#ForABetterWorldID

Ini Dia Tips Buat Kita Akibat Serangan Siber Lumpuhkan Server PDNS 2

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!


Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang mengalami gangguan sejak Kamis, 20 Juni 2024 berhasil mengejutkan publik. Gimana nggak? Serangan siber ransomware terbaru bernama Brain Cipher tersebut sampai melumpuhkan beberapa layanan penting pemerintah. Ransomware adalah serangan malware yang dikirim peretas untuk mengunci dan mengenkripsi perangkat komputer milik korban. Lalu, peretas akan meminta uang tebusan untuk memulihkan aksesnya. 


Sebelumnya, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menemukan adanya upaya penonaktifan fitur keamanan Windows Defender pada 17 Juni 2024 pukul 23.15 WIB, sehingga memungkinkan aktivitas malicious dapat berjalan. Aktivitas malicious mulai terjadi pada 20 Juni 2024 pukul 00.54 WIB. Upaya pemulihan pun sedang dikebut. 


Hmm…kok bisa ya, sekelas PDNS 2 pengamanannya mudah banget buat dibobol? Terus, gimana tanggapan dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) dan BSSN? 


Hah, Masih Bisa Ucapkan Syukur?

image

Sumber: ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga/Spt.


Menkominfo, Budi Arie Setiadi masih bisa bersyukur dan mengucap “Alhamdulillah” setelah sistem PDNS 2 di Surabaya diretas. Dia bersyukur karena pelaku yang meretas sistem PDNS 2 bukan sebuah negara, tapi non-state actor dengan motif ekonomi. Sebab, kata dia, jika pelakunya adalah sebuah negara, permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia jauh lebih berat.


“Karena dalam serangan siber ini selalu analisanya dua aja. Ini state actor atau non state actor. Tapi di forum ini saya ingin tegaskan bahwa kesimpulan mereka ini non state actor dengan motif ekonomi. Itu udah Alhamdulillah dulu. Karena kalau yang menyerang negara, berat,” ucap Budi dalam rapat antara Komisi I DPR, Kominfo, dan BSSN di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 27 Juni 2024, dikutip dari Tirto.id.


Data PDNS 2 Nggak Punya Backup


image

Sumber: Bisnis Tekno


Anggota Komisi I DPR, Dave Akbarshah Fikarno mempertanyakan soal nggak adanya langkah cepat dalam penanggulangan ransomware di Indonesia. Berbeda dengan negara lain yang sat set dalam menangani ransomware. Kepala BSSN, Hinsa Siburian mengakui bahwa negara lain lebih cepat dalam memulihkan data karena kemungkinan mempunyai Disaster Recovery Center (DRC).


“Kita kan tidak ada backup-nya. Itu yang sebenarnya fatal yang kami lihat dari data center ini, jadi dia tidak bisa langsung karena data yang ada di Batam itu tidak persis sama seperti di Surabaya,” kata Hinsa, dilansir dari Bisnis Tekno.


Dave terlihat kecewa dengan jawaban Hinsa karena pembangunan PDNS 2 nggak memakan waktu satu atau dua hari, tapi sudah bertahun-tahun. Hinsa pun mengaku ada kekurangan di tata kelola.


“Betul, Pak. Jadi kita ada kekurangan di tata kelola, kita memang akui itu. Dan itu yang kami laporkan juga, karena kita diminta untuk masalah apa saja kok bisa terjadi, itu salah satu yang kita laporkan,” jawab Hinsa.


Menariknya, Ketua Komisi 1 DPR, Meutya Hafid menginterupsi sekaligus mengoreksi pernyataan BSSN yang menyebut persoalan data center adalah tata kelola. “Maksudnya, Pak. Kalau nggak ada backup itu bukan tata kelola, Pak. Berarti itu bukan tata kelola, itu kebodohan saja, sih, Pak,” kata Meutya.


Dia pun menyinggung beberapa kementerian yang belum comply dengan data. Mendengar pernyataan tersebut, Hinsa hanya diam dan melanjutkan pembahasan lain.


Instansi Pemerintah Kini Wajib Punya Backup


image

Sumber: Medcom.id


Kini, pemerintah akan mewajibkan kementerian, lembaga, daerah untuk memiliki backup atau cadangan data. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto, menjelaskan pemerintah mewajibkan para tenant pusat data untuk mempunyai cadangan data.


