#ForABetterWorldID

Ternyata Gini Rahasia Sutradara Riri Riza Memasukan Isu Toleransi di Film-filmnya!

profile

campaign

Update

Hai, Changemakers!


Industri film Indonesia itu kaya banget, bukan cuma soal hiburan tapi juga cara kita belajar tentang keberagaman dan toleransi. Film bisa jadi cermin buat melihat realita sosial, nge-highlight perbedaan, dan ngajarin kita buat lebih terbuka sama orang lain. Nah, merayakan Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30 November, kali ini Champ punya kesempatan emas buat ngobrol langsung sama Riri Riza, salah satu sutradara legendaris Indonesia yang sering banget ngangkat isu sosial dalam film-filmnya. 


Lewat karya-karyanya seperti Gie, yang nunjukin perjuangan aktivis muda; Laskar Pelangi, yang ngajarin kita soal pendidikan dan harapan; sampai Atambua 39° Celsius, yang ngegambarin kehidupan di daerah perbatasan, Riri Riza selalu berhasil menyampaikan pesan mendalam tentang keberagaman dan empati. Gimana sih caranya film bisa jadi alat buat ngejaga keberagaman dan ngebangun empati? Yuk, simak hasil obrolan seru kita sama beliau! 

image

Question: Bagaimana journey mas Riri Riza mengenal toleransi?


Answer: “Saya datang dari seolah seni. Saya belajar film di lingkungan kesenian dan bagaimana saya belajar kesenian itu adalah melihat budaya secara lebih terbuka. Kami anak film misalnya harus tetap belajar menari Bali, gamelan atau juga berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan tari lainnya dan juga teater. Nah, itu yang menurut saya satu jalan kesenian itu selalu merupakan jalan untuk membiasakan kita berpikir terbuka karena prakteknya membutuhkan keterbukaan. Oleh karena itu saya selalu menyarankan agar orang tua selalu memberi akses ke anak-anak ke kesenian.”


Bagaimana awal mula akhirnya mas Riri Riza memilih membuat film dengan tema keberagaman dan terus mengembangkan film di isu tersebut?


“Saya sering melakukan perjalan. Saya punya kesempatan misalnya memperkenalkan film saya di Kupang, di Makasar, di Flores atau juga berproduksi saya bikin film di mana-mana. Itu satu hal, juga sebagai pecinta film saya mempelajari bahwa di sejarah film Indonesia upaya untuk mengembangka warna film Indonesia dengan cerita-cerita yang datang dari mana saja itu. Misalnya saya menjadi orang Bugis, di Bugis aja kita mengenal berbagai budaya misal tentang isu yang sangat terbuka dengan identitas seksualnya jadi saya pikir dunia seni atau dunia film itu sangat mendorong kita untuk belajar lebih jauh apabila kita bisa terbuka, ya.”


image

Sumber foto: Beautynesia.com

Tips untuk film maker agar terus membuat film dgn tema toleransi?


Saya kadang2 kita dituntut untuk sangat berhati-hati karena bisa jadi dengan film yang kita buat malah mengeksploitasi isu. Nah, itu dia tantangannya. Saya pikir kita harus berulang-ulang membaca, melakukan kajian, menulis ulang, menulis lagi untuk bisa memastikan.”


Membuat film dengan tema toleransi dan kesan feminisme pasti ada lika-likunya, pernah enggak mendapatkan hambatan atau persepsi publik yang kurang enak?


Kalau tantangan pernah satu kali tapi tidak sampai gimana-gimana, saya pikir film akan berbicara sendiri, kadang-kadang kami diserang ketika berpihak pada isu-isu yang sebenarnya minor. Tetapi filmnya akan berbicara sendiri, ketika film dibuat dengan baik dia akan menjadi satu karya yang memiliki kekuatan.”


image

Sumber foto: Wikipedia


Beberapa film mas Riri Riza memiliki tren tersendiri seperti donat kampung dan permen cha2 di petualangan Sherina, sastra Indonesia di film AADC dsb. Bagaimana mas Riri Riza membawa element2 tersebut di film dan mjd tren, apa ada trik tersendiri?


Ya, menurut saya itu wajar-wajar saja. Film perlu ada humor perlu ada drama, perlu ada twist, perlu berbicara sesuatu yang dekat dengan kita. Nah, ketika kita percaya itu ketika kita melakukan dengan rasa hormat dia akan menjadi daya tarik. Ketika dia menjadi daya tarik kita akan mencoba membuatnya jadi lebih baik di film itu.”


Boleh kasih pesan untuk perfilman Indonesia supaya lebih inklusif?


Yang pertama film Indonesia itu punya begitu luas kemungkinan. Negeri ini punya 280 juta penduduk yang tentu saja bisa kita jadikan peluang untuk memiliki peran yang baik. Kesadaran kita akan berbagai isu yang jarang diangkat masyarakat dan juga bertanggung jawab itu adalah peluang sekaligus tanggung jawab. Dan akan membuat tradisi film kita terangkat dengan cerita-cerita yang berbeda. Ketika tradisi film lebih kaya, cerita lebih kaya, penonton juga makin lama juga bisa makin tertarik dengan film Indonesia.”


heart

Hearts

heart

Komentar

Comment

Done
Download the Campaign #ForABetterWorld app for a better world!
Skyrocket your social impact and let's change the world together.
img-android
img-playstore
img-barcode
img-phone
img-phone