Hai, Changemakers!
Kalau ngomongin anak muda pasti identik dengan beragam kreativitas dan juga semangat yang membara. Karena di masa ini setiap di antara kita yang pernah muda pasti ingin mencoba banyak hal untuk menemukan jati diri. Bahkan banyak aksi-aksi positif di dunia yang dimulai berawal dari kelompok anak muda.
Kamu pasti masih ingat aksi dari Greta Thunberg yang dikenal karena aksi aktivisme iklimnya, khususnya gerakan "Fridays For Future". Gerakan ini mengajak pelajar di seluruh dunia untuk membolos sekolah setiap hari Jumat sebagai bentuk protes terhadap kurangnya tindakan nyata dari pemerintah dan pemimpin dunia untuk mengatasi krisis iklim. Selain itu, Greta Thunberg juga aktif dalam memberikan pidato dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran publik tentang perubahan iklim.
Meskipun banyak aksi yang dilakukan oleh anak muda tapi harus diakui masih terdengar sindiran untuk anak muda yang sering dicap “minim aksi” “kurang berkontribusi” hingga “ikut-ikutan doang”. Jadi ingat kata pepatah semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya, ya. Walau masih ada stigma yang dilayangkan ke anak muda tapi kaum muda nggak membuat nyali mereka ciut untuk turut membuat dunia menjadi lebih baik.
Merayakan hari Global Youth Service Day (GYSD) yang jatuh setiap tanggal 25-27 April yang bertujuan untuk melibatkan anak muda di seluruh dunia dalam kegiatan pelayanan publik. Campaign hadir dalam sesi SEA Today News yang dilakukan pada tanggal 26 April 2025 untuk turut mendorong anak muda melakukan aksi baiknya di mana pun dan kapan pun.
Dalam sesi interview kali ini tim Campaign diwakilkan oleh Benaya Jonatan Tobing sebagai Project Officer Campaign dan Aribah Daffa Partnership Development team.
Arti dari Global Youth Service Day
Menurut Kak Benaya arti dari Global Youth Service Day nggak hanya sekedar perayaan hari untuk anak muda tapi juga sebagai pengingat untuk kita kalau anak muda bisa membuat perubahan besar di dunia. Anak muda juga bisa berpartisipasi ke dalam kegiatan yang berarti, harapannya untuk kami sebagai tim Campaign di Global Youth Service Day bisa mendorong semakin banyak anak muda lain untuk mengambil peran menjadi bagian agen perubahan.
Walau begitu harus kita akui terkadang masih banyak anak muda yang bingung harus mulai dari mana untuk turut berpartisipasi. Nah, Kak Aribah bisa membantu kamu nih. Karena Kak Aribah cerita kalau di Campaign #ForABetterWorld adalah platform untuk kita yang ingin membuat dampak nyata. Campaign sudah menjadi bagian beberapa kegiatan yang terpercaya seperti mendukung usaha mikro ibu-ibu di daerah-daerah da juga promosi isu bahaya stunting dan juga kampanye kesehatan mental. Campaign #ForABetterWorld memudahkan kita untuk ambil aksi. Hanya perlu buka aplikasi dan pilih isu yang kita sukai dan selesaian Challengenya. Kita banyak sekali kampanye sosial yang bisa diikuti anak muda di aplikasi Campaign #ForABetterWorld.
Kampanye yang paling menyentuh hati
Cerita yang paling menyentuh hati pasti cerita yang memiliki makna mendalam untuk diri kita secara personal. Tapi ada nggak ya, kampanye sosial yang paling menyentuh Kak Aribah dan Kak Benaya?
Kak Aribah sendiri ternyata paling ingat kampanye #EmpoweredWomenSentani yang mana kampanye ini mendukung dan menyediakan pelatihan untuk mama-mama di Sentani, Papua yang ingin memulai usahanya. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi mama-mama tapi kita akhirnya kita bisa melalui permasalahan itu bersama. Salah satu cerita yang Kak Aribah ingat itu, cerita dari mama-mama yang mana mereka mulai berjualan makanan tradisional dibuat dari sagu, brownies hingga keripik dari sagu. Dari berjualan tersebut mama ini bisa kembali menyekolahkan anaknya. Hal itulah yang selalu mengingatkan Kak Aribah kalau aksi yang kami lakukan di aplikasi Campaign #ForABetterWorld itu nggak hanya terpaku pada ranah digital tapi juga benar-benar menghasilkan dampak nyata.
Kalau Kak Aribah mengenai mama-mama di Papua, beda cerita dengan Kak Benaya. Kampanye yang paling diingat Kak Benaya adalah kampanye #SHIFT. Project kampanye ini bertujuan untuk memberdayakan anak muda dan juga kelompok pemuka agama mempromosikan toleransi dan menghadirkan karya anak muda di setiap daerahnya. Kampanye ini benar-benar menyentuh Kak Benaya karena ia bangga bisa melihat sendiri anak muda menyuarakan toleransi dan bersatu menghentikan diskriminasi.
Nah, banyak cara kan, yang bisa anak muda lakukan untuk turut melakukan perubahan? Kata siapa anak muda cuma bisa ikut-ikutan dan rebahan di rumah? Soalnya sekarang dengan rebahan di rumah pun, anak muda bisa membuat dampak nyata hingga ke pelosok Indonesia bahkan dunia! Nggak percaya? Coba ikutan Challenge di bawah ini!