“Setiap tenant atau kementerian juga harus memiliki backup. Ini mandatory, tidak optional lagi,” kata Hadi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 1 Juli 1014, dikutip dari detikinet.


Lalu, Hadi mengatakan, dengan adanya cadangan data itu akan membuat instansi pemerintah tetap memiliki data meski ada gangguan terhadap PDNS. “Sehingga secara operasional pusat data nasional sementara berjalan, (kemudian) ada gangguan, masih ada backup, yaitu ada DRC (Disaster Recovery Center-red) atau hot site yang ada di Batam dan bisa autogate interaktif servis dan setiap pemilik data center juga memiliki backup sehingga paling tidak tiga sampai empat lapis backup tersebut,” imbuhnya.


Selain itu, Hadi menjelaskan, data yang tersimpan juga akan disimpan di cloud cadangan yang diberlakukan secara zonasi. “Jadi, data-data sifatnya umum, kemudian data yang memang seperti statistik dan sebagainya akan disimpan di cloud, sehingga tidak perlu di PDN,” kata Hadi.


Dampak Kebocoran Data


Pembobolan dan kebocoran data adalah permasalahan yang serius. Tentunya kebocoran data ini bisa merugikan masyarakat. Berikut adalah sejumlah bahaya kebocoran data dilansir dari suara.com:


  • Pembobolan Rekening: Betapa bahayanya jika data nama ibu kandung jatuh ke tangan para pelaku serangan siber atau pelaku criminal, terlebih lagi jika data tersebut digabungkan dengan kebocoran data-data lainnya.


  • Pencurian Akun Media Sosial (Medsos): Efek lanjutan dari adanya pencurian akun medsos ini adalah si pelaku  yang berpura-pura menjadi kamu bisa aja meminta transfer uang ke teman-temanmu di medsos.


Tips Ampuh Anti Kena Hack dari Tim Developer Campaign


image

Tech Lead Campaign, Roger Dwiputra mengatakan kejadian peretasan di PDNS sebenarnya bisa terjadi kepada siapa aja. Makanya, kita semua harus berhati-hati dalam melakukan beberapa hal ini:


  • Hati-hati saat download file, pastikan download dari website resminya;

  • Jangan download crack/ bajakan. Soalnya di aplikasi tersebut ada malware-nya, terutama aplikasi microsoft office dan lain sebagainya;

  • Hati-hati klik link di email, medsos, dan lain-lain karena bisa aktifkan malware.


Roger menjelaskan, saat kita udah download file yang terinfeksi malware, mereka akan membuka Backdoor untuk akses seluruh fungsi dari perangkat kita. Sebetulnya, firewall & antivirus secanggih apapun, jika malware di-download dan aktif di komputer yang tepat, maka bisa habis semua.


Dia juga mencontohkan kasus malware yang pernah menyerang Bank Syariah Indonesia (BSI). Untungnya BSI punya backup yang nggak terhubung kemana-mana dalam format analog (Tape Backup dalam bentuk seperti kaset pita jadul), bukan Digital Backup. Jadi, malware nggak bisa akses backup tersebut. 


Itu tadi pembahasan soal PDNS 2 yang kena hack. Waduh, sangat disayangkan banget ya, data center sekelas PDN yang mengelola ribuan Virtual Machine (VM) bisa sampai terkena ransomware. Dampaknya pun nggak kaleng-kaleng, sampai bisa melumpuhkan sejumlah layanan penting pemerintah. Bagaimana pendapat kamu tentang kasus ini, Changemakers? Coba komen di bawah, ya!


Nah, selain harus berhati-hati supaya nggak kena hack, kamu juga bisa menyuarakan tentang pentingnya memeriksakan mata secara rutin untuk mencegah katarak sedini mungkin. Caranya dengan ikutan Challenge Sehatkan Mata, Cegah Katarak Bersama Perdami. Jumlah donasi yang akan disalurkan oleh Ishk Tolaram, Yayasan Dunia Lebih Baik (YDLB), dan A New Vision setelah kamu menyelesaikan Challenge ini adalah Rp25 ribu. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk mendukung Perdami dalam menjalankan berbagai proyek terkait pengobatan katarak di berbagai wilayah di Indonesia. Yuk, segera selesaikan Challenge-nya!


heart

Hearts

heart

Komentar

Komentar

Done
Download aplikasi Campaign #ForABetterWorld untuk dunia yang lebih baik
Tingkatkan dampak sosialmu dan mari mengubah dunia bersama.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone