Hai, Changemakers!
Bukan Donald Trump namanya kalau nggak menjadi sorotan dunia. Presiden Amerika Serikat itu tiba-tiba mengguncangkan perekonomian dunia akibat kebijakannya menaikkan tarif impor.
Hampir semua negara terkena kebijakan kenaikan tarif impor, mulai dari negara berkembang sampai negara maju. Tarif impor paling kecil sebesar 10 persen. Paling tinggi sebesar 50 persen.
Apa yang dilakukan oleh Donald Trump sebenarnya bertujuan baik untuk Amerika Serikat. Kebijakannya bertujuan untuk menghidupi perekonomian lokal Amerika Serikat. Dengan tarif yang tinggi, konsumen bisa membeli produk yang diproduksi oleh Amerika Serikat. Tujuan lainnya untuk meningkatkan pendapatan pajak.
Sumber gambar: CNBC Indonesia
Terlihat menggelegar, bukan? Sekilas terlihat menguntungkan untuk Amerika Serikat.
Protes Atas Kebijakan yang Dinilai Mengerikan
Meskipun terlihat indah, tapi tak seindah kenyataannya. Mengutip dari Kompas, tak sedikit warga Amerika Serikat yang memprotes kebijakan kenaikan tarif impor tersebut. Menurut masyarakat kebijakan itu bisa meningkatkan harga beli.
Kompas juga memberitakan pendapat para ekonomi. Tak sedikit juga ekonom yang mengkritik kebijakan kenaikan tarif impor. Menurut ekonom, kebijakan itu bisa mempercepat inflasi dan meredam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Soalnya, perusahaan yang mengimpor barang dari negara lain melakukan pembayaran kenaikan tarif. Kemungkinan, akan meneruskan sebagian biaya bahkan semuanya ke konsumen. Alhasil, harga barang akan menjadi naik.
Ketakutan ekonom dan warga Amerika Serikat, bukan datang tiba-tiba. Fakta sejarah telah mencatat itu! Laporan menarik dipublikasikan oleh BBC News Indonesia tentang masa kelam Undang-Undang Tarif 1930 di Amerika Serikat. Undang-Undang tersebut menaikkan tarif impor sebesar 40 persen–60 persen pada sekitar 900 produk. Amerika Serikat bertujuan melindungi sektor bisnis Amerika Serikat.
Negara Lain Menjadi Ketar-ketir
Hasil yang diharapkan justru sebaliknya. Akibat kenaikan tarif impor sebesar 40 persen–60 persen, membuat jutaan orang menganggur karena terjadi resesi ekonomi. Bahkan, beberapa pihak menilai Undang-Undang tersebut memainkan peran terciptanya Perang Dunia II.
Yang ditakutkan saat ini, fakta sejarah kelam itu akan berulang kembali. Bisa dilihat, sekarang mulai terjadi “perang dingin” perdagangan antara Amerika Serikat dengan China. Setelah mendapatkan tarif impor besar dari Amerika Serikat, China menaikkan tarif impor barang-barang dari Amerika Serikat sebesar 34 persen. Nggak terima dengan kebijakan itu, Donald Trump menaikkan tarif impor barang-barang dari China sebesar 104 persen.
Bersumber dari Tempo, Listya Endang Artiani selaku dosen Universitas Islam Indonesia, menilai akan terjadi ketegangan antara negara maju.
Listya juga menilai kebijakan Donald Trump membuat ekonomi negara berkembang mengalami gonjang-ganjing. Dia memprediksikan akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen akibat ketidakpastian ekonomi. Dalam ekonomi, 1 persen jangan dianggap kecil, loh…
Efek Berat Bagi Indonesia
Bagi Indonesia, kebijakan Trump juga membawa dampak mengerikan. Kalau menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi & Manajemen IPB Bogor dan Universitas Paramadina, Didin S Damanhuri, kenaikan tarif impor Trump bisa berimbas pada nilai tukar rupiah dan IHSG. Nilai tukar rupiah menurut Didin akan menyentuh angka Rp17 ribu.
Apa yang dikatakan Didin benar terjadi. Sekarang nilai tukar rupiah anjlok ke angka Rp17 ribu. Anjloknya nilai tukar rupiah bisa berimbas pada kenaikan harga-harga barang. Soalnya, akan menaikkan harga barang impor. Kalau harga barang naik, maka pengeluaran akan semakin besar bebannya.
Dengan efek yang luar biasa, netizen Indonesia melakukan kritikan. Ada yang melawan kebijakan Trump untuk menutup produk buatan Amerika Serikat. Ada netizen yang bilang kalau pasar Amerika Serikat tak lagi menarik. Seperti yang dikatakan dik*** “Pasar AS sepertinya tidak seksi lagi, mari kita kucilkan saja, gak salahkan bila kita melirik pasar india cina dan afrika yg sangat potensial.”
Kritikan netizen juga bersifat membangun kepada Indonesia. Misalnya komentar mic*** yang mengatakan agar Indonesia bisa menjadi lebih mandiri agar tak bergantung kepada Amerika Serikat.
Sumber gambar: tangkapan layar Instagram
Menghadapi gejolak ekonomi akibat “ulah” Donald Trump, Indonesia yang terkena tarif sebesar 32 persen memilih untuk melakukan negosiasi–sesuai dengan arahan Prabowo Subianto. Kata Airlangga Hartarto selaku Menko Bidang Perekonomian, Indonesia udah melakukan pendekatan ke perwakilan diplomasi Amerika Serikat.
Jika Donald Trump tetap kekeh dengan kebijakannya, apakah masa suram 1930 benar-benar terulang? Jika iya, bukan tak mungkin masyarakat dunia hidup dalam masa kelam perekonomian.
Seharusnya kebijakan yang baik adalah kebijakan yang tak merugikan banyak orang. Karena setiap orang berhak hidup dengan baik agar bisa bertumbuh dengan nyaman. Di luar sana, masih banyak persoalan masyarakat yang harus diselesaikan bersama-sama. Salah satunya persoalan keterampilan sosial dan emosional murid Kudus.
Bantu sekolah di Kudus untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosionalnya dengan selesaikan Challenge di kampanye #TumbuhBersama. Dengan menyelesaikan Challenge, kamu akan membuka donasi sebesar Rp20 ribu yang didanai Bakti Djarum Foundation. Donasi akan digunakan sekolah untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional muridnya. Mari salin membahu untuk pendidikan di Kudus yang berkualitas!
Referensi:
https://www.bbc.com/news/articles/cn93e12rypgo
https://www.bbc.com/indonesia/articles/ce8gmz7kxyzo
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c62xz75w0e8o
https://www.cnbcindonesia.com/news/20250404083328-4-623540/ini-dampak-tarif-baru-trump-ke-ekonomi-ri-ekspor-rupiah-ihsg