#ForABetterWorldID

All Eyes on Papua: Gerakan Solidaritas Tolak Penggusuran Hutan Adat Papua

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers! 


Siapa yang beberapa hari belakangan ini media sosialnya ramai sama poster All Eyes on Papua? Yap, saat ini di media sosial sedang viral tagar #AllEyesonPapua bersamaan dengan viralnya #AllEyesonRafah. Warganet di platform Instagram dan X (Twitter) ramai menyuarakan polemik di Bumi Cenderawasih ini terkait hutan adat yang akan dirampas dan dijadikan kebun sawit. Emang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang bisa kita lakukan? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini: 


Apa itu All Eyes on Papua

image

Secara harfiah, All Eyes on Papua dapat diartikan dengan “semua mata tertuju pada Papua”. Kalimat ini merupakan ungkapan masyarakat yang menyuarakan kepedulian atas konflik lahan yang sedang terjadi di Papua. 


Konflik ini bermula dari hutan adat Papua yang salah satunya dihuni oleh Suku Awyu dan Moi, akan digusur dan dibabat untuk pembukaan lahan perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari. Suku Awyu dan Moi merasa kehidupan mereka akan terancam oleh adanya proyek tersebut. Nah, All Eyes on Papua ini berkaitan dengan permintaan masyarakat adat Awyu dan Moi agar hutannya dikembalikan dan diselamatkan dari pembukaan perkebunan sawit. 


Hutan merupakan pusat dari kehidupan masyarakat Papua untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat adat Papua melakukan aktivitas berburu dan meramu untuk kelangsungan hidup mereka di hutan secara turun menurun sejak ratusan tahun lalu. Jelas saja masyarakat adat Papua menolak tegas proyek yang akan dilakukan ini. Pasalnya, jika proyek tersebut terlaksana, hutan adat yang selama ini merupakan sumber penghidupan bagi mereka akan hilang sehingga kehidupan masyarakat adat Papua pun akan terancam. 


Siapa suku Awyu dan Moi? 


image

Suku Awyu adalah salah satu dari ratusan kelompok suku adat di Papua yang mendiami beberapa wilayah di Kabupaten Boven Digoel dan Mappi, Provinsi Papua Selatan. Suku Awyu yang menggunakan dialek Awyu ini bermukim di di dekat Sungai Bamgi, Sungai Edera, Sungai Kia, Sungai Mappi, Sungai Pesue dan Asue, Sungai Digoel, serta daerah lahan gambut dan rawa. 


Sementara itu, Suku Moi merupakan suku yang banyak ditemui di sebagian daerah Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Suku Moi ini ternyata terbagi lagi ke dalam tujuh subsuku, antara lain Moi Kelim, Moi Abun That, Moi Abun Jhi, Moi Salkma, Moi Klabra, Moi Lemas, dan Moi Maya. 


Kedua suku saat ini sedang berupaya untuk meneyalamatkan hutan adatnya dari kemusnahan akibat pembabatan hutan adat yang akan dibuka untuk perkebunan sawit. Huf, kebayang banget kan sebanyak apa masyarakat adat dari kedua suku yang akan dirugikan oleh pembukaan lahan ini?😔.


Suku Awyu dan Moi Serukan Penyelamatan Hutan Adat Papua


image

Dikutip dari Kompas.com, lahan hutan masyarakat adat Awyu memang sudah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia melalui Proyek Tanah Merah. Proyek ini dioperasikan oleh tujuh perusahaan, yaitu PT MJR, PT KCP, PT GKM, PT ESK, PT TKU, PT MSM, dan PT NUM. 


Nah, baru-baru ini, PT Indo Asiana Lestari (PT IAL) mengantongi izin kelayakan lingkungan hidup seluas 36.094 hektar atau yang luasnya separuh Kota Jakarta. Pemberian izin lingkungan kepada PT IAL ini kemudian digugat oleh Hendrikus Woro. Akan tetapi, gugatan tersebut gagal di pengadilan tingkat pertama dan kedua sehingga saat ini gugatannya sedang bergulir di Mahkamah Agung (MA). 


image

Usai gugatannya gagal, pada Senin, tanggal 27 Mei kemarin, suku Awyu dan suku Moi pun menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung MA. Mereka melakukan aksi damai dengan menggunakan baju adat mereka sembari menggelar ritual dan memanjatkan doa. Mereka meluapkan penolakan atas izin perusahaan perkebunan kelapa sawit di hutan adat Papua, tepatnya di Boven Digoel dan Sorong serta meminta agar MA menjatuhkan putusan dan membatalkan izin perusahan sawit. 


Mengutip dari laman CNBC, Hendrikus Woro, pejuang lingkungan hidup dari suku Awyu, menyerukan aksinya di depan gedung MA, yang berbunyi "Kami datang menempuh jarak yang jauh, rumit, dan mahal dari Tanah Papua ke Ibu Kota Jakarta, untuk meminta Mahkamah Agung memulihkan hak-hak kami yang dirampas dengan membatalkan izin perusahaan sawit yang kini tengah kami lawan ini," ungkap Hendrikus. 


Apa yang bisa kita lakukan? 


image

Hutan Papua adalah rumah bagi berbagai spesies langka dan endemik yang nggak bisa ditemui di tempat lain di dunia. Selain itu, hutan Papua juga membawa manfaat ekologis yang sangat besar bagi keseimbangan iklim global. Oleh karena itu, sangat penting menjaga, melindungi, dan melestarikan hutan untuk kepentingan bersama. 


Terkait dengan isu yang sedang terjadi, Yayasan Pusaka Bentala Rakyat melalui laman change.org, mengajak masyarakat untuk menandatangani petisi pencabutan izin sawit PT IAL. Melalui petisi ini, dijelaskan bahwa dampak dari dilakukannya proyek perkebunan sawit PT IAL ini akan menghilangkan emisi karbon dioksida sebesar 25 juta ton. Jumlah emisi ini sama halnya dengan menyumbang 5% dari tingkat emisi karbon tahun 2030. Jadi, dampaknya bukan hanya untuk masyarakat Papua aja, tetapi seluruh dunia juga! 


Selain mendukung gerakan di atas kamu juga bisa mengikuti Challenge Save Hutan Adat Papua di aplikasi Campaign #ForABetterWorld. Challenge ini akan membangun kesadaran terkait pentingnya menjaga dan mengelola hutan dengan adil karena Hutan Papua bukan sekadar hutan biasa, melainkan benteng terakhir Indonesia dan dunia dalam mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.


Untuk menjadikan dunia lebih baik, kamu juga bisa mengikuti Challenge Peduli Kesehatan Mata Indonesia. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), Indonesia menjadi negara dengan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara. Selain itu, 81% penyebab angka kebutaan di Indonesia adalah katarak. Jadi, sangat penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mata. Terkait hal tersebut, BMM Jawa Tengah mengajak kamu untuk berperan dalam menjaga kesehatan mata dengan mengikuti Challenge Peduli Kesehatan Mata Indonesia. 


Dengan menyelesaikan Challenge ini, kamu udah berhasil membuka donasi sebesar Rp25 ribu yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik, IshK Tolaram, dan A New Vision. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pemeriksaan mata dan bantuan kacamata bagi yang membutuhkan. Yuk, ambil peran dalam menjaga kesehatan mata di Indonesia!


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone