timnas Guinea
Baru-baru ini, netizen Indonesia disorot oleh berbagai media luar negeri karena dianggap rasis terhadap pemain Timnas Guinea U-23. Jadi, Indonesia dan Guinea itu memperebutkan tiket untuk ke Olimpiade Paris 2024. Nah, hasil dari pertandingan ini Timnas Guinea U-23 lebih unggul dari Timnas Indonesia U-23. Usai pertandingan, suporter Indonesia meluapkan kekesalannya ke Guinea dengan membanjiri akun sosial media pemain dan federasi Guinea dengan ujaran rasisme. Ujaran kebencian, baik lewat umpatan dan simbol-simbol yang menyerang ras, memenuhi kolom komentar pada unggahan penggawa Timnas Guinea U-23 di Instagram.
Menanggapi hal ini, PSSI angkat suara dengan mengecam perilaku suporternya yang dinilai bisa menodai perjuangan pemain. "Para pemain pulang dengan kepala tegak dan legowo menerima kekalahan. Jadi, kita berharap para suporter pun melakukan hal yang sama. Jangan menodai perjuangan tim U-23 Indonesia dengan ujaran rasis kepada para pemain lawan." ujar Arya Sinulingga, anggota Exco PSSI.
3. Konflik antar umat beragama di Gresik
Viral video pembubaran ibadah di salah satu rumah jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Benowo, Perumahan Cerme Indah, Gresik, Jawa Timur pada 8 Mei lalu. Dalam video berdurasi 1 menit 20 detik tersebut, terlihat adanya pembubaran ibadah peringatan Kenaikan Isa Almasih yang berawal dari munculnya pasangan suami istri dan seorang anak yang berteriak agar ibadah dibubarkan. Hal ini pun mengundang perhatian warga sekitar dan membuat kondisi semakin nggak terkendali. Setelah mediasi dan diselidiki, pelaku adalah seorang PNS di SMAN 1 Cerme Gresik. Pelaku pun saat ini diskorsing hingga terancam dimutasi dari SMAN 1 Cerme.
Itu dia kasus-kasus intoleransi yang baru-baru aja terjadi di Indonesia. Hmmm, bulan Mei belum selesai, tapi sudah terhitung 3 kasus intoleransi yang terjadi. Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang punya lebih dari 478 suku bangsa dan berbagai keragaman lainnya, sudah sepatutnya bagi kita untuk memiliki rasa toleransi dan saling menghargai apa pun latar belakang, agama, ras, suku, dan pilihan hidup antar sesama. Bayangkan betapa indah dan damainya kalau kita bisa saling menghargai dan merangkul perbedaan ini.
Nah, untuk mewujudkan perdamaian dan kebebasan beragama, Champ mau ajak organisasi atau komunitas sosialmu berkolaborasi bersama Campaign dan PeaceGen dalam isu kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB), toleransi, dan bina damai melalui project Breaking Down The Wall #Friendship4Peace, nih!
Breaking Down The Wall #Friendship4Peace adalah program kolaboratif antara PeaceGen dan Campaign untuk membangun toleransi, persahabatan, dan perdamaian dalam kebebasan beragama dan berkeyakinan. Misi dari program ini adalah memperluas jangkauan dengan berkolaborasi bersama 20 organisasi atau komunitas sosial muda di Sumatera dan Jawa Barat yang berkomitmen untuk membangun perdamaian dan toleransi.
Dengan kolaborasi ini, organisasi atau komunitas sosial kamu akan mendapatkan benefit yang nggak main-main, loh, yaitu pendanaan sosial dengan total lebih dari Rp300 juta untuk 20 organisasi/komunitas sosial yang terpilih.
Nggak cuma itu aja, 20 organisasi atau komunitas sosial yang terpilih juga akan mendapatkan bonus menarik yang sayang banget kalau dilewati, yaitu:
- Pelatihan intensif mengenai program BDW selama 5 hari.
- Akses gratis kurikulum peacebuilding selama 1 tahun.
- Pendampingan dan mentoring organizational development oleh PeaceGeneration Indonesia selama 6 bulan.
Wah, menarik banget, kan, Changemakers!Jadi, jangan lupa daftar ya karena tenggat waktu pendaftarannya itu tanggal 31 Mei 2024. Untuk selengkapnya, kamu bisa ceki-ceki panduan pendaftarannya di link berikut:
https://bit.ly/panduan-daftar-BDW-2024
Atau, kamu juga bisa langsung aja daftar di link di bawah ini:
https://bit.ly/daftar-BDW-2024
Champ tunggu organisasi atau komunitas sosial kece kamu berkolaborasi untuk membuat dunia lebih baik melalui project Breaking Down The Wall #Friendship4Peace sekarang juga!!!🚀🚀