Hai, Changemakers!
Semisal ada rekor murni tentang “Pemimpin Viral Lebih dari Satu Isu”, nama Dedi Mulyadi mungkin layak disodorkan. Gubernur Jawa Barat itu dalam hitungan hari disorot atas kebijakan wajib vasektomi sebagai syarat bansos dan larangan wisuda di sekolah.
Kedua kebijakannya punya tujuan yang sama, yakni untuk mengentaskan kemiskinan. Bagi Dedi Mulyadi, perayaan wisuda hanya menambah beban kemiskinan di Jawa Barat. Pasalnya, pria yang dikenal tegas itu sering mendengar keluhan masyarakat–banyak orang dari ekonomi bawah kesusahan mendapatkan biaya wisuda anaknya.
Tak jarang mereka harus meminjam uang ke rentenir agar anaknya bisa ikut wisuda, sehingga nggak ngambek. Dedi Mulyadi menjelaskan ketika orang tua meminjam uang, ekonomi mereka akan terbebani.
Dengan pengeluaran uang yang besar dalam wisuda, Dedi Mulyadi justru berharap agar penggunaan uangnya dipakai untuk yang bermanfaat–misalnya untuk pengembangan diri.
Mengutip dari berita Tempo, Dedi Mulyadi mengatakan kalau kebijakannya itu disambut gembira oleh para orang tua.
Sumber gambar: Kompas
Aura Menggugat Kebijakan Dedi Mulyadi
Tapi, yang namanya kebijakan, nggak semua setuju. Ada kok yang menentang kebijakan larangan wisuda dari Gubernur Jawa Barat itu. Namanya adalah Aura. Pada Sabtu kemarin, Aura berdebat dengan Dedi Mulyadi soal larangan wisuda di tingkat sekolah.
Aura menilai kalau nggak ada perpisahan, maka nggak bisa merasakan euforia kumpul terakhir bersama teman-temannya. Dedi Mulyadi kembali menegaskan kalau kebijakan larangan sekolah dibuat untuk mengurangi beban orang tua.
Dedi Mulyadi juga bertanya ke orang tua Aura, “Pilih uangnya disimpan untuk kuliah atau dihabiskan untuk perpisahan?” Ibu Aura menilai kalau perpisahan nggak membebani, menyetujui harus diadakan.
Perdebatan antara Aura dengan Dedi Mulyadi sukses menjadi sorotan netizen. Bahkan, ada yang menilai kalau perdebatan itu hanya buatan. Menanggapi komentar negatif itu, Dedi Mulyadi berprasangka baik dan menilai kalau Aura sebagai anak pemberani dan cerdas.
Ada juga yang menyorot cara argumen Gubernur Jawa Barat itu. Salah satu netizen melihat argumen Dedi Mulyadi terlihat arogan, intimidatif, dan menyerang psikologis anak.
Sumber gambar: tangkapan layar X
Sebenarnya kebijakan larangan wisuda di sekolah, bukan hanya dilakukan oleh Dedi Mulyadi. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur membuat keputusan melarang SMA/SMK dan SLB mengadakan wisuda. Kebijakan yang selaras juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan melarang sekolah mengadakan wisuda di semua jenjang.
Suara Gugatan dan Persetujuan Mengenai Wisuda
Ramai-ramai masalah kebijakan pemerintah untuk melarang wisuda, bisa dibilang terlambat. Soalnya di tahun 2023, masyarakat udah ramai meresahkan adanya wisuda di tingkat sekolah.
Dalam opini Detik yang ditulis Akbar di tahun 2023, menggambarkan bagaimana keberadaan seremoni di sekolah nggak punya makna mendalam. Justru hanya menjadi alat politik pendidikan untuk menggambarkan kemewahan. Pasalnya, untuk menjalankan seremoni kelulusan di sekolah, butuh pengeluaran besar untuk kepentingan penampilan semata.
Sama halnya uneg-uneg dari Vyn, seorang ibu rumah tangga, yang dimuat di Mojok. Di artikel itu, Vyn berkeluh kesah tentang mahalnya anggaran wisuda anak sekolah. Apalagi kalau orang tua punya lebih dari satu anak, sama-sama wisuda sekolah–tentu beban biaya makin bikin migrain.
Meski ada yang menolak keberadaan wisuda di tingkat sekolah, tak sedikit juga warga yang menilai kegiatan tersebut penting. Champ melihat tayangan video dari wawancara Kompas dengan warga.
Rukina sebagai wali murid menilai kalau wisuda di tingkat SMA, boleh aja. Menurutnya keberadaan wisuda agar anak-anak punya kesan terakhir. Tapi, menurut Rukina biayanya nggak boleh membebani.
Dea yang juga sebagai wali murid turut menilai kalau wisuda boleh aja selama nggak memberi beban. Bahkan, kalau perlu sebagian biaya ditanggung pemerintah.
Kompas juga wawancara Fadil seorang pelajar. Fadil menilai kalau wisuda boleh aja, selama nggak melibatkan sekolah dan sifatnya nggak memaksa.
Nah, kalau menurut Changemakers gimana? Apakah kebijakan larangan wisuda di sekolah udah bijak atau wisuda tetap perlu diadakan untuk kenangan anak? Coba kasih argumennya di bawah.
Jangan lupa juga untuk terus meningkatkan pemahaman mengenai kanker pada anak dengan ikut Challenge Bantu Pita Kuning Edukasi Kanker Anak Lewat AI yang Beretika dan Berempati. Dengan menyelesaikan Challenge, kamu makin paham masalah kanker pada anak. Yuk, belajar lebih dalam masalah kanker anak dari sekarang!
Referensi:
https://nasional.kompas.com/read/2025/04/29/17354671/dedi-mulyadi-ngotot-larang-wisuda-saya-tak-akan-dengar-siapa-pun
https://www.tempo.co/politik/dedi-mulyadi-larang-tk-sma-wisuda-menteri-pendidikan-dasar-boleh-asal-tak-berlebihan-1284703
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20250429064618-20-1223704/dedi-mulyadi-debat-siswi-sma-cikarang-anda-miskin-jangan-sok-kaya
https://kumparan.com/kumparannews/dedi-mulyadi-jawab-soal-isu-debat-dengan-remaja-soal-perpisahan-wisuda-settingan-24xtawx6rnT/full
https://mojok.co/uneg-uneg/uneg-uneg-dari-emak-emak-tentang-wisuda-tk-sd-dan-sma/
https://kumparan.com/ewia-putri-1692500416067588767/perlukah-wisuda-di-sekolah-22pb3L1PmST/2
https://news.detik.com/kolom/d-6818971/tak-perlu-mendramatisasi-wisuda-di-tingkat-sekolah
https://video.kompas.com/watch/1843536/pro-kontra-larangan-wisuda-sekolah-apa-kata-siswa-dan-orangtua