Hai, Changemakers!
Di antara nama-nama pelukis Indonesia, kita nggak bisa melupakan nama Raden Saleh. Pria yang lahir di Semarang ini dikenal sebagai bapak seni rupa modern di Indonesia. Beliau lahir pada Mei 1811. Meskipun menurut artikel Historia, tahun kelahiran Raden Saleh masih menjadi simpang siur. Ada yang mengatakan, lahir tahun 1807, 1809, 1814, dan 1815.
Semasa hidupnya, Raden Saleh udah menghasilkan banyak karya, antaranya: Penangkapan Pangeran Diponegoro, Penyerahan Diri Diponegoro, Perburuan Rusa, Pemandangan Musim Dingin, Enam Pengendara Kuda Mengejar Rusa, dan masih banyak karya lainnya.
Kualitas karya Raden Saleh, tak perlu diragukan lagi. Raden Saleh mendapat bintang penghargaan dari Raja Belanda Willem II. Sementara Raja Willem III mengangkat Raden Saleh sebagai pelukis istana.
Sumber gambar: Wix
Perjalanan Raden Saleh Menyerap Ilmu
Pertanyaannya, dari mana Raden Saleh mahir melukis?
Kelihaian Raden Saleh dalam melukis, bisa dibilang terbentuk secara alamiah. Ini bisa dilihat dari cerita paman Raden Saleh yang menjadi gubernur Semarang, menyerahkannya ke orang Belanda dengan bersekolah di Volks School. Di Volks School, Raden Saleh menjadi sorotan atas karya-karyanya menggambar.
Gerbang penajaman bakat melukis Raden Saleh bermula ketika paman Raden Saleh meminta dirinya menjadi pegawai Belanda di Cianjur. Raden Saleh ditempatkan di rumah Residen Cianjur, bernama R Baron der Capellen. Di sana, Raden Saleh berkenalan dengan AAJ. Payen, pelukis Belgia yang ditugaskan Belanda melukis alam dan pemandangan.
Ketika berinteraksi, AAJ. Payen terkesan dengan hasil goresan Raden Saleh. Sehingga membuat AAJ. Payen mengusulkan Raden Saleh ke van der Capellen untuk mengirimkannya ke Belanda. Usulan AAJ. Payen diterima. Raden Saleh di usia 18 tahun berangkat ke Belanda, tepatnya pada tahun 1830.
“Balas Dendam” Raden Saleh di Belanda dengan Lukisan
Pelukis Belanda menerima Raden Saleh dengan baik, Ada cerita menarik yang terjadi.
Awal mula, berawal saat Raden Saleh diminta menilai karya pelukis Belanda yang menggambar bunga. Hasil karyanya menarik dan terlihat asli, sampai membuat kupu-kupu terkecoh. Akibat karya bunga tersebut yang terlihat nyata, Raden Saleh mendapat olok-olokan.
Mendapat olokan, hati Raden Saleh berkecamuk untuk memperlihatkan kemampuannya.
Singkat cerita, teman Raden Saleh lama nggak melihat “batang hidung” orang Indonesia itu. Temannya mengira telah terjadi sesuatu akibat peristiwa olokan. Akhirnya, teman-temannya memutuskan datang ke kediamannya. Sesampai di kediamannya, nggak ada sahutan. Mereka memilih mendobrak pintu.
Pintu terbuka, mereka terperangah. Di hadapannya terlihat Raden Saleh tergeletak berlumuran darah.
Belum usai rasa terkejut mereka, Raden Saleh keluar dari balik pintu. Ia mengatakan, “Lukisan kalian hanya bisa menipu kumbang dan kupu-kupu. Lukisan saya bisa menipu manusia.”
Meski mendapat sambutan hangat dan bakat melukisnya kian berkembang, Raden Saleh merasa nggak betah di Belanda. Soalnya seni di Belanda belum berkembang baik.
Sehari-hari di Belanda, Raden Saleh melukis pemandangan. Baginya, melukis pemandangan membosankan, seperti menggoreskan tanda tangan. Meski bosan, harus dilakukan agar bisa mendapat uang.
Akhirnya kesempatan Raden Saleh mengembangkan keahlian melukisnya terbuka setelah pemerintah Belanda memberi kesempatan buatnya mengunjungi negara Eropa. Ia memilih Jerman. Di Jerman, belajar gaya melukis orientalisme. Raden Saleh juga memilih Prancis. Di Prancis, belajar aliran romantisme.
Seni romantisme Raden Saleh terlihat dari karyanya seperti Perkelahian dengan Singa, Berburu Singa di Jawa, dan Banjir di Sawa.
Sikap Nasionalis Raden Saleh
Meski semasa hidupnya punya kedekatan dengan Belanda, Raden Saleh nggak kehilangan jiwa nasionalisnya. Salah satu bentuknya, ia menghasilkan karya Penangkapan Diponegoro yang dibuat pada 1857.
Lukisan Penangkapan Diponegoro dilatar belakangi dua peristiwa. Pertama, pihak Belanda yang menipu Pangeran Diponegoro dengan tujuan ingin menangkapnya. Kedua, melawan lukisan Nicolaas Pieneman yang melukis Penyerahan Diponegoro. Lukisan Peneman menggambarkan ketidakberdayaan Diponegoro kepada Jenderal de Kock.
Dari gambar itu, Pangeran Diponegoro ingin menggambarkan bahwa Diponegoro memiliki sikap wibawa. Nggak tunduk pada kaki kolonial.
Sumber gambar: Direktorat Jenderal Kebudayaan
Perjalanan karya Raden Saleh, mengajarkan pada kita kalau karya seni, bukan sebatas estetika. Seni menjadi media perlawanan. Seni juga menjadi media edukasi yang bisa membuka mata orang banyak.
One Peace untuk Perdamaian
Wujud seni sebagai edukasi, turut dijalankan oleh One Peace. Di Hari Sumpah Pemuda One Peace menyelenggarakan Youth Interfaith on Art and Culture Exhibition dengan tema Cross Ethnicity on Art and Cultural Performance. Agendanya berisi kegiatan pameran, seperti seni lukis. Kemudian mengundan experts untuk berbagai pengalaman tentang seni dan budaya. Tujuan kegiatan tersebut untuk memperkenalkan kebudayaan di masyarakat dan membangun perdamaian.
Kamu bisa membantu One Peace untuk terus menyebarkan toleransi dan perdamaian dengan menyelesaikan Challenge Yuk Ajak 100 Pemuda Jabodetabek Jelajahi Isu Kebebasan Beragama di Indonesia! Melalui penyelesaian dua aksi, kamu membuka donasi Rp20 ribu yang didanai Search for Common Ground. Donasi digunakan untuk kampanye toleransi dan perdamaian di media sosial.
Referensi:
https://tirto.id/biografi-singkat-raden-saleh-dan-karyanya-yang-terkenal-gwkS
https://historia.id/kultur/articles/raden-saleh-quot-pulang-kampung-quot-DA3NP/page/4
https://historia.id/kultur/articles/raden-saleh-meninggal-dunia-P4RZZ/page/1
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-raden-saleh-bunuh-diri-di-belanda.html
https://www.cxomedia.id/art-and-culture/20220908123131-24-176157/membaca-nasionalisme-lewat-karya-raden-saleh