#ForABetterWorldID

Hari Lingkungan Sedunia: Belajar dari Suku Awyu dan Moi dalam Melestarikan Hutan Papua

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!

Ngerasa nggak kalau hari-hari ini cuaca jadi nggak menentu banget! Kadang panas, kadang hujan tiba-tiba, nggak sampai di sana terus ada berita banjir di mana-mana. Kamu percaya nggak kalau ini adalah salah satu sinyal dari alam kalau ‘mereka’ sedang kesakitan?

Wah, kalau alam sedang nggak baik-baik aja, kita harus gimana?”

Nah, Champ juga sekalian mau infoin nih.  Yap, tepat pada hari ini, tanggal 5 Juni, diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Nah, tiap tahunnya, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini selalu berbeda sesuai tantangan lingkungan yang mendesak. Pada tahun ini, temanya adalah pemulihan lahan, penggurunan, dan ketahanan terhadap kekeringan.

Nah, Champ udah kumpulin infonya nih. Kalau menurut Konvensi PBB ada sekitar 40 persen lahan di planet ini terdegradasi, yang secara langsung memengaruhi setengah dari populasi dunia. Jumlah dan durasi kekeringan juga telah naik sebesar 29 persen sejak tahun 2000. Lebih parahnya lagi, tanpa tindakan segera, kekeringan dapat memengaruhi lebih dari tiga perempat populasi dunia pada tahun 2050 mendatang, loh!

Wah, gimana nih, Changemakers? Kamu udah kepikiran mau kontribusi apa terhadap masalah tanah ini? Kalau belum, sini Champ bisikin isu yang lagi penting banget. Nggak usah jauh-jauh ke belahan dunia lain, kamu juga bisa peduli soal tanah sesama di Indonesia. 

Kamu pasti akrab kan sama fitur Instagram add yours yang baru-baru ini penuh dengan visual “All Eyes on Papua”. Menyusul “All Eyes on Rafah”, kini “All Eyes on Papua” menggema di media sosial. Ini merupakan bentuk dukungan kepada suku Awyu dan Moi yang menolak perusahaan sawit di hutan adat mereka. Kepo nggak sih, sama permasalahan tanah saudara sebangsa kita yang masih belum diupayakan pemerintah? Yuk, kenalan lebih dekat sama suku Awyu dan Moi yang gigih banget dalam masalah lingkungan.👇

“Hutan adalah Apotek Bagi Kami”


image

Sumber: Greenpeace

Sebelum kasus ini muncul, kasus terkait sengketa lahan yang mengancam lingkungan dan iklim di Papua lumayan sering terjadi. 

Misalnya, Bupati Sorong pada tahun 2021 mencabut izin lokasi, izin lingkungan dan izin usaha SAS (perusahaan yang ingin membangun perkebunan sawit). Tindakan bupati ini disambut baik masyarakat suku Moi. Tapi, perusahaan menggugat dan membatalkan keputusan bupati.

Saya mendesak Mahkamah Agung memberikan keadilan hukum bagi kami masyarakat adat. Hutan adat adalah tempat kami berburu dan meramu sagu. Hutan adalah apotek bagi kami. Kebutuhan kami semua ada di hutan,” kata Fiktor Klafiu, perwakilan Masyarakat Adat Moi Sigin.

Keberadaan SAS, katanya, merugikan mereka. Kalau hutan adat hilang, mau ke mana lagi kami pergi?”

Perusahaan sawit IAL dan SAS, katanya, bakal merusak hutan yang jadi sumber penghidupan, pangan, air, obat-obatan, budaya, dan pengetahuan Masyarakat Adat Awyu dan Moi. Hutan itu juga habitat bagi flora dan fauna endemik Papua seperti burung cendrawasih dan lain-lain, serta penyimpan cadangan karbon. Kalau sampai kedua perusahaan beroperasi, khawatir memicu deforestasi dan memperparah dampak krisis iklim di Tanah Air.

Suku Awyu dan Moi Tolak Sawit, Minta MA Peduli Tanah Adat Papua


image

Sumber: Kompas.id

Kami sebagai pemilik wilayah adat tidak mendapatkan informasi tentang rencana aktivitas perusahaan. Kami juga tidak dilibatkan saat penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan.” kata Franky Woro, pejuang lingkungan hidup dari suku Awyu. 

Hutan adat bagi Suku Awyu dan Moi adalah rumah dengan segala sumber daya yang mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tapi, saat ini keberadaan hutan adat sedang terancam akibat adanya izin usaha yang dikantongi oleh sejumlah perusahaan perkebunan sawit, salah satunya adalah PT Indo Asiana Lestari (PT IAL).

