Hai, Changemakers!
Setiap tanggal 3 Mei, dunia merayakan Hari Kebebasan Pers Internasional. Mengapa nilai kebebasan dalam pers begitu penting? Karena pers yang dikontrol akan melahirkan ruang-ruang jenuh dan gelap gulita. Sebaliknya, jika kebebasan pers berjalan baik, di sana wangi harum akan tercium di berbagai sudut ruangan.
Dengan kebebasan, pers mampu menjadi pengawas bagi jalannya sebuah negara. Bukan hanya itu, pers adalah pondasi penting bagi kemajuan dan perkembangan kampanye sosial. Mengapa?
Korelasi antara peran pers dengan kampanye sosial, dijelaskan oleh Deva Kadarosi, Public Relations & Communications Officer Campaign. Deva, sapaan akrabnya, sebelum bekerja di Campaign ia sempat bekerja di TVRI sebagai news anchor. Deva memilih untuk beralih karier dari news anchor ke public relations karena ketika kuliah S2 di Belanda, mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan public relations.
Pers yang Baik Melahirkan Kampanye Sosial Berkualitas
Dengan segudang pengalamannya di bidang media dan isu sosial, Deva menjelaskan betapa pentingnya peran pers untuk jalannya kampanye sosial. Menurutnya, di negara-negara Eropa, kampanye sosial sangat didukung oleh media–apalagi kampanye sosial yang bertujuan membangun negara. Media, berperan untuk memperluas isu ke banyak orang.
“Karena memang media plays a big roles in influencing people’s power,” tegas Deva. Dengan perannya yang penting dalam mempengaruhi kesadaran masyarakat, Deva berharap jika media-media di Indonesia terbuka dan masif membantu kampanye sosial.
Jalan Terjal Kebebasan bagi Pers
Sayangnya, meski media berperan penting untuk kehidupan bermasyarakat, kebebasan pers masih menjadi barang mahal–apalagi di Indonesia. Deva memperlihatkan data dari Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025, kebebasan pers Indonesia turun ke posisi 127. Penurunan tersebut menjadi wajah kelam bahwa tekanan menjadi “hantu” bagi pekerja media.
Deva memberikan contoh yang baru-baru ini terjadi, yakni teror kepala babi dan bangkai tikus kepada kantor Tempo. Itu sebabnya, sebagai orang yang pernah menjadi seorang jurnalis, Deva berharap para jurnalis di Indonesia memiliki ruang yang aman dan dilindungi oleh negara.
Rasa aman dan nyaman bagi pekerja media adalah hak yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, mereka telah mendedikasikan dirinya untuk kepentingan rakyat agar mendapat informasi yang berkualitas. Kalau kata Deva, para jurnalis gak punya batasan antara kepentingan pribadinya dengan kepentingan keluarganya.
Kalau tiba-tiba dihubungi untuk liputan, maka mereka harus segera liputan–meski ada rencana ngumpul dengan keluarga. Seperti yang dialami dirinya, ketika udah ngatur jadwal main dengan keluarga, lalu ada liputan mendadak–maka harus membatalkan jadwal bersama keluarga.
Belum lagi, mereka harus bekerja profesional di depan layar–meski perasaan sedang kacau balau. Deva bercerita pengalamannya yang harus tetap profesional menyampaikan berita, meski hati sedang dirundung kesedihan. Kala itu, ia membacakan berita tentang Xi Jin Ping, tapi mengucapkannya Sebelas Jin Ping karena hatinya sedang nggak baik-baik aja.
Dengan memahami kontribusi pers terhadap kampanye sosial dan pengorbanan mereka, masih pantaskah teror diberikan kepadanya? Dengan sebuah teror, beban mereka menjadi berlipat ganda! Kepada penguasa, mari jangan memusuhi pekerja media; kepada masyarakat, yuk terus dukung produk jurnalis berkualitas!
Dukungan terhadap produk jurnalis berkualitas dimulai dengan kebijakan mengelola informasi di media sosial. Kamu bisa membangun sikap positif menggunakan teknologi dengan mengikuti Challenge Bersama Wastehub Pahami 3 Langkah Hidup Micro Sustainability dengan Bantuan AI. Ada 3 aksi yang bikin kamu makin paham dengan Mikro Sustainability. Yuk, ikut dan selesaikan Challenge tersebut untuk membantu Wastehub terpilih untuk mengikuti pelatihan AI.