Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan). Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Bukan hanya pendidikan formal saja melainkan pendidikan informal juga turut mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, terlebih dalam kehidupan yang beragam seperti di Indonesia ini. Namun acap kali pendidikan di Indonesia masih belum menemukan titik temu terkait masalah pendidikan (baca: pengajaran agama-agama dan kepercayaan) yang diajarkan sekolah.
Pendidikan formal baik Negeri maupun Swasta secara umum dalam pembelajaran agama masih menggunakan model pembelajaran Monoreligius, yaitu dimana dalam pembelajaran agama masih fokus pada satu agama tertentu. Model seperti ini seringkali akan memunculkan orang-orang yang tertutup (ekslusif) bahkan buta terhadap kemajemukan. Padahal kita tahu bahwa sejak awal kita hidup dalam masyarakat yang majemuk. Oleh karena itu, Pelita Perdamaian sejak tahun 2011 mengikhtiarkan jalur kultural agar keberagaman menjadi satu wadah bersama di masyarakat. Salah satunya melalui pertemuan bulanan dengan metode roadshow/berkunjung.
Dalam pertemuan bulanan tersebut Pelita Perdamaian menghadirkan model pembelajaran Interreligius yang menekankan pada aspek dialog dan aksi bersama antar seluruh elemen masyarakat di wilayah Cirebon khususnya pemuda dari berbagai latar belakang, dengan metode berkunjung dari satu komunitas ke komunitas lain, satu rumah ibadah ke rumah ibadah lainnya. Disetiap kunjungan peserta didorong untuk terlibat aktif menjadi pembelajar sekaligus peneliti bagaimana memahami kehidupan-kehidupan orang yang berbeda keyakinan dan agamanya dengan mereka. Untuk mendukung model pembelajaran Interreligius Pelita Perdamaian mengaplikasikan konsep “Living Value Education Program”.
Diane Tillman dalam bukunya “Living Values Activities for young adult (Pendidikan Nilai Untuk Kaum Dewasa Muda)” menjelaskan bahwa LVEP (Living Value Educatian Programme) mulai diperkenalkan pertama kali oleh Brahma Kumaris dalam rangka merayakan ulang tahun PBB yang ke-50. Saat itu diberi nama Sharing Our Values for a Better Word (berbagi Nilai-nilai Kita untuk Dunia yang Lebih Baik), kegiatan ini fokus pada 12 nilai-nilai universal. Adapun ke 12 nilai-nilai universal tersebut, yaitu kedamaian, penghargaan, kasih sayang, toleransi, kerendahan hati, kejujuran, kerjasama, kebahagiaan, tanggung jawab, kesederhanaan, kebebasan, dan persatuan.
Nilai-nilai universal diatas merupakan prinsip-prinsip etika yang melampaui batas-batas budaya dan agama yang berfungsi sebagai kompas moral yang membimbing perilaku manusia (dari berbagai latar belakang) untuk menciptakan keharmonisan, rasa empati dan kerjasama antar individu atau kelompok satu dengan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Berlandaskan nilai-nilai universal tersebut, Pelita Perdamaian melalui pertemuan bulanan dengan metode roadshow ingin menciptakan pengalaman berharga dan real yang bisa dirasakan secara langsung oleh pemuda dari berbagai latar belakang pada setiap kegiatan roadshow komunitas maupun roadshow rumah ibadah. Selain itu, roadshow komunitas atau roadshow rumah ibadah juga menjadi salah satu tindakan preventif untuk mencegah terjadinya perpecahan dan konflik antar kelompok dan golongan, utamanya yang berbasis SARA (suku, ras, etnis, agama dan golongan).
Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kehidupan yang aman dan damai. Akan tetapi kita tidak bisa menutup mata bahwa dalam dunia modern sekarang, masih ada individu maupun kelompok yang memanfaatkan perbedaan sebagai pemicu konflik untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, sebagai bagian dari manusia, khususnya manusia yang hidup di Indonesia, dimana banyak terdapat kemajemukan, mulai dari kemajemukan bahasa, suku, ras, etnis dan budaya bahkan agama. Maka dari itu kita harus selalu mengupayakan kondisi kehidupan yang aman dan damai baik untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam upayanya menciptakan kehidupan yang aman dan damai, Pelita Perdamaian melalui roadshow komunitas dan roadshow rumah ibadah menciptakan ruang-ruang dialog bagi pemuda-pemuda dari berbagai latar belakang yang berbeda. Secara kultur ruang dialog ini penting di ciptakan untuk memperkuat tali silaturahim dan persaudaraan bagi umat beragama.
Dalam roadshow komunitas dan roadshow rumah ibadah, Pelita Perdamaian mengangkat tema besar “Mengenal Saudara Kita Lebih Dekat”. Tema ini selalu menjadi tageline dalam setiap kegiatan roadshow. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya kegiatan roadshow ini merupakan kegiatan fundamental yang Pelita Perdamaian ciptakan dalam rangka menghilangkan prasangka terhadap orang yang berbeda latar belakang terutama berbeda agama dan keyakinan.
Kegiatan roadshow komunitas dan roadshow rumah ibadah ini dilakukan secara informal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar semua peserta dapat terlibat dan tidak merasa canggung dalam mengutarakan pertanyaan maupun pendapat tentang komunitas maupun rumah ibadah yang dikunjungi.