Pada Senin kemarin (27/05), suku Awyu dan Moi dari Papua meminta agar Mahkamah Agung dapat menjatuhkan putusan hukum dan membatalkan izin perusahaan sawit yang tengah mereka lawan. Pembatalan izin perusahaan sawit ini nggak hanya dapat memulihkan hak-hak masyarakat adat yang telah dirampas, tapi juga bisa menyelamatkan hutan di Papua. Dalam aksi seruan tersebut, mereka juga mengenakan busana khas suku masing-masing sekaligus menggelar doa dan ritual adat. 

Wah, semoga MA bisa mempertahankan hutan adat mereka, ya 🙏

Cinta Pertama Suku Moi: Lingkungan dan Tanah Papua


image

Sumber: Econusa

Kalau misalnya ada lomba mencintai lingkungan, Champ mau jagoin suku Moi, sih! Tanah Papua bagi mereka itu menyimpan berbagai cerita. Dengan kekayaan sumber daya alam hingga kekayaan budaya yang tercermin dari keberagaman suku dan bahasa, suku Moi menganggap Papua sebagai bagian yang nggak terpisahkan dari seluruh jengkal kehidupan mereka.


image

Sumber: Antaranews

Sejak zaman dahulu Suku Moi merupakan suku yang terbiasa melaut. Maka dari itu, hingga saat ini Suku Moi dan perahu nggak bisa dipisahkan. Perahu dalam bahasa Moi disebut kama. Perahu sudah ada sejak zaman nenek moyang Suku Moi.

Selain itu, perahu Suku Moi dibuat dari kayu salawaku, yang merupakan kayu yang berasal dari daerah dimana Suku Moi tinggal. Perahu itu digunakan untuk balobe (mencari) ikan saku. Selain itu, pada zaman dahulu dipakai untuk berjualan sagu dan buah ke kota. Suku Moi juga memiliki budaya menghias perahu. Suku Moi menghiasi perahu mereka sebagaimana mereka menghargai kaum perempuan Suku Moi dengan hiasan.

Cara Suku Moi menjaga lingkungan

Nah, perahu yang digunakan Suku Moi ini bukan perahu bermesin, loh. Hal ini juga berkaitan dengan prinsip dalam budaya Egek, yaitu budaya adat tentang menjaga alam dengan mengambil secukupnya dari alam, termasuk dalam penggunaan mesin yang tidak ramah lingkungan. Maka dari itu, Suku Moi lebih senang menggunakan perahu adatnya dibandingkan dengan perahu bermesin.

Egek, atau Sasi dalam budaya Maluku, merupakan budaya menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan nggak mengambil hasil-hasil alam tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian masyarakat sudah lama diterapkan oleh Suku Moi. Esensi dari budaya Egek adalah mengambil secukupnya dari alam dan tidak mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan. Mirip-mirip sama himbauan jangan membuang-buang air, ya!

Tambah kerennya lagi, kegigihan MHA Suku Moi dalam mempertahankan Egek sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup membuat Suku Moi diakui sebagai kelompok MHA oleh Pemerintah Kabupaten Sorong pada tahun 2017.

Dari Festival Egek, setidaknya dapat ditarik pelajaran bahwa budaya Egek yang menjadi kearifan lokal Suku Moi dapat menjadi contoh bagi  masyarakat pada umumnya agar nggak serakah dalam memanfaatkan kekayaan alam. Alam harus dijaga kelestariannya, bukan dieksploitasi tanpa memikirkan keberlanjutannya. 

Nah, itu dia serba-serbi perjuangan Suku Awyu dan Moi dalam mempertahankan tanah tempat kehidupan mereka. Tentunya, sangat inspiratif banget ya, Changemakers! Kita belajar banyak dari mereka kalau lingkungan itu sumber kehidupan yang sangat-sangat berharga. 

Tong hidup dari situ (alam). Karena kalau alam rusak, maka akan mengganggu tong pu kehidupan secara langsung.

Oleh karena itu, penting nih, buat kita untuk semua dapat memberikan dampak positif seperti menanam pohon, mengurangi sampah, atau mendukung energi terbarukan berkontribusi terhadap perubahan yang signifikan. Selain dengan langkah kecil itu, kamu juga bisa mengikuti Challenge Save Hutan Adat Papua. Dengan mengikuti Challenge ini, kamu bisa membantu untuk memberikan kampanye terkait kerusakan lingkungan yang terus berlanjut di wilayah Papua yang disponsori oleh Yayasan Dunia Lebih Baik.

Nah, jangan lupa, untuk merawat lingkungan yang baik, juga perlu mata yang sehat. Yuk, ikutan Challenge Sehatkan Mata, Cegah Katarak Bersama Perdami. Nantinya, donasi yang kamu buka sebesar Rp25 ribu ini akan dikonversi oleh Yayasan Dunia Lebih Baik, Ishk Tolaram, dan A New Vision untuk edukasi serta peningkatan layanan kesehatan mata. 

Yuk, sama-sama jadi real guardians of the green galaxy!


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone