Hai, Changemakers!
Di antara kekayaan masakan Indonesia, masakan Padang menjadi salah satu primadona masyarakat. Ada banyak alasan yang membuat masyarakat memilih untuk makan masakan Padang. Pertama, pilihan menunya lengkap. Kedua, bumbu masakannya kaya rempah. Ketiga, murah. Memang sih, nggak semua rumah makan Padang menyediakan menu yang murah, tapi di area kampus, biasanya banyak tersedia rumah makan Padang dengan harga ramah di kantong.
Selain digemari oleh banyak orang, masakan Padang juga menyimpan banyak cerita sejarah yang jarang diketahui.
Sumber gambar: Tempo
Perjalanan Rumah Makan Padang di Jawa
Makanannya enak, restorannya tersebar di berbagai daerah tapi kira-kira gimana ya, rumah makan Padang bisa menjamur di Jawa?
Jadi begini. Sebenarnya, rumah makan Padang menjadi sebutan populer dari rumah makan Minangkabau yang muncul pada tahun 1960-an.
Penyebutan rumah makan Padang ada unsur politisnya. Kenapa? Ingat peristiwa pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau lumrah dikenal dengan PRRI?
Yups, peristiwa PRRI di Sumatra Barat menjadi salah satu alasan orang-orang Minangkabau melakukan perpindahan besar-besaran ke Jawa. Sebab, pada tahun 1961, setelah PRRI berakhir, pemerintah pusat melakukan usaha untuk menghabisi elemen-elemen PRRI.
Akibat sikap pemerintah yang sewenang-wenang, orang Minangkabau yang pindah ke Jawa, mengubah identitasnya menjadi kejawa-jawaan. Maka, di sana muncul istilah rumah makan Padang.
Tapi kalau mengacu berdasarkan sumber dari RRI, banyaknya rumah makan Padang di Jawa udah terjadi pada masa penjajahan Belanda. Saat itu banyak orang Minangkabau melakukan perpindahan ke Jakarta, Bandung, dan Surabaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi.
Pada tahun 1940-an ada pengusaha bernama Siti Fatimah yang membuka kedai makanan khas Padang di Jakarta. Dari sana, nasi Padang dikenal di Jakarta dan daerah sekitarnya.
Apa yang Membuat Masakan Padang Banyak yang Bersantan?
Terlepas dari fakta proses menyebarnya makanan Padang ke luar Sumatra Barat, ada satu fakta lagi yang menarik tentang masakan Padang. Yakni, kenapa masakan Padang dominan menggunakan santan? Pasti jika kita ke rumah makan Padang, di etalase atau menu yang ditawarkan, nggak pernah ada, makanan yang nggak menggunakan santan.
Menurut buku Kuliner Indonesia, ada 60 jenis makanan Minangkabau yang menggunakan santan. Ini lebih banyak daripada Aceh yang hanya memiliki 21 jenis makanan bersantan.
Sumber gambar: Media Indonesia
Sebenarnya, dominasi pemakaian santan di masakan Padang disebabkan oleh pengaruh India. Jadi, Sumatra Barat pada abad ke-16 menjadi jalur perdagangan. Menurut catatan Tome Pires, pengelana asal Portugis, menjelaskan ada kapal dari Gujarat, India, yang berlabuh di Pelabuhan Pariaman dan Tiku.
Orang-orang India yang mendarat di sana bertujuan melakukan aktivitas perdagangan. Mereka membawa banyak rempah-rempah. Selain melakukan aktivitas perdagangan, orang India juga memengaruhi cara memasak dengan menggunakan bahan olahan santan ke masyarakat sekitar.
Ada juga yang mengatakan jika masakan Padang dominan menggunakan santan karena pengaruh dari Timur Tengah. Sebab, orang Timur Tengah banyak yang melakukan aktivitas perdagangan ke Sumatra Barat.
Masakan Padang Nggak Sehat?
Penggunaan santan yang dominan di masakan Padang menghasilkan wacana kesehatan. Masakan padang dianggap kurang sehat karena mengandung lemak tinggi. Seperti riset yang dilakukan oleh Ratna Djuwita yang mengatakan kalau orang Minangkabau risiko hiperkolestrolemianya lebih tinggi daripada orang Sunda, Jawa, dan Bugis karena konsumsi asam lemak jenuh orang minang lebih tinggi.
Tapi menurut Nur Indrawaty Lipoeto, pengajar Universitas Andalas, menjelaskan kalau masakan Padang nggak berbahaya seperti yang kita pikirkan. Karena makanan bergoreng lebih berbahaya daripada makanan bersantan. Pada makanan Padang juga mengandung jahe, kunyit, lengkuas, dan daun serai yang punya fungsi antioksidan.
Sebenarnya, terlepas dari hasil kajian yang ada, masakan Padang tetap layak dinikmati. Karena dari masakan Padang, kita bisa mengenal tentang kayanya sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Sebab, masakan Padang kaya penggunaan rempah-rempah pada makanannya. Tapi yang terpenting, jangan sampai berlebihan dalam mengonsumsinya karena segala yang berlebihan itu nggak baik.
Atau kalau Changemakers ingin mengenal kekayaan makanan Indonesia, juga bisa makan ke warteg. Karena selain masakannya yang enak, sekarang makan di warteg juga bisa berdampak sosial, loh! Buat warga Jakarta dan daerah sekitarnya, yuk berkunjung ke Warteg Prapatan.
Selain mengisi perut, kamu bisa sekalian ambil dan selesaikan Challenge Bantu UMKM di Jakarta Jadi Lebih Baik bersama Warteg Prapatan. Dengan menyelesaikan Challenge ini kamu udah membuka donasi sebesar Rp25 ribu yang didanai Wahyoo Ventures dan Yayasan Dunia Lebih Baik. Donasi yang terkumpul, digunakan untuk pelatihan digital marketing untuk UMKM. Yuk, ikut dan selesaikan Challengenya!
Referensi:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/01/28/kenapa-masakan-padang-identik-dengan-santan-dan-rasa-pedas
https://oppal.co.id/locale/ada-pengaruh-india-dibalik-masakan-padang-yang-khas-dengan-santan/
https://www.rri.co.id/riau/kuliner/287306/digemari-masyarakat-ini-asal-usul-nasi-padang
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50541428
Rahm, N.A., Rahfiludin, M.Z., Pangestuti, D.R. 2017.“Hubungan Kebiasaan Konsumsi Masakan Padang dengan Kadar Kolesterol (Studi pada Paguyuban Ikatan Mahasiswa Minang Angkatan 2015 di Semarang)”. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volumen 5, Nomor 4.729-736
https://regional.kompas.com/read/2022/08/25/111413578/nasi-padang-sejarah-rumah-makan-padang-ciri-ciri-dan-jenis-lauk?page=all