Hai, Changemakers!
Indonesia nggak kekurangan perempuan hebat yang berjuang untuk perdamaian. Sebut saja salah satunya Inayah Wahid. Putri dari Gus Dur ini aktif mengedukasi tentang toleransi.
Kemarin pas lagi bengong menikmati mendung, tiba-tiba terbesit di kepala Champ, apakah ada perempuan Indonesia pejuang perdamaian yang namanya masih asing di masyarakat?
Akhirnya, Champ coba otak-atik Google. Sekitar tiga puluh menit, Champ menemukan satu nama yang asing bagi Champ. Sejauh ini, Champ belum pernah mendengar atau membaca namanya.
Perempuan itu bernama Gedong Bagoes Oka. Kalian udah kenal belum sama beliau?
Tumbuhnya Jiwa Toleran Gedong Bagoes Oka
Champ baru tau di pulau yang menyimpan keindahan, lahir seorang perempuan bernama Gedong Bagoes Oka. Ibu Gedong lahir pada 2 Oktober 1921 di Karangasem. Nama aslinya, Ni Wayan Gedong.
Sumber gambar: Alif
Gimana ceritanya Ni Wayan Gedong bisa berubah nama
menjadi Gedong Bagoes Oka? Nama itu berubah ketika Gedong menikah dengan
suaminya, Gusti Bagus Oka.
Di sana, ia belajar tentang nilai-nilai Kristen. Sehingga semakin memperkaya spiritualitas dan sudut pandang Ibu Gedong. Menurut Ibu Gedong, kebaikan yang diajarkan oleh Hindu, juga terdapat pada Injil dan Al Qur’an.
Mahatma Gandhi yang Bersemayam di Ibu Gedong
Satu hal lagi yang membentuk kepribadian Ibu Gedong. Ibu Gedong memiliki tokoh yang menginspirasinya. Tokoh itu bernama Mahatma Gandhi. Ibu Gedong menyukai pemikiran Gandhi tentang Swadesi, Ahimsa, Satya, dan Karunanya.
Mahatma Gandhi dikenal sebagai pejuang kemerdekaan India dari penjajahan Inggris. Mahatma Gandhi juga dikenal sebagai tokoh perdamaian dunia.
Di tahun 1953, Ibu Gedong pergi ke India. Di India, Ibu Gedong bertemu dengan Vinoba Bhave, penerus ajaran spiritual Mahatma Gandhi.
Untuk memperluas nilai-nilai perdamaian dari Mahatma Gandhi, Ibu Gedong membuat Ashram Gandhi di Candidasa, Kabupaten Karangasem.
Pendidikan Sebagai Wadah Menyampaikan Toleransi.
Ashram Gandhi menjadi tempat pembelajaran bagi anak yatim dan pra sejahtera. Di sana, anak muda belajar mengenai toleransi.
Penelitian Salmiwati tentang Gedong Bagoes Oka, menjelaskan bagaimana beliau membumikan perdamaian melalui pendidikan. Pendidikan bukan sebatas untuk mencerdaskan pikiran, tapi harus bisa mengasah kepribadian.
Tak heran jika siapa aja boleh datang ke Ashram Gandhi. Syaratnya hanya satu: menjunjung kasih sayang dan anti pada kekerasan.
Bagi Ibu Gedong, semua agama sama. Kebenaran akan bermuara pada Tuhan. Sudut pandangnya diterapkan di Ashram Gandhi. Di sana, ada ritual “agnihotra”. Sebuah ritual menyalakan api yang di dalamnya ada berbagai ekspresi berdoa dari berbagai agama.
Selain memiliki sikap yang kuat pada toleransi, Ibu Gedong aktif memberdayakan perempuan. Baginya, perempuan harus berkualitas dari segi pendidikan dan berdaya dalam ekonomi.
Untuk membantu kehidupan perempuan Bali, Ibu Gedong mendirikan Yayasan Kosala Wanita dan Yayasan Kesejahteraan Perempuan. Kedua yayasan yang punya fokus untuk memperbaiki kualitas hidup perempuan. Tujuannya agar perempuan punya hak yang sama dengan laki-laki.
Perjuangan Ibu Gedong harus berhenti di tahun 2002. Tuhan memanggil Ibu Gedong untuk bertemu di surga-Nya.
Beda Setara Memotret Pejuang Perempuan
Meski Ibu Gedong telah meninggal dunia, spirit perjuangannya tak pernah hilang, terus menular. Karena terus tumbuh perempuan-perempuan hebat dari Indonesia yang memperjuangkan perdamaian.
Kisah hebat perempuan Indonesia yang memperjuangkan perdamaian, coba “dipotret” menjadi buku berjudul Perempuan Penggerak Perdamaian (Cerita Perempuan Lintas Iman Menjaga Perdamaian di Ciayumajakuning) oleh Beda Setara.
Di dalamnya memuat kisah enam perempuan hebat yang berjuang untuk perdamaian. Enam perempuan itu adalah Alifatul Arifiati, Ni Putu Sari Darmayanti, Sri Rejeki, Juwita Djatikusumah, Aulia Fauziah, dan Cici Situmorang.
Sebagai pengenalan narasi mengenai keenam perempuan hebat untuk perdamaian, Beda Setara mengadakan launching buku pada 5 Oktober 2024. Tujuan acara untuk memperkenalkan ke masyarakat, bahwa perempuan punya peran penting bagi kehidupan sosial.
Kamu bisa membantu Beda Setara “melahirkan” perempuan-perempuan hebat untuk berjuang membangun perdamaian. Cararanya dengan menyelesaikan Challenge Dukung 50 Perempuan Penggerak Perdamaian di Ciayumajakuning, Cirebon Ekspresikan Kebebasan Beragama. Dengan menyelesaikan Challenge, kamu membuka donasi Rp20 ribu yang didanai Search for Common Ground. Donasi digunakan untuk pelatihan kebebasan beragama dan berkeyakinan bagi 50 perempuan di Ciayumajakuning. Yuk, bersama lebih banyak melahirkan perempuan hebat!
Referensi:
https://student-activity.binus.ac.id/kmh/2021/08/20/gedong-bagoes-oka-sebagai-tokoh-perdamaian-2/
https://historia.id/agama/articles/gedong-bagoes-oka-menapaki-jalan-gandhi-DEaLY/page/1
https://pilarkebangsaan.com/gedong-bagoes-oka-tokoh-perdamaian-dan-kerukunan-antaragama/
https://womenandcve.id/blog/2022/02/16/2264/
https://alif.id/read/lp/ibu-gedong-sahabat-gus-dur-dari-bali-b224357p/
https://laune.id/gerakan-perempuan-bali/
Salmiwati. 2005. Ni Wajan Gedong Bagoes Oka dan Kehidupan Beragama Masyarakat Hindu Bali. Perbandingan Agama. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.